12
Suara keramaian bergemuruh di dekat mading sekolah, baik mading sekolah pertama, kedua, maupun ketiga. Ratusan siswa mencoba melihat ke arah mading yang terdapat selebaran penentu jodoh. Jodoh sekelas maksudnya.
"Eh, kau gak ikutan liat?" tanya Eunbi yang baru datang, menyenggol lengan Joshua.
Joshuapun menggeleng sembari menyeruput susu kotak rasa stoberi. Ia berjalan disamping Eunbi supaya cewek tadi punya kawan.
"Lah memang udah tahu?"
"Udah," jawab Joshua sekaligus mengangguk. Dia udah datang dari jam setengah tujuh pagi. Katanya biar gak ribet cari kelas.
"Kelas berapa?"
"Dua belas ipa tiga, lagi."
"Kita sekelas?"
"Nggak. Kau kelas ipa lima."
"Yaah.." Eunbi menggembungkan pipinya, agak merajuk begitu. "Ada yang kita kenal gak?"
"Dikelas aku atau kamu?"
"Kau sama aku."
"Kalo kau, ini seingat aku aja ya... ada Hansol sama Daehwi. Kalo aku, ada si Yura sama Jun."
"Kok bisa?" Eunbi menganga mendengar pernyataan Joshua. Lelaki itu cuma mengangkat bahu, dan sekaligus bersyukur dengan nasib yang baik.
"Seungkwan dimana?" tanya Eunbi.
"Dia kelas ipa satu."
"Manteb."
Joshua sama Eunbi dari tadi memang diperhatiin sama anak baru. Apalagi mereka udah jadi kakak kelas, anak kelas tiga loh.
"Bergegas ke lapangan aja kuy. Males diliatin," ucap Joshua menarik tangan Eunbi. Kalo dilihatin memang macam romantis yak, tapi bagi mereka berdua itu hal biasa.
Sesampainya mereka di lapangan, Joshua baru sadar.
"Yura belom datang?"
"Hah?" Eunbi cuma noleh kanan kiri. "Nggak tahu, pesanku belum ada dibalas."
"Mau?" Joshua memberikan permen kepada Eunbi. Cewek itupun langsung membuka dan memasukkan sampahnya ke dalam tas lalu memakan permen itu.
"Dia sama Jun beneran putuskan?" tanya Joshua.
"Beneran."
"Btw, kau notis banyak adek kelas ngeliatin kita? Terutama anak baru..." bisik Joshua. Eunbi cuma ngangguk. Dahi Joshua mengerut, lalu membentangkan tangannya di depan Eunbi.
"Baju aku ada yang aneh atau belum rapi?"
"Eh pintar, bukan karna itu, bocah," balas Eunbi. Ia mengucapkan dengan suara pelan yang hanya dia dan Joshua yang dapat mendengarnya, "elu populer banget. Kamunya aja yang kagak tau."
"Rasanya twitter gue gak ada yang tau, cuma elu."
"Lo gapunya instagram sih, dasar kudet. Photolu udah tersebar dimana-mana."
"Gue di stalk?"
"Nggak... nih," Eunbi menunjukkan photo Joshua yang banyak di pos di akun instagram sekolah mereka. Joshua memang sering aktif sama kegiatan dan lomba sekolah, tapi ga pernah jadi osis.
"Eh kok banyak."
"Makanya ga usah sering ikut kegiatan sekolah, ntar pemes akunya susah."
"Hubungan sama kau emang apa?"
"Dari tadi adek kelas pada bisik aku itu pacar elo. Kan kasian Yura."
"Aktif di sekolah bisa dapat nilai--"
Bel berbunyi, upacara pembukaanpun dimulai. Mereka berdua dan siswa-siswi lainnyapun ikut diam dan berbaris rapi. Banyak murid baru dan banyak juga kata ucapan selamat masuk tahun ajaran baru yang Joshua sudah dengar selama tiga tahun berturut-turut.
"Diharapkan para senior untuk membimbing para adik-adiknya..."
Tak ada yang menyenangkan, ketika barisan bubar baru lebih parah. Semua pada berhamburan kesana kemari, Eunbi langsung aba-aba menarik lengan Joshua dan pergi ke tempat lain, kantin.
"Woi kenapa tarik-tarik?"
"Kau lupa tahun lalu?"
"Oh.. hm.. nggak."
"Kau jadi pusat perhatian, gara-gara diem aja disitu."
Mereka berdua duduk di kantin, seharusnya mereka gak disitu. Joshua berdiri mendekati mesin penjual otomatis minuman. Dia kehabisan stok susu stoberi.
"Eh elo?"
Joshua menoleh ke arah cewek disampingnya.
"Ngapain disini?" tanya cewek itu, Lee Yura. Ia baru potong rambut sebahu karena kemarin sudah kepanjangan.
"Nemenin si Bi-"
"Ada Eunbi?"
Yura menoleh ke arah Eunbi sekilas. Joshua lalu berdehem mengalihkan pandangan Yura sekaligus memasukkan uang logam ke dalam mesin itu.
"Jadi.. hm.." dia menunggu kotak susu keluar lalu melihat ke arah Yura. "Kau beneran putus sama Jun?"
"Ah... anu." Yura jadi ikutan canggung. "Iya-hahaha."
"Kok bisa? Siapa yang mutusin?"
"Gak tahu... Jun mutusin. Katanya dia tahu... uhm..." menunggu jawaban dari Yura.
"Dia tahu apa?" Joshua agak mendekatkan wajahnya ke arah Yura. Cewek langsung shok batin.
'Eh mampos. Apa ni,' batin Yura.
"Jis, lo udah sarapan? Semenjak liburan, kok tambah garong."
"Garong? Kucing garong."
"Maksud gue... cem, ilang sisi itunya.."
"Apanya hayo?"
Yura langsung mundur dua langkah, menghindari jantungnya berdetak sangat kencang.
"Jis, balik ke kelas kuy." Eunbi sambil melihat hpnya berjalan ke arah Joshua. Lalu dia tersadar ada Yura.
"Eh cewek! Kemana aja, di chat ga dibalas," sahut Eunbi.
"Habis kuota."
"Kasian," cibir Eunbi. "Betewe, udah tau kelasmu dimana?"
Yura cuma mengangkat bahunya.
"Sekelas sama cowo ini nih."
"Kita sekelas?" tanya Yura melihat ke arah Joshua. Lelaki itu cuma ngangguk pelan.
"Kalian berdua jalan aja. Aku mau pergi sendiri, bye-"
"Bi!" walau sudah kena panggil Yura, Eunbi jalan keluar kantin. Pandangan Yura bertemu dengan Joshua, keduanya saling tak bisa berbicara. Hingga melangkah deluan.
"Tunggu," ujar Joshua menahan lengan Yura. "Kita jalan sama-sama."
Mereka berdua jalan berdua terburu-buru ke kelas masing-masing. Cuma masih diberi dispensasi waktu karena ada anak baru.
"Harinya cerah ya," ucap Yura seraya mengambil langkah diperjalanan mereka berdua menuju ruang kelas baru.
"Iya."
Yura--sambil melangkah mengambil photo jalanan tersebut yang ramai siswa dan siswi.
"Buat apa?" tanya Joshua.
"Buat instagram."
"Instagram gunanya untuk apa memangnya?"
"Update photo. Masa elu ga tau. Gapunya akunnya?"
"Nggak punya."
"Punya hape iphone, tapi ga ada instagram. Kudet amat sih," celoteh Yura.
"Bawel," balas Joshua. Dia diam-diam mengintip Yura membuat tulisan di instastory-nya.
"Ngapa? Mau masuk juga?" tanya Yura yang matanya menangkap mata Joshua yang terfokus ke ponsel Yura. Joshua cuma diam ga mau jawab.
"Sini," Yura merangkul lengan Joshua. Keduanya terfokus ke kamera saling tersenyum.
"Nah," gumam Yura, lalu mereka kembali berjalan sambil Yura memasang tulisan ' Good Mornin' ' pakai emoji matahari.
Mereka terus bercakap-cakap hingga sampai di kelas. Guru belum datang, Yura melihat ke sekeliling, hanya sebagian dia kenal. Terutama, Jun yang sedang duduk di pojokan belakang dekat jendela. Yura langsung berbalik arah 180° berhadapan dengan Joshua yang mengikutinya dari belakang.
"Jis, lu ga pernah bilang sekelas sama Jun."
"Emang kamu ada nanya?"
Kalo dipikir-pikir dari awal jumpa, Yura gak ada bertanya soal teman sekelasnya. Ada benarnya kata Joshua. Tapi, muka datarnya Joshua nyebelin menurut Yura.
"Tapikan... setidaknya bisa kasih tau... kek... apa kek.."
"Ngapain dikasih tau, itu udah tau. Buruan masuk, ntar orang lain mau masuk."
Joshua memutar Yura seratus delapan puluh derajat lalu memegang bahunya dan mendorongnya masuk.
"Selamat pagi, Joshua!"
"Selamat pagi," balas Joshua kepada beberapa siswa-siswi kelas yang terus mengucapkan selamat pagi kepadanya.
"Eh... elu sepopuler itu?" bisik Yura.
"Nggak tau."
Lalu pandangan Jun dan mereka berdua bertemu. Canggung rasanya, Joshua hanya tersenyum mengucapkan selamat pagi kepada cowok itu. Jun hanya mengangguk lalu kembali memainkan ponselnya.
"Duduk sana aja kuy, dekat jendela agak terang-terang gimana gitu."
"Kamu mau dekat aku?" tanya Joshua terang-terangan. Yura cuma ngangguk dan menjawab, "emang nampaknya gue ada pilihan lain?"
"Pasrah aja."
Akhirnya mereka duduk satu barisan dengan Jun. Joshua duduk di paling depan dekat jendela, di belakangnya ada Yura yang gak siap nyawanya untuk duduk di daerah depan. Deg deg an ketemu guru ntar.
Bel terakhirpun berbunyi, tanda semua siswa benar-benar harus masuk ke kelas masing-masing. Maka, masuklah guru wali kelas. Rupanya tampan, tidak seperti guru Yura dan Joshua setahun lalu. Tunas muda yang bersemangat, guru baru tahun ini.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi pak!" tapi ada juga yang berkata, "pagi Bapak gaNTenG baNgEt! UwOOww!!"
Pria itu hanya tertawa pelan, mengusap lehernya sedikit. "Mungkin kalian semua baru melihat bapak hari ini," ucapnya seraya melihat ke kanan dan ke kiri untuk melihat semua murid.
"Iya pak!" teriak anak cewek lagi, yang jelas bukan Yura.
Pria itu menulis di papan tulis, nama miliknya. Ia berbalik, meletakkan spidol hitam ke meja kembali. "Nama bapak Yoon Jeonghan," ucapnya.
Ia lalu tersenyum tipis dengan gestur perkenalannya. "Bapak mengajar kesenian disini dan bapak akan menjadi wali kelas kalian mulai dari hari ini. Mungkin itu aja dari bapak, ada yang mau bertanya--eh?"
Lelaki itu langsung kaget ketika melihat banyak siswi yang mengangkat tangan. Dia hanya menunjuk secara acak. "Ya, kamu. Nama dulu ya."
Siswi itu berdiri, dengan di cie ciein oleh temannya, tersipu dan tawa tampak dari wajahnya. "Nama saya... Ahn Solji.. bapak umur berapa?"
"Umur saya 23 tahun," ucap Ssaem Jeonghan dengan senyumannya.
"Masih muda woi," bisik teman sekelas Yura yang duduk di belakangnya kepada meja sebelah.
"Ini bakal lama," kata Joshua berbalik sedikit ke belakang. Yura cuma ngangguk aja.
Lalu ada lagi yang mengangkat tangannya, tentunya siswi. Lagi-lagi cie cie. "Ya silahkan," ujar pria itu.
"Kim Mina... eh... minta nomor hp bapak, buat jaga-jaga."
"Modus lu, bangke," seru siswi lainnya sambil menepuk-nepuk badan Mina. "Bangsad, kalo misal kita ada perlu gimana?" serunya dengan mengecilkan suaranya.
Pria tadi hanya tertawa pelan. "Tenang-tenang," katanya, "ini nomor bapak." Ia mengambil spidol hitam tadi, menuliskan nomor teleponnya di bawah namanya tadi.
"Pak! Kalo nama instagram?!" teriak beberapa siswa.
"Sosial media lainnya rahasia pribadi," ujar walikelas itu selaras dengan selesainya ia menulis nomornya.
"Yaah bapak gitu."
Banyak pertanyaan ditanyakan kepada Yoon Jeonghan. Hingga akhirnya Joshua mengangkat tangannya. Agak jarang Hong Jisoo terlibat dalam perkenalan begini.
"Nama saya Hong Jisoo."
"Ah Ciee!! Joshua nanyak!!" disorakin sama siswi-siswi, "tumben."
Joshua cuma noleh terus meletakkan satu jarinya di atas bibirnya mengisyaratkan 'shush'. Ia menoleh ke Ssaem Jeonghan, bertanya, "Bapak tamatan mana?"
"Bapak tamatan ________"
"Berarti kenal Noona Yeonrin dong?"
Ssaem Jeonghan mendekati meja Joshua. "Kenal," jawabnya. "Kakak kamu?"
"Nggak, kakaknya dia," ucap Joshua seraya menunjuk ke belakang--Yura---dengan jempolnya.
"Eunbi ya?" tanya Ssaem kepada Yura.
"Eeh bukan," balas Yura. "Eunbi sepupu saya. Nama saya Lee Yura."
"Ih Yura curang ih-" ucap siswi di belakang--mantan teman sekelas pas kelas 11 lalu.
"Apaan--" ucap Yura menoleh ke arah cewek di belakangnya.
Ssaem cuma ber-oh ria. Ia berjalan ke mejanya kembali, duduk lalu membuka buku absen. "Sesi tanya jawab selesai."
"Yaaah."
"Sekarang bapak absen dulu."
Ssaem mulai memanggil nama-nama dari atas. Joshua menoleh ke belakang, "Tuh kan."
"Apanya? Lagian ngapa nanya begituan sih," balas Yura sambil menepuk-nepuk bahu Joshua.
"Aku tu tau kau mau nanya soal itu."
"Siapa juga kali yang mau tau."
"Udah diem aja la, kalo begini kan udah tau kalo dia ada koneksi sama Kak Yeonrin."
"Buat apa cobaan."
"Kalo ketemu udah ga kaget."
"Ngomong apa astoge, sana-sana." Yura menepuk punggung Joshua, kemudian lelaki itupun berbalik ke posisi ia semula.
Beberapa waktupun berlalu, semua siswa sudah diabsen oleh walikelas. Ssaem Jeonghan membuka topik baru. "Kita bakal nentuin perangkat kelas."
Jeonghan berdiri, mengusap rambutnya ke belakang sekali lalu mengambil spidol.
"Omak ganteng," gumam Solji.
Di papan tulis sudah tertulis nomor dan nama Jeonghan, tapi sebelahnya baru saja tertulis ketua kelas, wakil ketua kelas, bendara dan wakil, serta seketaris dan wakil.
"Kita buka ketua kelas dan wakil. Ada rekomendasi?"
"Wen Junhui, pak!!" ucap siswa lain.
Yura lupa kalau dia sekelas sama Jun. Iapun menoleh ke arah Jun yang cuma terdiam menyandarkan wajahnya di tangannya. Pandangan mereka saling bertemu, Jun cuma tersenyum tipis. Yura hanya membalasnya dengan hal yang sama, lalu kembali melihat ke papan tulis.
"Ada lagi?"
"Han Jimin."
"Hong Jisoo."
Ketika mendengar namanya, Joshua langsung menggeleng dan membantah. "Jangan saya."
"Kenapa?" tanya Mina yang juga mantan teman sekelasnya.
"Jangan, saya sibuk di kegiatan sekolah. Gak bisa."
"Udah gak apa-apa," ucap Ssaem Jeonghan yang menulis.
Di adakan sesi pemungutan suara. Terus begitu hingga semua perangkat kelas ditentukan.
Tertulislah di papan tulis yang sudah ditentukan secara adil dan merata.
Ketua Kelas
Wen Junhui
Wakil Ketua Kelas
Hong Jisoo
Seketaris
Park Soobin
Wakil Seketaris
Kim Jihyun
Bendahara
Lee Yura
Wakil Bendahara
Kim Yoosung
▪ Tbc ▪
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top