08
"Makasih... tumpangannya."
"Sama-sama."
Jun melirik ke arah halaman rumah Yura. Tidak ada mobil baru, tidak ada tanda tanda pengunjung. Yang ada hanyalah mobil hitam punya kak Yeonrin, sepeda dan lampu yang menyala di depan pintu.
"Ortu kamu belum pulang?"
"Belum, kalo udah biasanya eonnie kabarin."
"Oh-" Jun mengambil tasnya, mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. "-ini." Jun memberikan kotak itu ke Yura.
"Lho? Apa nih?"
"Nanti aja. Makasih udah nemenin gue jalan-jalan."
Yura cuma ngangguk-ngangguk manis sambil megang kantungan. "Kau sayang sama Joshua kan?"
"Eh-"
Jun cuma tersenyum tipis. Yura yang mendengar cuma geleng kepala. Kan gak mungkin dia ngucapin yang dia rasa terang-terangan.
"Kalo kamu mau ngakhiri hubungan kita gapapa kok."
"Jun, kau kenapa sih? Gara-gara Jisoo ketemu sama aku?"
Yura menghela napas. "Maaf deh kalo kamu khawatir."
"Ngapa sih, kok ngambek. Ku tambah suka."
"Apasih woi..." Yura cuma ngeliatin Jun yang dari tadi natap Yura dalam-dalam sambil senyum. "Woi... aku masuk ya."
"Sana-sana, ntar kakakmu ceramahin aku."
"Met malam."
"Malam Yeobo~"
Jun memastikan Yura sudah masuk ke pagar dan menguncinya kembali hingga Yura masuk ke dalam rumah baru lelaki itu pergi.
Yura masuk ke dalam rumahnya. Suasananya sepi. Hanya lampu tangga yang hidup. Biasanya ada suara tv dari ruang keluarga, biasanya ada Eunbi yang lagi santai-santai di atas sofa sambil ngabisin token listrik orang sambik denger musik pop di tv, biasanya ada kak Yeonrin yang nemenin Eunbi sebelum dia tidur dan biasanya ada Eunbi yang lewat-lewat dari dapur hingga ke ruang keluarga cuma buat ambil air minum dan cemilan di dapur.
"Kak Yeonrin!~"
"Haaaa..." suara itu berasal dari lantai dua dimana kamar Yeonrin dan dia berada.
Yura naik ke atas lalu membuka pintu kamar Yeonrin tanpa permisi, "Eunbi gak balik?"
"Eh udah pulang? Sama siapa pulangnya?"
Dengan rambut diikat satu, mata memerah, kopi di sebelah kanannya dan laptop di depannya. Jelas itu sosok Yeonrin yang sedang lembur malam.
"Jangan ngalihin pertanyaan aku!"
"Nggak dia gak balik... dia gak ada ngasih kabar. Oh ya, bokap sama nyokap lu lagi di jalan, macet katanya."
"Jadi Eunbi beneran gak balik?"
"Nah itu... kakak ga tahu."
Yura mau aja balik keluar kamar itu, Eunbi langsung ngingatin, "makanan ada di meja makan. Masih anget, makan aja. Kayak biasa nasi ada di rice cooker."
"Oke..."
▪ ▪ ▪
"Yura! Lo pacaran sama Junhui?"
seorang teman sekelas bertanya tiba-tiba, mengakibatkan Yura semakin menghela napas. "Iya.. kami pacaran..."
"Asik dong punya pacar ganteng terus pintar lagi."
"Urus fantasi lo sendiri, gue harus siap-siap ngambil nilai senam lantai."
"Bukan lo aja kali, kami semua juga."
Latarnya ada di loker ganti para putri. Yura buru-buru ganti baju olahraga. Baju lengan pendek yang longgar serta celana panjang warna biru.
Akhirnya mereka berkumpul di gym sekolah. Tentunya ada anak laki-laki dan Jun juga.
Yura gak bisa mikir jernih hari ini, dia masih dihantui dengan pikiran Joshua. Seseorang memegang tangan Yura, menyadarkan dia dari dunia pikiran.
"Yura-ya~ kau kenapa sih?"
"Hah?..."
Yura melihat ke arah kiri dimana suara itu berasal. Perempuan dengan rambut pendek dan tingginya lebih pendek dari Yura. "Kang Juhyun..."
"Mesti banget manggil nama lengkapku?"
"Lo pake lip balm kan."
Juhyun langsung buru-buru menghapus lip balm berwarna pink peach itu. "Keliatan banget?"
"Wih banget banget."
Juhyun berdiri tegak, melihat anak-anak lain yang sedang mendengarkan bapak guru memberikan arahan.
"Jun... kalian pacarankan?"
"Ehm.." Yura melihat ke arah Juhyun yang sedikit tersenyum. Yura sadar pandangan Juhyun menuju ke arah Jun yang sedang minum.
"Aku gak marah kok."
"Juhyun... itu sebenarnya-"
"Gimanapun aku usaha dia gak bakal suka kan?"
Yura cuma terdiam melihat ke arah teman baiknya itu. Juhyun lalu menatap Yura dengan senyuman terbaiknya, "Karena dia sukanya sama kamu, bukan aku."
"Sebenarnya... sini-" Yura membisikkan ke telinga Juhyun agar membuatnya senang, "Kau masih ada kesempatan kok."
"Yura, lu gila atau gimana? Kau mau nyia nyiain cowok begitu."
"Heh- Juhyun suaramu-"
Bahkan Jun sampai menoleh ke arah Yura dan Juhyun. Yura sadar sih, Jun cuma senyum tipis seraya melambaikan pelan tangannya. Yura cuma mengangguk sedikit.
"Sshh... itu ssaem lagi ngasih tau cara meroda loh..." Yura mengganti topik. Di saat yang sama Juhyun cuma mencibir.
Sudah lima belas menit berlalu, beberapa nama sudah terpanggil untuk dites gerakan meroda dari senam lantai itu. Walaupun Yura anak kelas tari tapi dia gak sejago itu.
"Lee Yura."
Yura bangkit dari duduknya. Dari tadi pandangan teman-teman sekelasnya hanya berada pada Yura dan Jun semenjak Yura berdiri bersiap-siap. Tidak ada ucapan semangat atau tidak ada tatap-tatapan sebelum memulai tes bebas ini.
Yura mengangkat kedua tangannya dan mengambil ancangan untuk memulai. Namun sayang, pikirannya masih tak bisa terfokus kepada apa yang ada di depannya. Disaat ia berhasil memutar, kakinya tidak pas melandai dan akhirnya kakinya keseleo. Ia terjatuh di atas matras dan kesakitan.
"We! Bawa Yura ke uks cepet!!" seru salah satu siswi. Kang Juhyun juga buru-buru menghampiri Jun dan menyuruhnya bertindak. "Apa yang lo lakuin?! Cepet gendong dia."
"Nanti dia gak mau..." gumam Jun pelan dan masih duduk. "Aish..."
Jun akhirnya bangkit lalu jongkok di depan Yura. "Sini naik," ucap Jun.
Yura rasanya ingin menangis, ia menggapain punggung Jun dan naik di atas punggungnya. Jun buruan bangkit dan mengambil langkah cepat keluar dari gym.
"Maaf..."
Jun mendengar Yura mengucapkan sesuatu.
"Hm?"
"Maaf udah ngerepotin kamu."
Jun cuma tertawa kecil, "Aku harus bantu pacarku kan?"
"Maaf aku berat..."
"Kalo ringan bukan manusia namanya."
Selama di jalan ke uks mereka berdua cuma diam-diaman. Hal yang terakhir yang mereka berdua bicarakan cuma soal berat badan Yura yang gak seberapa itu.
Mereka sampai di depan pintu ruangan uks. "Bantuin buka," ujar Jun. Yura membuka dengan tangannya. Mereka lalu masuk ke dalam. Ada pegawai disitu, sebut saja dia bibi Jaehwa.
"Aduduh, ada apanih? Dudukin di tempat tidur itu aja Jun," tanya bibi Jaehwa khawatir.
"Kakiku keseleo, bi."
"Gak bisa jalan lah ya," canda bibi Jaehwa.
Yura merengut dan mengisak, "bibi! Ini seriusan sakit."
Jun membungkuk sedikit, "bi, saya balik ya."
"Gak mau nemenin cewemu?"
"Saya cuma disuruh bawa dia ke uks. Permisi."
Jun keluar bersamaan dengan bel istirahat. Jadi gini, mapel olahraga Yura itu terpotong sama istirahat terus pelajaran olahraga lagi.
"Kok bisa, sayang?"
"Ntah... gak fokus kurasa."
Bibi Jaehwa sedang mencari sesuatu dari tadi, bolak-balik.
"Ah mana ya..."
"Nyari apa?"
"Perban, kakimu diperban aja biar obatnya masuk. Kakimu juga ada lecet tadi."
Pintu tiba-tiba terbuka. "Met pagi bi Jaehwa."
"Nah ini dia malaikatku."
"Hah?" Yura terbengong melihat ada sosok Hong Jisoo yang membawa sekatong stok p3k.
"Loh?" Joshua kaget melihat ada Yura. "Kalian kenal?" tanya bibi Jaehwa.
"Iya," jawab mereka bersamaan.
"Wah bagus dong! Josh, bibi ada urusan sama suami bibi. Kamukan asisten tak tertulis bibi, tolong perbanin kaki dia-"
"Weh tunggu-" mata Joshua langsung membesar. Yura dan Joshua saling shok.
"-Oh! Jangan lupa simpan stoknya di tempatnya ya," ucap Bibi Jaehwa. Selama ia berbicara, ia membuka jas kerja putihnya dan memakai jaket serta mengangkat tasnya.
"Sampai jumpa besok~" ujar Bibi Jaehwa hingga ia keluar dari ruangan itu.
"Hati-hati... di jalan... haah..." Joshua menghela napas, lalu berbalik ke arah Yura yang tertangkap basah melihat ke arahnya dari tadi.
Gawat, hati Yura mulai berdebar. Joshua juga rasanya ada kupu-kupu di dalam perutnya. Rasanya canggung tak kepalang.
"Kau kenapa bisa gini?" Joshua mulai mencari bahan-bahan untuk mengobati kaki Yura.
"Tadi olahraga... keseleo akhirnya."
"Ooh... lain kali hati-hati. Ceroboh banget jadi orang."
Padahal Joshua belum berbalik dan menatap Yura, namun Joshua sudah tahu kalau Yura mau ketawa.
"Apa mau ketawa hah?"
"Nggak-nggak... kau macam ibu-ibu begitu."
Joshua lalu duduk di kursi kantor beroda hitam. Dia langsung duduk dan menarik sedikit celana Yura sehingga bagian kakinya kelihatan.
"Ah-" Yura mengerang kesakitan ketika kakinya disentuh oleh Joshua. Kakinya Yura dikompres dengan es.
"Sakit?" tanya Joshua sedekit tersenyum. Yura mengamuk, ia antara deg deg an sama kesal.
"Masih ditanya juga?! Ya iyalah sakit!"
"Pegang ini." Yura diminta Joshua untuk menggantikan posisi mengompres. Joshua bangkit dari kursi, mencari ke rak-rak obat. Ia mengambil perban khusus keseleo dan mencari obat pereda nyeri.
"Jis... kau marah sama aku?"
"Hmm?" Pandangan Joshua masih terfokus kepada kotak-kotak obat. "Nggak."
"Jadi kenapa pas di perpus... kau diem diem aja."
"Ooh..." Joshua selesai mencari bahan yang diperlukan. Ia berbalik dan duduk di bangku. Tatapan mereka bertemu saat itu juga.
"Kau punya pacarkan?" Joshua tersenyum. "Karena aku ga mau ganggu hubunganmu sama Jun."
"Apa?" gumam Yura. Kepala Yura cukup pusing untuk memikirkan semua itu. Pandangan Joshua langsung menuju ke arah kaki Yura. "Jun nganggap aku rivalnya. Hahaha... lucu."
Mata sendunya terlihat jelas. Yura menetapkan hati, ia tak senang dengan hubungan ini. Meskipun Jun adalah pria yang sangat baik dan boyfriend material, kepingan jigsaw hati Yura masih tak cocok dengan Jun.
"Jisoo-sshi... aku itu apa buatmu?"
"Kau?" Jisoo cuma tersenyum. Tatapan Yura masih penuh teka teki. Sedang Jisoo sekilas menepuk kaki Yura yang sakit "woe sakit!"
"Bodo, kau ngapain puitis banget? Kita lagi ga di dalam novel loh."
"Apaan deh... udah tau ni sakit."
"Pegang yang bener esnya, gue ga digaji buat ini."
"Iya pak."
Yura senang Joshua kembali ke sikapnya yang biasa. Yang nggak canggung, yang sering mengatakan hal aneh dalam satu persen topik percakapan. Mulai dari pertemuan di rumah Yura hingga di uks sekarang, Joshua jarang terlihat jutek seperti di perpus.
"Kemaren kau ke rumah Eunbi?"
"Hmm." Joshua berdehem.
"Ngapain aja?"
"Things best friend do-"
"Hah..."
"Eunbi ga ngasih tau ke kamu?"
Yura sedikit menggeleng pelan. "Tumben."
"Kami jarang kontakan semenjak dia balik. Tau sendirikan, dianya lagi sibuk masalah cowok juga."
"Vernon?"
"Iya si Hansol. Ah! Gatau lagi lah pusing mikirin cowok."
"Gue cowok..."
"Tapi lu enak diajak cakap ga kayak cowok biasa."
"Tetap, gue tetap cowok."
Joshua ngeliatin Yura yang terdiam habis dia ngucapin hal itu dua kali.
"Aish... diem."
"Napa diem?"
"Kau kenapa tiba-tiba pakai lo gue? Tumben."
"Gaboleh? Oke-"
"Boleh kok."
"Anak ekskul bahasa jarang kan begini."
"Maksudnya lo gue?"
Joshua cuma ngangguk.
"Btw, Jun ga kemari?"
"Nggak tuh."
"Kak Yeonrin gimana kabar?"
"Baik aja tuh. Palingan ngeliat dia jam dua malam masih kedengaran lagu. Oh ya! Orang tuaku udah pulang loh~"
"Bagus la, kamu ga kesepian lagi."
"Ah, iya juga... cuma ga ada yang bisa gantiin Eunbi."
"Gausah pasang muka merengut gitulah."
"Novelmu belum gue balikin. Masih ada di rumah, ntar mau ke rumah gak?"
Joshua terdiam bentar natapin Yura. Gadis itu juga terdiam sebentar. 'Anjir, gue ngajak ngedate dia berarti,' batinnya.
"Boleh-boleh."
"Jis, tangan gue beku nih lama lama."
"Oh kukira lo tahan banting sampe sampe keseleo."
"Itu kecelakaan oke?"
"Oke."
Joshua gantian megang kompres esnya. Tangan Yura rasanya tebal banget sangking kebas dan lamanya dia megang es.
"Jis, tau gak-"
"Gak."
"Ih, belum siap ngomong nih... tau K/DA?"
Joshua cuma sedikit menggeleng.
"Lo jarang denger musik?"
"Paling dengerin lagu akmu, klasik atau sejenis akustik gitu."
"Tak suka popping music ya?"
"Gaberapa."
"Sip... ah, ini mau di kompres sampai berapa lama?"
"Lima menit lagi. Sabar ya, biar ototnya gak bengkak."
"Jis... lu ga capek cakap sama gue? Yah.. lo tau sendiri aku cakap jarang ada topik."
"Nggak tuh.. malahan aku suka-" Joshua memberhentikan ucapannya. Bersamaan pipi mereka berdua memerah, Yura tak bisa mengatakan apa-apa. Joshua juga mengalihkan pandangannya dengan menutupi setengah wajahnya dengan tangan kirinya. Ya, tangan kanannya berguna untuk mengompres kaki Yura.
"Kau suka sama aku?"
Joshua melihat ke arah Yura, "ya-ya... ya tentu kayak aku suka Eunbi, Seungkwan, Hansol..." Joshua tergagap kebingungan.
"Oh gitu..."
"Yura, aku mau nanya sama kamu."
"Apaan?"
"Kalo kita punya perasaan... gak mau jauh-jauh, tiap ngeliat orang itu sama orang lain kita gak suka, tiap dia sedih kita pengen ngehibur dia, kita selalu rindu dan pengen dia ada di samping kita selalu ada buat kita... itu rasa apa?"
"Itu tandanya kau suka... nggak, kau cinta sama dia bahkan sayang."
"Oh gitu."
"Ada orang yang kau suka?"
Joshua nggak menjawab, menimbulkan rasa penasaran bahkan hati Yura pecah berkeping-keping. Yura tahu dia ngomong dari hati, dari tatapan saat ia bertanya hingga senyumnya yang terukir di wajahnya. Ia kemudian melihat ke jam tangannya. 20 menit sudah berlalu semenjak kaki Yura di kompres dengan es. Joshua mengambil kompres es itu kemudian berdiri dan mencari perban keseleo di kotak obat.
Bel berbunyi setelahnya.
"Jis, lu gak masuk? Udah bel nih."
"Aku ngabarin Seungkwan aja bentaran."
Joshua kemudian duduk dan meletakkan perban dan obat minum di sebelah Yura. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang. Langsung diangkat, "halo."
"Permisiin aku. Disuruh bibi Jaehwa ngobatin anak orang di uks... mau tau aja... aku balik pas istirahat kedua, bilang aja gitu. Oke? Oke. Bye."
Joshua ngeliat ke arah Yura yang sedsng mengernyit. "Sudah kan? Aku disini disuruh buat jaga elo."
"Heh... lo belum jawab pertanyaan gue."
"Orang yang gue suka?"
Yura mengangguk dengan sungguh hati. Joshua mencubit hidung Yura, "heh!"
"Orang yang gue suka itu elu. Puas?"
Yura bingung, hingga tergagap disetiap kata-katanya. Ia gak tau ngomong apa, belum siap akan ucapan Joshua.
"Jis.. yang elu bilang tadi?"
"Suka yang ini beda... kira kira gitu," ujar Joshua melirik ke arah Yura dengan menutup sebagian wajahnya.
"Gak bercanda kan?"
"Lee Yura, aku sayang sama kamu. Oke? Jangan buat aku ngulang perkataan."
"Hah... ehm.. gimana? Kenapa lo ngimong gitu siih!"
Yura menepuk pundak Joshua beberapa kali. Jantung Yura berdetak begitu kencang.
"Gue itu udah punya pacar loh."
"Maaf, gue baru sadar sekarang..."
"Sejak kapan?"
"Udah ah. Malu gue.."
Joshua mulai membalut kaki Yura tanpa bahas hal yang lain. Mereka berdua sama sekali tak bisa berkata-kata. Serangan mendadak itu membuat Yura tak bisa berpikir hal lain. Eunbi? Jun? Hansol? Yang dipikiran Yura saat ini cuma Joshua.
"Jawabanmu gimana?"
▪ Tbc ▪
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top