03
Suara orang yang pergi dan datang, bel berbunyi nyaring, aroma minuman hangat serta tugas. Iya, hari ini pulang lebih awal. Sekitar jam lima sore. Hari ini dikabarkan tak ada jadwal pembelajaran tambahan sampai malam hari.
"Selamat datang di kafe The Jam's" sambut pelayan.
Yura mengambil bangku sofa dekat jendela dengan meja yang cukup lebar yang cukup untuk 4 orang.
Kafe ini tak begitu ramai. Mungkin karena di daerah sini lumayan banyak orang yang membuka kedai kopi.
"Mau pesan apa, dek?" tanya sang pelayan sambil memegang kertas nota yang sebelumnya menyerahkan daftar menu.
"Hot chocolate sama macaronsnya ya."
"Itu aja? Ada lagi?"
"Iya itu aja, kak."
"Baiklah, mohon tunggu sebentar."
Pelayan itu hilang dan masuk ke area kerjanya. Sementara itu, Yura mengeluarkan laptop, kertas, serta buku pelajarannya. Hari ini ada tugas. Yura jujur saja, ia bosan terus-terusan belajar di kamarnya.
"Kimia... kimia... kenapa coba kimia?" gumamnya kesal.
"Siswi lainnya pada mau pula tuh... mau aja ditipu guru sok ganteng gitu," kata Yura dengan suara pelan.
"Ini pesanannya, satu Hot Chocolate dan satu porsi macarons."
Suara pelayan itu tentu dikenal oleh Yura. Dengan wajahnya yang penasaran, gadis itu melihat ke arah pegawai di kafe itu.
Seorang pria yang memakai masker berwarna hitam dengan seragam kerjanya. Jelas, rambut itu dikenali oleh Yura.
"Ada yang aneh?" tanya Pria itu.
"Aniya... Oppa hanya mirip dengan seseorang yang kukenal."
"O-oh... Selamat menikmati."
Pelayan itu tampak tersenyum dengan matanya saat menyajikan pesanan Yura. Mungkin cuma firasat Yura.
Gadis itu kembali fokus meminum dan memakan pesanannya sambil mengerjakan tugasnya.
Lama setelah itu hingga minuman dan makanan ringannya habis, Yura masih penasaran dengan pelayan itu hingga ia melihat ke arah Pria yang hanya dirinya sendiri yang mengenakan masker, apalagi berwarna mencolok seperti hitam.
"Mbak, sini deh.." panggil Yura ke salah satu pegawai alias pelayan, karena penulis gak tau itu gimana nulisnya.
"Ada apa dek?"
"Ituu.. pegawai yang makai masker-"
"Yang kemejanya dilipat sesiku?"
"Iya, yang makai-"
"Masker kan?'
Yura mengangguk lalu bertanya, "nama Oppa itu siapa, mbak?"
"Kau kenal?"
"Kayaknya aku kenal sih, mbak."
"Nama cowok itu Kim Mingyu."
"Kim Mingyu?"
"Iya dek."
Lonceng di pikiran Yura berdenting. Benar firasat Yura. Pria itu adalah seseorang yang Yura kenal.
"Oh, makasih ya. Sekalian, saya pesan satu cangkir coklat hangat lagi ya."
"Oke dek."
Yura lanjut mengerjakan tugasnya hingga saat Pria yang sama yang mengantarkan pesanannya.
"Ini pesanannya-"
"Ssaem, kerja disini?"
"Kenapa adek manggil saya Ssaem?"
"Kim Mingyu kan? Itu nama Ssaem kan? Ngapain coba nyembunyiin begitu."
Pria itu menghela napasnya lalu membuka setengah maskernya hingga hidung dan wajahnya terekspos.
"Nah gitu dong, gak pengap liatnya."
"Kau murid terkurang ajar yang pernah kujumpai."
Mingyu menyengir dan alisnya mengerut. Ia menyilangkan tangannya diatas dadanya.
"Kenapa sembunyiin ke aku? Ssaem kira aku bakal nyebar info anda gitu?"
"Ya... mana tau... aku percaya padamu... karena cuma kau dan satu temanmu yang tidak menggila saat aku mengajar."
"Makanya, lahir tuh jangan kegantengan. Nanti banyak yang ngejar, kayak aku." kata Yura dengan pedenya.
"Lahir tampan ya gimana."
"Maaf ya, kalau saya terlalu tidak formal. Karena kalau lihat Ssaem begini, seperti lihat Eonnie-ku dan teman Namja-nya."
"Panggil Oppa aja, gak usah Ssaem kalau diluar. Aneh rasanya."
"Siap Ssaem! Maksudku Oppa. Tugas rumahmu menyiksaku!" ungkap Yura kesal.
"Tunggu lah ya, setengah jam lagi jam kerjaku habis. Biar aku bantu ngerjai."
"Serius? Tumben ada guru yang baik kayak Oppa."
"Gah... aku mau balik kerja dulu."
Yura cuma tinggal tersenyum manis. Nasibnya sudah beruntung tugasnya bakal dibantu oleh pembuat pr itu sendiri.
Setengah jam berlalu, hingga akhirnya Pria itu menghampiri Yura dengan baju kemeja putih dan Jaket kulitnya.
"Mana yang mau dikerjain?"
"Dua soal lagi. Eh, yang lain bener gak?"
"Jadi minta semua di kerjai gitu?!"
"Kan saya bertanya, mana tau kan ada yang salah." Kata Yura dengan senyuman yang merasa tak bersalah.
Mingyu duduk di samping Yura, berjarak beberapa sentimeter darinya. Terus mengajari Yura hingga ia paham tentang Kimia. Sebuah keajaiban.
"Kau... benar-benar tak paham Kimia?"
"Paham sih paham... cuma Ssaem kami sebelumnya, ngajarnya gak becus. Kami harus mengerti apa yang dia ajarkan walau kami gak ngerti apa yang diajarkan."
"Makanya belajar."
"Eonnie-ku yang biasanyanya ngajari aku, cuma belakangan ini dia sibuk sama tugas kuliahnya."
"Umur kakakmu berapa?"
"Dua puluh dua? Eh dua puluh tiga tahun ini."
"Sekitaran umur aku yak."
"Kenapa? Lagi cari jodoh?"
"Kau... bisa gak jangan tajam kali ngomongnya."
"Kan saya bertanya, Oppa"
"Kata orang tuaku, aku bakal di jodohkan."
"Masih zaman begituan? Eh tapi, sepupuku juga katanya bakal digituin."
"Makanya jangan asal jawab.."
"Kau pulang jalan kaki? Udah jam tujuh lho."
Mingyu memasang sarung tangannya, lalu memasang helmnya setelah memakai masker.
"Udah biasa.."
"Kau itu cewek, sebaiknya diantar. Gak baik pulang sendiri jam segini."
"Yaudah deh..."
Yura memasang helm yang diberikan Mingyu dengan malas, lalu duduk di atas sepeda motor sport milik Mingyu. Kedua tangan Yura sudah siap menggenggam pegangan belakang.
"Udah?"
"Udah."
Setelah bertanya tentang alamat Yura, lalu Mingyu melesat dengan sepeda motornya. Tak ada percakapan yang keluar dari mulut keduanya. Yura cuma takjub bisa dekat dengan seorang guru yang baru saja ia kenal.
Hingga akhirnya Yura sampai ke rumah dengan selamat dan cepat berkat gurunya itu.
"Gomapta(makasih)." Kata Yura sambil memberikan helm milik Mingyu.
"Have a nice weekend!~"
"Oh, kau juga."
"Annyeong!"
Mingyu menghilang kencang dengan keretanya itu. Padahal Yura belum sempat mengatakan 'Annyeong'.
Yura pulang, disambut dengan pelukan kakaknya.
"Kau ini kemana aja?!"
"Aku belajar di kafe, kenapa?"
"Kenapa gak kabari? Kenapa gak lihat handphone-mu itu?"
"Oh, batre hpku habis saat pulang sekolah."
"Uh... belum makan kan? Habis mandi, ganti baju, makan malam ada di meja makan ya."
"Oke kak..."
Yura dengan pegalnya naik ke tangga dan masuk ke kamarnya. Tas ransel di letakkan di atas meja belajarnya. Handphonenya ia cas. Badannya sungguh lelah, ia sungguh merasa nyaman ketika membanting badannya ke tempat tidurnya.
Krek!
Eunbi membuka pintu kamar Yura dengan wajahnya yang marah.
"Apa kau sudah kehilangan akal?!"
"Apa maksudnya, Bi-"
"Kau! Kenapa sih gak mau buka hpmu?"
Yura yang tadinya tiduran, ia kini duduk fokus dengan ucapan Eunbi.
"Jelaskan yang baik, aku masih gak ngerti kau ngomong apa."
"Jisoo datang dan menunggumu selama dua jam! Kau gak liat apa pesan dia?"
"Hp-ku mati. Tadi aku belajar di kafe..."
"Ugh.. untung kau punya alasan. Kalau enggak, kau orang pertama yang tak akan kuhubungi saat aku nonton konser!"
"Kalem atuh.. aku juga ga tau apa-apa.."
"Makanya bawa powerbank."
"Kan elu pakai punyaku."
"Oh iya, hehehe... lupa. Guek balik ke kamar ya, mau baca novel."
"Bye."
Eunbi keluar. Yura udah lelah banget. Cuma dia harus mandi terus makan malam. Setelah selesai semua kerjaan, Yura tahu kalau Eunbi dan Yeon-rin lagi nonton drama korea di ruang keluarga. Ia cuma lagi berencana membalas semua pesan yang masuk ke handphonenya sejak tadi sore.
"Jisoo dapat kontakku? Dari Eunbi kali yak?" gumamnya.
-
Hong Jisoo
Jisoo: Yura-sshi. (04.30 P.M)
Jisoo: Pulang sekolah aku bakal kerumahmu. (04.31 P.M)
Jisoo: kau gak pulang sama Eunbi? (05.01 P.M)
Jisoo: Aku ada buku novel yang kau gak punya. Nanti ku antar ya. (05.16 P.M)
Jisoo: Yura-sshi, kau dimana? (05.30 P.M)
Jisoo: *missed call* (05.34 P.M)
Jisoo: *missed call* (05.36 P.M)
Jisoo: *missed call* (05.38 P.M)
Jisoo: Aku nunggui kamu dirumahmu ya. (06.20 P.M)
Jisoo: aku pulang ya... maaf ngerepotin. (06.48 P.M)
-
Sungguh, Yura ngerasa bersalah banget karena nggak balas chat Jisoo. Yura tanpa ragu langsung nelpon Jisoo dan langsung di angkat.
"Yoboseo. Ah, Yura-sshi?"
"Apa.. aku menganggumu?"
"Aniya~ suaranya menggema ya? Maaf, aku lagi di kamar mandi."
"Kau berendam?"
Yura hampir tertawa mendengar jawaban Jisoo.
"Iya. Ah! Jangan berimajinasi tentang apapun! Akh.. aku jadi malu."
"Wae yo?~"
"Ini pertama kalinya aku nelpon orang sambil berendam! By naked... you know... Jangan bayangin apapun! Aku tutup telponnya ya. Aku bakal nelpon kamu lagi, Bye~"
"Bye bye."
Tawa Yura tersembur ketika telepon ditutup. Suara Jisoo terdengar jelas canggung dan menggema.
Cuma beberapa menit setelah itu, Jisoo kembali menelpon Yura.
"Yoboseo, Yura-sshi."
"Yoboseo."
"Kau sudah makan?"
"Sudah. Kau gimana?"
"Udah kok."
"Jisoo-sshi... aku minta maaf ya.. tadi hpku mati. Aku minta maaf sebesar-besarnya. Aku pergi ke kafe buat belajar."
"Ah, gak apa-apa. Tenang aja."
"Uhmm, besok liburkan? Gimana kalau aku traktir kau makan es krim sebagai gantinya?"
"Yakin? ...Kalau kau paksa, boleh deh."
Dengan suara cool-nya, Jisoo tertawa di sebrang sana. Yura juga bersemangat karena mendengar Jisoo.
"Ketemuan dimana? Ah... di rumahmu aja kali ya." Kata Jisoo.
"Itu sih terserah, jam sembilan bisa gak?"
"Sembilan? Bisa-bisa."
Suara Jisoo sudah agak serak dari biasanya. Ya karena memang sudah malam. Terlalu cepat bagi seorang cowok untuk tidur, begitulah pemikiran Yura.
"Jisoo-sshi, kau mengantuk?"
"Hah? Suaraku serak ya?"
"Habis mandi emang enak tidur kan? Maaf ya karena udah ganggu."
"Gak apa-apa kok. Aku capek aja hari ini. Uh... aku ngantuk tapi gak bisa tidur."
"Oh, yaudah aku-"
"Bisa temani aku bicara sebentar sampai aku tertidur?"
"Ah? Tentu? Uhm... bicara apa?"
"Harimu."
"Ngerjai pr kimia, uh.. apalagi ya.. makan malam? Minum kopi. Meminta maaf padamu. Kau... beneran maafin aku kan?"
"Hahaha... aku memaafkanmu kok... nyanyiin aku lagu tidur, mau gak?"
"Lagu tidur... uh? Suaraku tak bagus."
Suara Jisoo tak terdengar lagi. Hanya suara nafas yang teratur.
"Weh, udah tidur dia," kata Yura pelan.
Yurapun akhirnya mematikan teleponnya.
Hari ini, Lee Yura sudah berjanji kepada Hong Jisoo untuk pergi makan es krim bersama.
"Tentu aja bukan date, siapa bilang itu date. Kau pengen ngedate sama sahabatmu sendiri?" Kata Yura sarkastis.
"YA!! Biasa aja dong! Aku tau jelas kalau aku ini gak pernah punya pacar. Iya, aku tau aku itu pacaran sama hp."
Dibalik pertengkaran di pagi itu, ada Yeon-rin yang sibuk memainkan hp-nya sambil mengaduk pelan sereal cokelat miliknya. Udah bosan dengar mereka berantam.
"Eonnie! Yura pergi nge-date!" Seru Eunbi dengan jarak hanya satu meter di antara mereka berdua dengan Yeon-rin.
"Sama siapa?"
"Jisoo! Tapi itu-dia.. dia.. kami gak nge-date. Ini cuma permintaan maaf karena kemarin aku udah ngecewain dia."
Yura memberi alasan yang sejujurnya. Padahal baru jam setengah sembilan pagi, tapi Yura sudah berpakaian manis dengan rambut hitam berkilau sebahu yang digerai, kemeja kain bermotif kotak-kotak putih-hitam yang di pakai sebagai cardigan, kaus katun putih sebahu yang dimasukkan ke dalam rok hitam sepaha (dimulai dari pinggang), kaus kaki krim sepergelangan kaki, sepatu converse putih, tentu saja dengan make up yang tidak berlebihan. Oh, ditambah dengan tas ransel kecil berwarna hitam, serta topi adidas warna putih.
Gayanya terlalu kasual untuk pergi dengan cowok extra-ganteng. Maksudnya, siapa tahu Jisoo lebih formal dari pakaian formal biasanya (seragam sekolah).
"Kau gak ada niat pakai liptint gitu?" kata Eunbi.
"Oh iya. Lip tintku kan habis dipakai Eonnie."
"Udah dibeli kemarin, liat aja di lemari kakak," ucap Yeon-rin sambil menatap malas adiknya itu.
"Malas ah naik lagi. Mending aku gini aja deh."
"Kau itu suka ya sama Jisoo?" tanya Eunbi.
"Hei, maksudmu apaan? Kami cuma temenan yeh."
"Perasaan sama temenan itu beda lho. Bisa aja temen tapi nyatanya kamu cinta banget sama dia."
Perkataan Yeon-rin cuma bisa didiamin oleh kedua sepupunya itu. Pasalnya, wanita itu memang sudah sering bicara terlalu to-the-point.
"Sering ngalamin nih kan?-"
Ucapan Yura terpotong saat bel rumah berbunyi nyaring.
"Si jisoo kali," kata Eunbi.
Beberapa langkah Yura ambil untuk membuka pintu itu.
"Halo.. um... aku datang kecepatan yak?"
Itu sosok Hong Jisoo. Pakaiannya tak terlihat seperti biasanya. Pakaian yang lebih kasual dari yang biasa Yura lihat.
"Un.. gak apa-apa kok. Mau berangkat sekarang?"
"Yaudah. Ayuk."
"B-bentar-" Yura berteriak, "Eonnie! Eunbi-ya! Aku pergi ya!"
Dengan wajah bantal, Yeon-rin datang menghampiri.
"Oh, Jisoo-a~ jaga Yura, oke?"
"Ah Noona. Pastilah. Oh ya Noona~, katanya Hansol mau datang sekitar jam tiga."
"Jam tiga? Hansol yang muka bule korea itu?"
Jisoo cuma tertawa sambil ngangguk.
"Okedeh. Makasih ya. Hati-hati Yura-ya."
"See you, Eonnie."
Di jalanan kota seperti biasa, keduanya saling berjalan sambil berdampingan.
"Jisoo-sshi, kau mau makan desert gak? Aku tau tempat es krim yang enak, kopinya juga enak!"
"Tuntun aku jalan yak."
Sungguh, Jisoo ingin langsung memegang tangan Yura. Namun hal itu tak mungkin kan?
Suara bel pintu berbunyi karena Yura membuka bel pintu kafe itu.
Jisoo sama sekali tak tahu menahu tentang kafe itu. Yura memilih tempat yang kemarin ia pilih. Iya, Kafe The Jam's.
"Mau pesan apa?"
"Jis mau pesan apa?"
"Cokelat aja, sundae."
"Itu sama satu lagi, ice cream rolls cokelat."
Pesanan tentu sudah di pesan. Tinggal keduanya menunggu.
"Kau baru pertama kali kemari?"
Jisoo hanya mengangguk.
"Aku tuh kemarin belajar disini. Miane, Jisoo-sshi."
"It's fine. Lagian aku ngerti kok."
Perasaan keduanya ingin meledak. Tapi, peraturan stay cool and calm itu tetap mereka pegang. Apalagi Yura yang baru kenal dengan Jisoo.
"Jisoo-sshi, aku gak pernah liat kamu sekasual ini."
"Aku juga gak pernah liat kamu secantik ini."
Oof, Jisoo tentu salah ngomong. Karena Jisoo terpana melihat penampilan Yura kali ini.
"Hah?"
"Udah abaikan. Aku salah ngomong..."
Jisoo menutup wajahnya dengan telapak tangan kanannya sambil tertawa pelan.
"Itu serius?"
Yura meraih tangan kiri Jisoo dan menggoyangnya, meminta jawaban dari Jisoo. Yura yakin ia tak salah dengar.
"Jisoo-ya~! Maksudku...uh... Jisoo-sshi~ seriusan lah."
Jisoo hanya terdiam hingga ia mendengar Yura berbicara dengan orang lain.
"Eh Mingyu Oppa? Hari libur juga kerja?"
"Tentu aja, Yura-sshi."
Jisoo lalu melihat ke arah siapa Yura berbicara. Sosok itu sangat familiar dengan Jisoo.
"Ssaem?" kata Jisoo terkejut.
"Hong Jisoo... benarkan?" ujar Mingyu sambil menunjuk ke arah Jisoo dengan sopan.
"Ssaem kok disini?"
• Tbc •
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top