20 : Kepergian Gomdori

Changkyun duduk berhadapan dengan Taehyung di tepi ranjang mereka. Saat itu Changkyun tengah melilit telapak tangan kiri Taehyung menggunakan hand wrap berwarna putih. Sebelumnya ia sudah di beri tahu bahwa Taehyung akan meninggalkan Silent Night Institute bersama Da Xian. Rasa kehilangan jelas ada, namun Changkyun juga tidak bisa menghalangi Taehyung untuk pergi.

"Kau tidak ikut denganku?" Satu pertanyaan keluar dari mulut Taehyung setelah keduanya berdiam diri cukup lama. Namun hanya sebuah gelengan yang di dapat oleh Taehyung sebagai sebuah jawaban.

"Kenapa?"

"Aku harus menjaga Ketua di sini, jika aku pergi, siapa yang akan mengurus Organisasi?"

"Kita bisa berkunjung ke sini setiap akhir pekan."

Changkyun menurunkan tangan Taehyung dan mengangkat wajahnya. Mempertemukan pandangan keduanya. Changkyun lantas berucap, "tidak apa-apa jika Hyeong pergi, ada seseorang yang sudah menunggumu di luar sana."

"Siapa?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya pertemuan kalian akan segera terjadi."

"Kapan?"

"Itu sebuah rahasia. Jika aku mengungkapnya, maka nyawaku menjadi taruhannya."

Taehyung menjatuhkan pandangannya pada telapak tangannya yang telah tertutup sempurna oleh kain putih. Dia bergumam, "bagaimana jika aku ..."

"Hatimu," sahut Changkyun dengan cepat dan mengambil perhatian Taehyung. "Jika Hyeong bisa menjaga hati Hyeong dengan baik, semua akan baik-baik saja. Berhenti menakuti sesuatu yang belum tentu akan terjadi ... sebanyak apapun bantuanku, semua akan sia-sia jika Hyeong tidak mencoba untuk menyelamatkan diri Hyeong sendiri."

"Aku ... akan bekerja dengan Da Xian Hyeongnim. Apa itu tidak masalah?"

"Pekerjaan bukanlah masalah. Agen rahasia sebenarnya adalah pekerjaan yang terlalu berbahaya ... tapi pastikan hati Hyeong tetap bersih. Jangan menyimpan sedikitpun kemarahan dan jangan jauh-jauh dari Da Xian Hyeongnim."

"Sepertinya ... akan lebih baik jika aku tidak pergi."

"Hyeong harus tetap pergi."

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa memberitahumu."

Changkyun tahu sesuatu, namun tetap saja ia tidak memiliki hak untuk mengungkapkan masa depan. Karena masa depan merupakan sebuah misteri yang harus di pecahkan untuk bisa mengetahui rahasia di balik misteri itu. Sekalipun Changkyun tahu apa yang akan terjadi setelah ini, namun tetap saja lisannya tak mampu untuk mengungkapkan semuanya secara keseluruhan. Bahkan jika para tetua Silent Nigth bertanya padanya, mungkin ia hanya akan memberikan sedikit dari kebenaran yang ada.

Pintu kamar terbuka dan menarik perhatian keduanya. Dari sana Da Xian masuk dan mendekati keduanya, dan di pertemuan pertama mereka, nentra Da Xian lah satu-satunya yang mampu menarik perhatian Changkyun. Bahkan sampai pria itu berdiri di hadapan mereka, Changkyun tak mampu mengalihkan pandangannya dari netra Da Xian.

Da Xian yang menyadari hal itu lantas menjatuhkan pandangannya pada Changkyun, seakan tengah menantang pemuda itu untuk menyelami kegelapan yang tersimpan dalam netranya.
Tak ada yang berubah dari wajah Da Xian, namun itu tidak berlaku bagi Changkyun. Perlahan keringat dingin terlihat di kedua sisi wajah pemuda itu. Changkyun tak mengerti, semakin ia menyelami mata Da Xian, maka semakin gelap ruang yang ia lihat dan bahkan lebih gelap dari apa yang ia lihat pada netra Jooheon.

Changkyun tak mampu menembus kegelapan itu hingga pada akhirnya pemuda itu membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan mencengkram kepalanya yang kembali terasa sakit.

"Changkyun ... ada apa? Kau baik-baik saja," tegur Taehyung sembari memegang bahu Changkyun.

Da Xian lantas memegang puncak kepala Changkyun dan berucap, "jangan serakah, kau tidak akan mampu melakukannya."

Mata Changkyun yang sempat menutup itupun perlahan terbuka ketika rasa sakit di kepalanya perlahan menghilang. Dia kembali menegakkan tubuhnya dan sekali lagu bertemu padang dengan Da Xian.

Da Xian tersenyum dengan lembut. "Jangan melakukan hal itu lagi."

"Maaf," Changkyun menunduk penuh sesal.

Da Xian kemudian menjatuhkan pandangannya pada Taehyung dan berucap, "kita pergi dari sini sore nanti."

Taehyung mengangguk.

"Sekarang istirahatlah dulu." Da Xian lantas pergi meninggalkan kedua pemuda itu dan saat itu pandangan Changkyun kembali terangkat dan menemukan punggungnya yang berjalan menuju pintu keluar.

Sore harinya, Da Xian dan Taehyung bersiap untuk pergi. Berdiri berhadapan dengan ketiga pengurus Silent Night Institute tepat di ujung halaman.

"Taehyung, ucapkan selamat tinggal kepada saudara-saudaramu," ucap Da Xian.

Taehyung maju selangkah. Berniat membungkukkan badannya untuk mengucapkan perpisahan pada Yoohyeon, namun gadis itu lebih dulu memeluknya dan menepuk punggungnya beberapa.

"Jaga kesehatan Oppa baik-baik. Jika merindukan kami, hubungi saja kami ..."

Yoohyeon melepaskan pelukannya dan membalas senyum yang di lontarkan oleh Taehyung. "Jangan terlalu sering bertengkar dengan Changkyun."

Yoohyeon hanya memberikan seulas senyum lebarnya sebagai jawaban. Taehyung lantas beralih pada Changkyun yang langsung memberikannya sebuah pelukan. Tak seperti sebelumnya, kali ini Taehyung membalas pelukan itu.

"Ingat pesanku baik-baik, Hyeong."

Taehyung mengangguk. "Aku akan merindukanmu."

Pelukan itu terlepas dan mengantarkan Taehyung pada ayah dari Silent Night Institute yang telah membesarkannya selama ini.

"Buatlah kenangan yang baik di sana. Kapan-kapan kami akan mengunjungimu."

"Atas bimbingannya selama ini, aku ucapkan banyak terima kasih kepada Ketua." Taehyung membungkukkan badannya, memberi hormat kepada tetua yang paling di segani di sana sebelum kembali mundur satu langkah.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi sekarang," pamit Da Xian.

"Jaga putra kita baik-baik, Hyeongnim."

"Kau tidak perlu khawatir." Da Xian menjatuhkan pandangannya pada Taehyung. "Ayo, kita pergi sekarang."

Taehyung mengangguk dan keduanya pun melangkahkan kaki mereka menjauhi halaman Silent Night Institute. Menyusuri jalan setapak yang membimbing mereka untuk memasuki hutan.

"Oppa ... makanlah yang banyak ..." pekik Yoohyeon dan melambaikan tangannya ketika melihat Taehyung menoleh ke arah mereka.

"Hati-hati ..."

Taehyung membalas lambaian tangan itu dan kembali mengikuti langkah Da Xian hingga sosok keduanya yang perlahan menghilang dari pandangan ketiga orang yang masih berdiri di ujung halaman.

Satu helaan napas Jooheon lantas menarik perhatian dari kedua anak muda yang berdiri di sampingnya. Merasa di perhatian, Jooheon pun lantas memandang keduanya.

"Kenapa melihatku seperti itu?"

"Ketua menangis?" celetuk Yoohyeon.

"Tidak ... untuk apa aku menangis?" jawab Jooheon terlalu bersemangat.

Changkyun menyahut, "menangis pun tidak masalah ... kami akan pura-pura tidak mendengar."

"Ya! siapa yang menangis? Jangan asal bicara." Jooheon menjatuhkan pandangannya pada Yoohyeon. "Kau kembalilah dan periksa keadaan di dalam."

"Hanya aku?"

"Tentu saja, memang mau siapa lagi?"

"Bagaimana dengan Changkyun?"

"Aku ada perlu dengannya, kau kembalilah lebih dulu."

Yoohyeon mendengus dan lantas berbalik, berjalan menuju bangunan Silent Night Institute meninggalkan keduanya. Jooheon dan Changkyun lantas bertemu pandang.

"Ayo."

"Bagaimana jika aku gagal?"

"Tempat ini taruhannya ... jangan khawatirkan apapun dan lakukan saja seperti yang kukatakan."

Jooheon lantas melangkahkan kakinya lebih dulu. Membimbing langkah Changkyun di belakangnya memasuki hutan yang sudah mulai menggelap karena matahari yang kini telah berada di ujung barat.

"Hyeongnim," tegur Changkyun dari belakang.

"Kenapa?"

"Ada yang aneh dengan mata Da Xian Hyeongnim."

Netra Jooheon bereaksi, namun ia berpura-pura tak mengerti dengan apa yang di maksud oleh Changkyun saat itu.

"Aneh bagaimana?"

Changkyun sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum gelengan itu ia berikan. "Entahlah, aku tidak yakin dengan hal itu."

Sudut bibir Jooheon terangkat dengan lembut. "Jangan macam-macam dengannya. Bagaimanapun juga dia adalah seniorku."

"Aku ... merasakan sesuatu yang sangat gelap telah menanti Da Xian Hyeongnim."

Langkah Jooheon terhenti, begitu pula dengan Changkyun. Perlahan Jooheon berbalik dan berhadapan dengan pemuda itu.

"Kau merasakannya?"

Changkyun mengangguk dengan ragu.

"Itulah sebabnya kenapa kau harus mengambil alih segel milik ayahmu ini ... jika Da Xian Hyeongnim tetap memaksakan diri, sesuatu yang buruk akan segera terjadi padanya."

"Sesuatu yang buruk seperti apa?"

"Kami tidak bisa memberitahumu, begitupun jangan mencari tahu tentang hal itu ... kami terlarang untuk kalian dekati."

"Kenapa?"

"Kenapa kau hanya melihat kegelapan di dalam mata kami? Kau tahu jawabannya?"

Changkyun menggeleng.

"Karena jiwa kami telah bernaung di dalam kegelapan itu sendiri ... jika memang harus terjadi, suatu saat nanti kau akan tahu jawabannya. Untuk saat ini, jangan menyimpan rasa penasaranmu terhadap kami ..."

Jooheon berbalik dan kembali membimbing langkah Changkyun. Namun pemuda itu tak kunjung beranjak dari tempatnya dan hanya memandang punggung Jooheon yang berjalan menjauhinya.

"Jangan sampai kau tertinggal," tegur Jooheon tanpa menoleh ke belakang.

Changkyun lantas segera menyusul Jooheon. Menembus kegelapan di dalam hutan di saat Taehyung tengah dalam perjalanan menuju Seoul bersama Da Xian. Menemukan jalan menuju takdir mereka masing-masing yang masih menjadi misteri, dan bahkan Lim Changkyun sendiri pun tidak tahu takdir apa yang akan menghampirinya di masa mendatang.

Bisakah ia menyelamatkan dirinya sendiri di kemudian hari ketika petaka itu datang?

Selesai di tulis : 24.04.2020
Di publikasikan : 25.04.2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top