―⏳ ONE ⌛―

╔═══════════════════════╗

"Sei-kun, aku mau belanja buat sahur nan―"

"Iya, nanti di gofood."

[Name] terdiam, menatap wajah suaminya dengan ekspresi wajah menghujat.

Dalam hati, ia berkata, "Dasar orang kaya, gofood mulu. Kalau ke pasar kan lebih murah, bisa nego pula."

"Sadar diri, [Name]. Uangku itu uangmu juga," ucap Seijuro, seakan bisa membaca isi pikiran istrinya.

[Name] tersenyum penuh arti, perempatan imajiner muncul di atas kepalanya. Benar juga apa yang diucapkan Seijuro, tapi di satu sisi jiwa hematnya meraung-raung karena ia sadar bahwa mereka terlalu sering memesan gofood.

[Name] menghela nafas berat, "Gak Jadi, mending masak apa yang ada di kulkas aja deh," ucap [Name], kemudian berjalan pergi menuju dapur.

"Kamu nggak marah, kan, [Name]?" tanya Seijuro.

"Engga."

"Masa? Trus itu apa? Yakin ga marah?" [Name] menatap sinis dan tanpa sadar ekspresi wajahnya sudah cemberut.

"Aku nggak bakal marah kalau kamu makan masakanku." Kata [Name]

"Iya aku bakal makan masakan kamu kok, masakan kamu kan yang paling enak."

[Name] sama sekali tidak menghiraukan Seijuro, matanya hanya terfokus pada isi kulkas.

"Hahahaha, jangan gitu, kalau kamu cemberut, nanti ku cium lho, mau kamu?"

[Name] melirik sinis ke arah Seijuro, "Ga boleh mesum, Sei."

"Mesum sama istri sendiri apa salahnya? Lagipula kita juga udah-" Seijuro tidak melanjutkan kata-katanya saat [Name] menodongkan pisau dapur.

"Turunin dulu itu pisaunya, bahaya, nggak boleh dibuat main!" ucap Seijuro, sedikit panik. Bukan masalah kalau seandainya pisau itu mengenai dirinya sendiri, tapi bagaimana bila nantinya pisau itu mengenai [Name]?

"Udah diem, aku mau masak," ucap [Name] sambil memotong beberapa sayur-sayuran.

"Kamu mau bikin apa?"

"Sup Tofu."

"Butuh bantuan?"

[Name] terdiam sesaat setelah mendengar tawaran Seijuro, kemudian ia menggeleng, mengingat beberapa bulan yang lalu si merah ini hampir saja membakar rumah mereka sendiri.

"Ga usah, duduk aja di sana," ucap [Name], kemudian pandangannya kembali terfokus kepada masakannya.

Tuk.. Tuk.. Tuk..

"Sei-kun."

Seijuro yang awalnya terfokus pada berkas-berkas pun menoleh, ia segera beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan menghampiri [Name].

"Kenapa? Ada yang salah? Atau tanganmu kena pisau?"

[Name] meletakkan pisaunya, lalu ia tertawa canggung sambil berucap, "Kayaknya beberapa hari ini kamu puasa sendirian deh, hehehe," kemudian [Name] berlari ke arah kamar, meninggalkan Seijuro yang terdiam pasrah.

― 🌹⏳⌛🌹 ―

[Name] sedang terlelap dalam dunia mimpinya yang sangat indah, hingga suara alarm dari jam wekernya berbunyi, membuat [Name] seketika terbangun.

Diliriknya ke samping, Seijuro tidak ada. Mungkin seperti biasanya, laki-laki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga ia lupa bahwa sebenarnya ia juga butuh yang namanya tidur.

[Name] bangkit dari kasurnya setelah ia mengikat rambutnya dengan rapi, ia harus memanaskan supnya untuk Seijuro.

"Sei?" dengan terhuyung-huyung, [Name] berjalan menuju ruang kerja Seijuro, di sana ia melihat laki-laki itu tengah fokus pada layar laptopnya, membuat [Name] mengurungkan niatnya untuk mengganggu laki-laki tersebut.

"Nanti aja, waktu makanannya sudah siap," batin [Name], kemudian berjalan menuju dapur, di lantai satu.

[Name] segera memanaskan sup Tofu nya, menyiapkan nasi, dan membuat teh hangat untuk Seijuro.

Setelah semuanya selesai, [Name] bergegas pergi menuju ruang kerja Seijuro.

"Sei, makanannya sudah siap," ucap [Name] sambil berdiri di ambang pintu.

Sambil tersenyum, Seijuro melepas kacamatanya dan mematikan laptopnya.

"Ya," sahut Seijuro, ia berjalan menuju [Name], mengaitkan tangan kirinya di pinggang [Name], dan membawa istrinya itu turun ke ruang makan.

Tapi, sebentar. Apa [Name] tidak lelah setelah naik-turun tangga? Oh, tentu saja tidak. Sama halnya dengan Seijuro, [Name] pun sudah biasa dengan hal semacam ini, jadi ia tidak pernah menggunakan lift yang sengaja dibuat oleh Seijuro atau semacamnya.

"Tangga lebih aman," itulah yang [Name] ucapkan.

"Sei, kamu nggak tidur lagi? Udah dua hari lho, gimana kalau nanti kamu tepar?" protes [Name].

"Ya, mau gimana lagi, kalau ga di kerjain, kamu ga bisa shopping."

[Name] mendelik, menatap Seijuro dengan tatapan tidak suka.

"Dengarlah wahai Tuan Akashi Seijuro, yang boros itu Anda," sahut [Name], kemudian berjalan meninggalkan Seijuro yang sedang terkekeh mendengar sahutan [Name].

"Buruan makan, nanti imsak," ucap [Name] sembari berjalan menjauh.

"Heh, mau ke mana? Masa aku di tinggalin?" ucap Seijuro, sebenarnya hanya bermaksud untuk bercanda dengan [Name].

"Mau sholat sama ngaji, dari pada di sini, kesabaran ku di uji," sahut [Name].

Senyuman tipis terpahat di wajah tampan seorang Seijuro, senang dengan kebiasaan istrinya itu, tapi―

"[Name], kan kamu lagi halangan."

╚═══════════════════════╝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top