PROLOGUE


POV:Tora

"Mas, Adek, bangun. Ayo, hari ini sekolah lho!" Seru Bunda dari lantai bawah. Aku membuka mataku perlahan, kurasakan mataku masih sangatlah berat. Kubiasakan netraku dari cahaya matahari yang merayap masuk dari celah gorden.

"Iya Bunda." Dengan hati-hati, aku segera turun dari ranjang tingkatku, dan bersiap membangunkan kakak kembarku.

"MAS! BANGUN!" Teriakku padanya. Ia menggeliat dalam tidur. Perempatan imajer muncul dari dahiku.

"Bentar, dek...lima menitan..." Gumamnya setengah sadar. Aku mulai geram. Ku tarik selimut yang membungkusnya dengan sekali tarik.

"LIMA MENIT-NYA MAS ITU SETENGAH JAM! GAK ADA ALASAN, CEPET BANGUN!!!" Teriakku lagi. Jika setiap hari begini, kupastikan suaraku akan hilang suatu hari nanti. Untung saja aku punya senjata andalan!

*Splash!

"Astaughfirullah! Adek!" Mas terlonjak dari tempat tidur dengan baju basah——habis disiram. Mas langsung berhenti melotot setelah tahu pelaku penyiraman tersebut. Yup! Inilah senjata rahasiaku!

"Ehehehe, Bunda." Bunda selalu berhasil membangunkan Mas yang males pake banget. Dengan secepat kilat, Mas menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi. Hei, aku kan bangun duluan!

***

Namaku Kageyama Tora Prasetya. Sekarang duduk di bangku SMA kelas satu. Yang baru saja meninggalkan kamar ini dengan kecepatan cahaya tadi adalah Kageyama Ryu Prasetya. Kembaranku. Iya, kami kembar. Kembar kok, seiras lagi. Mirip plek! Tapi sifatnya beda banget.

"Dek, Mas udahan mandinya. Sekarang kamu." Akhirnya penantianku berakhir. Mas keluar dari kamar mandi. Kukira aku akan lumutan disini.

"Iya Mas, Adek OTW." Kataku santai. Aku meraih handuk.

"Apaan tuh, OTW?" Pertanyaan aneh keluar dari mulut Mas. Ya ampum, masa' dia gak tahu?

"On The Way Mas, dalam perjalanan." Kataku menjelaskan. Mas masih loading.

"...?Adek mau pergi kemana? Kapan? Pulang sekolah? Bukannya Mas kepo ya! Cuman mau tau aja!" Tanya Mas—dengan sedikit bumbu tsundere.
"Ih Mas, bukan gitu maksud Adek!" Sergahku.

"Lha, terus?"
"..."

Mas tuh, kelewat lemot! Juga, bawaannya Tsundere mulu, kalo kepo ya bilang aja napa? Enggak disembunyiin kok! Kalo tanya dijawab kok! Kan kezel!

"Mas, lemot." Celetukku. Aku membuang muka. Sebentar lagi pasti dia bakal ngamuk.

"Haaah?! Adek apaan sih?" Iya kan? Haah, padahal itu udah jelas banget.

"Emang kenyataannya gitu kok!" Teriakku kesal.

"Enggak bener! Adek bodoh!" Malah sewot ni anak.

"Hah?! Adek gak bodoh!" Kataku membela diri. Udah cukup membela(h) diri jadi dua, jadi sekarang gak pake 'h'

*Nyuuut...

"Udah. Sekarang makan ya." Ujar Bunda seraya mencubit pipiku dan pipi Mas. Ya gitu deh, walau kembar, bertengkar tuh udah jadi keseharian kami—pada akhirnya baikan sih...

"Bunda, Mas ama Adek berangkat ya, Ayo Dek!" Ajak Mas padaku.

"Hm." Jawabku singkat. Masih kesel ama yang tadi.

"Ati-ati ya." Kata Bunda seraya tersenyum manis.

*Cklek!

"Hehehe, bangunnya pagian ya, Den?" Tanya Pak Bagus, supir pribadi kami. Aku memasang sabuk pengaman sebelum menjawab. Keselamatan itu nomer satu.

"Hehehe, iya pak. Mau upacara penerimaan siswa baru." Jawab Mas. Dia juga sudah memasang sabuk pengaman.

"Den berdua sekarang udah SMA ya? Rasanya baru kemarin Den berdua belajar naik sepeda! Hahaha!" Candanya seraya tertawa terbahak-bahak.

"Pak Bagus masih kelihatan awet muda kok!" Kataku membalas candaan pak Bagus.

"Hahaha." Setelah itu mobilpun melaju ke sekolah. Aku menoleh melihat pemandangan di luar kaca mobil. Semoga saja hari ini semua baik-baik saja. Pikirku dalam hati.

***

POV:Ryu

Apaan sih, Adek itu? Masa' mau pergi-pergi Mas gak diajak? Habis itu dikatain lagi. Sekarang apa lagi tuh? Dari tadi cekikikan liat Hp. Kan bahaya kalo main Hp sambil nyetir—eh, tapi kan yang nyupir Pak Bagus ya? Bukan Adek, jadi gak pa-pa dong? Hm...?

*Ckiit!

"Nanti sore saya sms buat jemput ya pak." Kataku pada pak Bagus.

"Iya Den! Bapak pergi dulu." Pak Bagus pergi bersama mobilnya. Aku hendak berbalik sebelum satu suara yang aku kenal jelas memanggil kami.
"Prasetya!" Seru sebuah suara yang membuat kami menoleh bersamaan karena tidak jelas siapa yang dipanggil. Namanya juga kembar, nama belakang kami sama.

"Valdo!" Jawab kami serempak.

"Hehehe! Makin akrab aja kalian!" Kata Valdo sambil cengar-cengir enggak jelas. Kami memerah bersamaan.

"!!!, kami enggak akrab kok!" Sergahku cepat. Ya kali kami dikatain akrab. Bu-bukan berarti kami gak akrab ya!

"Oke, sekarang aku tau yang mana Setya." Jawab Valdo santai. Aku bingung. Dari mananya dia tahu mana yang aku?

"A-Apa maksudmu ?" Tanyaku penasaran. Jangan-jangan si Valdo turunan peramal nih.

"Udah deh, Ayo ke lapangan." Elaknya seraya menyeret kami berdua masuk ke kawasan sekolah.

Orang gak jelas tadi namanya Valdo Aldi Syaputra. Temen Kami sejak SD. Karena Bunda orang Jepang yang menikah ama Papa yang orang Indonesia, nama kami jadi rada unik.

Tapi bagi kebanyakan anak kecil, (waktu pertama kali ketemu Valdo) nama kami tuh sulit bilangnya. Jadi, Valdo panggil aku (Ryu) Setya, terus Adek (Tora) Pras. Kenapa Adek Pras? Karena Adek yang pertama kenal Valdo. Simpel aja, semoga kalian bakal inget untuk seterusnya.

Adek tuh, sesuatu banget. Dia gampang bergaul sama orang lain, orangnya juga friendly banget, seru diajak ngomong—setidaknya itu yang aku dengar dari orang disekitarnya.

Beda sama aku yang cenderung pendiam, semua temen aku tuh, aku dapat dari dikenalin sama Adek, makanya walau dia nyebelin banget aku gak bisa marah lama-lama ama Adek—Tapi aku tetep bisa marah lho ya!

"Mas." Kata Adek tiba-tiba. Aku menoleh kepadanya. Valdo gak denger dan tetep nyeret tangan kami satu-satu.

"Hm?"

"Enggak pa-pa sih...Tapi, kita dilihatin murid lain lagi." Keluh Adek. Hm, sekarang aku baru sadar saru hal.

Mungkin—aku tidak tahu dengan yang lain—hal ini sedikit membuatku merasa terganggu. Karena wajah kami sama, banyak orang yang ngelirik, lalu berkata:
"Eh, mereka kembar ya?"
"Eh, iya deh! Hihihi lucu ya."

Em, iya gitu deh, kira-kira. Udah biasa sih—enggak juga sebenarnya. Mereka niatnya bisik-bisikkan?! Tapi kok kedengaran ? Bicarannya sambil liat kami lagi! Adek sih tinggal disenyumin aja—lha, aku? Bagiku itu mengganggu, jangan tatap kami, kami bukan pajangan.

Jadi anak kembar di hari pertama sekolah tuh, berasa jadi artis dadakan. Semua bakal tanya, eh kalian kembar ya? Diketawain lagi. Emang gak semuanya begitu, tapi mayoritas.

Sepertinya kehidupan persekolahan kami di sekolah bakal seperti sebelum-sebelumnya. Karena apa? Karena kami sekelas dan itu artinya kami gak bakal pisah! Bu-bukan berarti mau beda kelas ya! Ah, masa bodo.

Bersambung...

Sin disini (。ì _ í。)
Ini sebenarnya adalah cerita buatanku di akun lain. Tapi karena ini dan itu, makanya gk bisa dilanjutin disitu (๑•́ ₃ •̀๑)

Cerita ini sebenarnya sedikit diambil dari kisah nyata—baik itu komedi maupun dramanya. Beberapa diberi bumbu fiksi dan penyesuaian agar seru, lucu atau sedih.

San pikir mungkin kalian akan menikmati cerita keseharian aku dan kakakku TripelSFitoria dalam cerita keseharian Mas dan Adek ini! (silahkan mampir kalau minat ^.^)

Sen akan berusaha (seperti biasa) untuk update teratur. Karena seperti yang kalian tahu, aku suka mager dan males. Dukungan kalian bakal jadi moodbuster-ku untuk menulis cerita-cerita karya SinSanSen.

Jadi,

Beri vote kalau merasa suka dengan cerita ini (。・ω・。)ノ♡

Beri komentar jika ada yang ingin disampaikan (。・ω・。)ノ♡

Arigatou, senpai-tachi
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top