Idih ... Dijodohkan?

Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu

Original Story by Esty Swandana

Writing by me

Warning : Uzen, Omegaverse, Taisho Era, AU

*

*

*

"Zenitsu, aku sudah menetapkan tunangan untukmu. Besok dia akan datang untuk bertemu. Persiapkan dirimu."

Begitu titah yang diberikan oleh sang kakek, Kuwajima Jigoro.

Agatsuma Zenitsu, 16 tahun, berambut pirang, hanya bisa terbengong mendengarnya. Ingatkan lagi kenapa ia bisa berada di posisi dijodohkan begini. Oh, ya benar, ia seorang Omega dan gendernya ini belum lama diketahui. Saat ia berpikir dirinya adalah seorang Beta yang berharap agar menjadi Alfa, namun semua harapan itu pupus saat mengetahui fakta sesungguhnya.

Sakit? Tentu saja. Andai saja ia adalah seorang Beta, paling tidak ia bisa menikahi seorang gadis manis seperti adik dari sahabatnya Kamado Tanjirou yang bernama Nezuko. Namun impiannya telah hancur berantakan dan kakeknya kini menjodohkannya dengan seorang Alfa yang namanya bahkan tidak ingin ia ketahui.

Camkan ini, Zenitsu tidak akan mau tahu mengenai tunangannya karena ia menolak untuk dijodohkan.

"Tidaaaaakk! Kakek, aku tidak mau dijodohkan dengan entah-siapa-itu-namanya aku tidak peduli! Biarkan aku menentukan pasanganku sendiri-WADAW!"

Satu tamparan keras di belakang kepala membuat Zenitsu berguling-guling di atas tatami seraya menangis keras. Iris keemasannya memandang kesal pada kakak sepupunya, Kaigaku.

"Berhenti merengek, Bocah Tengik," decih Kaigaku. "Seharusnya kau bersyukur karena masih ada yang mau dijodohkan dengan bocah cengeng sepertimu," tambahnya.

"Kakek, kau lihat itu? Kaigaku menghinaku lagi."

"Kaigaku, berhenti mengganggu Zenitsu," desah Jigoro lelah. Pria tua itu sudah terlalu lelah dengan pertengkaran kedua cucunya hampir setiap hari. "Zenitsu, Alfa yang akan kujodohkan denganmu berasal dari keluarga terpandang yakni orang militer juga. Tidak mungkin aku memberikan cucuku pada sembarang orang."

Kuwajima Jigoro adalah seorang veteran militer. Saat mengetahui cucunya adalah seorang Omega, dengan segera ia mencari jodoh untuk Zenitsu dari rekan sesama militernya. Di zaman Taisho ini, Omega berumur 16 tahun seharusnya sudah menikah. Sepuh sepertinya sampai harus pergi bolak-balik ke rumah rekan-rekan militernya agar ada Alfa yang mau bersanding dengan Zenitsu. Beruntung ada banyak rekannya yang menawarkan Alfa mereka untuk dijodohkan, namun di situlah tugas Jigoro. Ia harus menyeleksi kembali para Alfa yang tersedia dan memilih yang terbaik bagi cucu kesayangannya.

Tidak dapat dipungkiri Jigoro sangat menyayangi Zenitsu. Ia tidak akan membiarkan cucu Omega-nya bersanding dengan Alfa bodoh yang hanya menganggap pasangan Omega sebagai alat pemuas nafsu atau mesin pembuat anak saja. Meskipun dirinya juga Alfa, tidak pernah ia memperlakukan Omega sebagai makhluk yang lebih rendah dari binatang.

Zenitsu menarik napas sebentar. "Apa dia wanita?"

"Bukan. Dia adalah Alfa pria yang berasal dari keluarga militer berpangkat Mayor meski umurnya masih terbilang muda. Dia adalah kepala keluarga Uzui yang baru dan-"

Kalimat selanjutnya sudah tidak didengar oleh Zenitsu. Ia memasang wajah malas dan tidak peduli dengan apapun yang dikatakan kakeknya. Begitu mendengar kata bahwa Alfa yang dijodohkannya adalah seorang pria, ia semakin tidak berminat. Alfa pria berpangkat Mayor dari keluar Uzui membuat pemuda berambut pirang itu mengubur rapat-rapat nama itu. Andai saja yang dijodohkan dengannya adalah Alfa wanita, dengan senang hati akan diterimanya. Tapi ini pria? Yang benar saja.

Apakah Zenitsu benci dengan pria? Oh, bukan begitu. Dia hanya lebih menyukai wanita saja. Jika hanya sekedar berkenalan atau berteman dengan lelaki atau pria manapun, ia tidak mempermasalahkannya. Tapi jika harus dijodohkan dengan seorang pria, Zenitsu menolaknya dengan keras. Apalagi jika pria itu tampan, hal itu hanya membuatnya semakin kesal.

Pun Zenitsu juga pernah berharap memiliki bentuk fisik menawan agar dapat diminati oleh para wanita. Sayang berakhir dengan tinggi tidak lebih dari 165cm dan kini diperparah dengan gendernya sebagai Omega.

Bukannya Zenitsu membenci gender Omega-nya, karena Omega pria bukan hanya dirinya, sahabatnya, Tanjirou juga seorang Omega dan temannya itu menerimanya dengan lapang dada. Bagaimanapun Zenitsu juga pernah berangan-angan memiliki kehidupan yang ideal menurutnya. Sedikitnya ia merasa iri dengan sahabatnya satu lagi, Hashibira Inosuke. Meskipun seorang Alfa, tapi wajahnya sangat cantik seperti wanita dan tetap popular di antara wanita.

"Aaaarrgghhh ... Menyebalkan!"

"Berhenti mengeluh, Zenitsu! Cepatlah kau bersiap, Bocah Cengeng!" geram Kaigaku dari luar kamar Zenitsu. Rasanya ia ingin melempar adiknya ke sumur karena berisik sejak tadi.

"Tidaaaak! Aku ingin pergi dari sini! Biarkan aku pergi, Kaigaku!" rengek Zenitsu dari dalam kamarnya.

"Diam! Lakukan saja persiapanmu untuk bertemu dengan calon tunanganmu, Bodoh! Kalau bukan karena perintah kakek, tidak mungkin aku mau mengurus bocah berisik sepertimu!" bentak Kaigaku kesal sambil berjalan menjauh dari kamar adik sepupunya dan berjaga di depan gerbang karena hari ini tunangan Zenitsu akan datang berkunjung.

Pemuda berambut hitam dan berumur 18 tahun itu diperintahkan oleh sang kakek untuk menjaga adik sepupunya ini. Sejak mengetahui gender sesungguhnya Zenitsu, dirinya selalu diperintahkan Jigoro untuk menjaga si pirang. Hal itu membuatnya kesal karena bocah ini terlalu berisik dan cengeng.

Dulu sang kakek selalu memperlakukan mereka dengan adil, karena menyangka Zenitsu bergender Beta sama sepertinya. Mereka selalu belajar ilmu bela diri yang dibimbing oleh Jigoro bersama-sama. Walau adiknya sering menangis karena tidak ingin terluka, pun tetap dilakukannya. Namun sejak mengetahui bahwa Zenitsu adalah seorang Omega, perhatian sang kakek lebih tertuju pada si pirang. Kini berimbas dirinya harus selalu melindungi adik cengengnya ini setiap saat.

"Ah, kuharap tunangannya itu segera datang dan membawa bocah tengik itu pergi."

Sementara itu Zenitsu di kamarnya berjingkat keluar dan memerhatikan sekitar, beruntung di sekitar kamarnya sangat sepi. Semua penghuni di rumah ini sedang sibuk mempersiapkan menyambut kedatangan calon tunangannya. Zenitsu tidak berminat, terima kasih.

Saat ini di kotanya sedang ada festival rutin yang selalu dilaksanakan setiap tahun di dekat kuil. Setiap tahun ia selalu pergi ke festival itu bersama dengan Tanjirou dan Inosuke. Namun sejak kakeknya mengetahui gender Omega-nya, pemuda pirang ini dilarang pergi keluar bahkan sekedar bermain dengan sahabat-sahabatnya. Karena itu ia memutuskan untuk pergi bermain sekaligus menghindar dari pertemuan bodoh ini.

Zenitsu heran, dari sekian banyaknya hari, kenapa juga calon tunangannya itu memilih datang di hari ini? Mungkinkah calon tunangannya itu sengaja melakukannya? Ia semakin yakin bahwa dirinya membenci si calon tunangan laknat yang mengacaukan rencana bermainnya meski sekali pun belum pernah melihat wajah pria itu. Ya, ia menolak melihat foto calon tunangan yang diberikan oleh sang kakek. Tak sudi melihatnya.

"Jangan harap aku akan menerima perjodohan ini begitu saja," desisnya.

Sambil menenteng geta miliknya di sebelah kiri, Zenitsu memanjat pada pohon besar yang berada di halaman belakang rumahnya. Salah satu ranting besar pohon itu menjulang ke arah luar tembok pembatas rumah. Meski sedikit kesulitan melewatinya karena mengenakan kemeja putih berlapis yukata kuning dan hakama cokelat, pemuda pirang itu buru-buru melompat karena takut aksinya akan ketahuan orang-orang di rumah.

Antara beruntung atau tidak, ia tidak melihat bahwa di bawahnya ada rombongan orang yang tengah lewat. Namun karena sudah terlanjur melompat dan melihat ada satu orang dengan postur tubuh yang sangat tinggi, Zenitsu bermanuver dan memanfaatkan momentum tersebut untuk jatuh ke atas tubuh pria tinggi tersebut. Lebih baik ia menjatuhkan diri ke atas satu orang saja dibandingkan jatuh terguling-guling dan menabrak satu rombongan. Setidaknya hal itu tidak terlalu memalukan baginya.

"Waaaa ... Minggir!"

Zenitsu bersiap untuk bertubrukan dengan pria yang akan ditindihnya. Ia memejamkan mata dan bersiap dengan impak yang akan dirasakan, namun rasa sakit itu tak kunjung datang. Sebaliknya ia merasa tubuhnya terjatuh dengan mulus dan serasa melayang.

"Oh, apa ini? Aku merasa seperti cerita dongeng zaman dulu, di mana seorang pemuda menangkap bidadari yang terjatuh dari langit. Bukankah itu terdengar flamboyan?"

Suara itu begitu dalam dan berhasil membuat jantungnya sedikit berdetak lebih cepat. Iris keemasannya membuka dan bertemu pandang dengan iris marun indah namun tajam. Helai rambut berwarna perak membingkai wajah tampan itu. Indera penciumannya dapat menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh pria ini. Tubuh dan lengan kekarnya memeluk tubuh mungil Zenitsu begitu mudah.

Sekali lihat, Zenitsu tahu arti kata sempurna dan semua itu terpancar jelas dari pria yang masih mendekapnya kini. Ia iri, tapi tidak dapat dipungkiri kesempurnaan pria ini berhasil membuat jantungnya semakin berdetak lebih cepat.

Tersadar akan posisinya kini yang digendong seperti seorang putri, wajahnya langsung memerah malu. Sekuat tenaga Zenitsu memberontak hingga terlepas dari gendongan tersebut.

"Berisik! Bukan mauku melompat di saat ada orang lewat, kau tahu! Lagipula apa-apaan kalimat menjijikkanmu itu? Kau pikir kalimat seperti itu akan terdengar keren hanya karena kau tampan? Dasar bodoh! BODOH!" teriak Zenitsu.

Pemuda pirang itu berlari menjauh beberapa langkah dan berbalik badan hanya untuk menjulurkan lidahnya seraya mengejek lalu kembali berlari kabur dari sana. Jujur saja ia cukup ketakutan menghadapi pria kekar itu. Selain karena ia tidak ingin rencana melarikan dirinya ketahuan oleh orang-orang di rumah, Omega pirang ini juga tidak ingin lehernya dipatahkan seperti tusuk gigi di tangan kekar pria yang menangkapnya terjatuh. Meskipun tertutupi oleh yukata dan hakama hitam, pundak lebar dan tubuh penuh otot itu masih cukup terlihat di baliknya.

Sementara si pria berambut perak itu tertawa kecil, orang-orang yang ada dalam rombongannya hanya bisa terkejut dengan kejadian yang cepat tadi. Setelah mencerna kejadian barusan, salah satu anggota rombongan tersebut yang sudah sepuh mulai angkat bicara.

"Anu ... Uzui-sama, yang tadi itu adalah Agatsuma Zenitsu, calon tunangan Anda. Tidakkah sebaiknya kita kejar?"

"Oh, jadi itu," lirihnya dengan nada rendah. Bibirnya menyeringai lebar. Tidak ia sangka pemuda yang ditangkapnya tadi adalah sang calon tunangan. Pantas saja aroma manis samar-samar menguar dari tubuh pemuda pirang itu dan berhasil membuat jantungnya berdesir.

Jujur saja, sebelumnya pria bermarga Uzui tersebut tidak terlalu tertarik dengan perjodohan ini. Sebagai bagian dari militer, ia merasa akan pulang tinggal nama kapan saja jika ajal harus menjemput. Ia menerima perjodohan ini hanya karena sedikit paksaan dari orang-orang sekitarnya, dan ia belum pernah melihat foto calon tunangannya. Namun siapa sangka bahwa calon Omega-nya berhasil membuatnya tertarik dalam sekali pertemuan. Jika saja ia tahu calon tunangannya begini flamboyan –menurutnya-, rasanya ia ingin berjuang agar selalu bisa pulang ke rumah dan disambut oleh pasangannya.

"Ah, mengenai itu, lebih baik kalian saja yang pergi ke kediaman Kuwajima-san. Katakan padanya bahwa cucu Omega-nya melarikan diri dan dia tidak perlu khawatir karena calon tunangannya ini akan segera membawanya kembali untuk segera dinikahi," ujar Uzui Tengen, nama lengkapnya.

Dengan santai Tengen berlari mengejar calon tunangannya. Ia telah memantapkan diri untuk menangkap Omega pirang itu. Pemuda itu kabur karena tidak ingin dijodohkan dengannya. Tapi bukan Uzui Tengen namanya jika tidak bisa mendapatkan hal yang ia inginkan. Ia tidak akan membiarkan hal yang tidak flamboyan terjadi padanya.

Melihat sosok pemimpin mereka yang telah menjauh dengan cepat, sisa rombongan yang ada di sana hanya bisa terbengong-bengong. Rasanya hanya ada suara angin berembus yang bisa mereka dengar. Beberapa di antaranya saling pandang.

"Uh ... Sekarang bagaimana?" tanya seorang pelayan muda di sana memecah keheningan.

Helaan napas terdengar oleh pria sepuh tadi. "Tak ada pilihan. Kita akan laksanakan perintah Uzui-sama untuk mengabari Kuwajima-sama. Setelah itu kita tunggu di kediaman Beliau."

*

*

*

OWARI

Ide original punyanya Esty Swandana di fb dan gw udah minta izin buat dibikin oneshot dan dia memperbolehkan gw buat publish. Suka banget sama Uzen apalagi kalo fluff gini... hahaha...

thanks for reading n vomment...

*

*

*

OMAKE

"Gyaaaa ... Lepaskan aku! Kakeeeeek ... Tolong aku diculiiiik!!" histeris Zenitsu seraya menangis. Tubuh mungilnya meronta sekuat tenaga dari tangan kekar yang melingkar sekitar pinggangnya dan membawanya seperti karung beras.

Gendang telinga Tengen sangat sakit karena mendengar teriakan melengking dari calon tunangannya, walau sebentar lagi kata itu akan diganti menjadi suami. Suara pasangannya ini benar-benar tidak flamboyan dan sangat berisik. Beruntung karena tubuh mungil ini ternyata cukup berisi.

"Zenitsu! Berani-beraninya kau melarikan diri!" teriak Jigoro kesal karena cucunya sudah mempermalukannya. Ia hampir menjitak kepala Zenitsu, sebelum dicegah oleh Tengen.

"Kuwajima-san, Anda tidak perlu memukulnya. Itu sangat tidak flamboyan, bukankah Anda setuju? Biar aku yang mengatasi bocah ini."

Mendengar kalimat itu dari pria yang menculiknya, membuat Zenitsu semakin dipenuhi amarah. Ia berteriak memaki-maki pria kekar di depannya. Dirinya yang awalnya takut namun kini tidak lagi saat mengetahui bahwa pria ini adalah calon tunangannya. Oh, betapa ia semakin sebal dengan pria ini karena begitu tampan, hal yang sangat dibencinya. Tak ingin ia akui detak jantungnya yang tidak tenang setiap melihat sosok pria berambut perak ini.

Dilihatnya Tengen berjalan sedikit menjauh untuk mengambil sesuatu dari barang-barang yang dibawanya sebagai seserahan. Saat berbalik, ia memasukkan sesuatu ke dalam mulut Zenitsu yang tak henti-hentinya memaki. Seketika pemuda itu terdiam. Rasa manis segera menyebar di dalam mulutnya. Wajah pemuda pirang itu berubah cerah dan bahagia.

"Manisnyaaa ...!"

Tengen menyeringai. Sepuh yang bersamanya pernah memberikan informasi kecil bahwa calon tunangannya ini sangat menyukai makanan manis. Karena itu beberapa barang yang dibawanya adalah makanan manis, seperti Kompeito ini.

"Kau mau lagi?" ujar Tengen menawarkan.

Dilihatnya Zenitsu yang mendekatinya dengan ekspresi cerah. Tengen sudah mempersiapkan sebutir Kompeito untuk dimasukkan ke dalam mulut calon tunangannya.

"Kau suka?"

Zenitsu menganggukkan kepalanya tanpa sadar seraya menikmati rasa manis di dalam mulutnya. Tak disadarinya jemari besar pria itu yang memegang dagunya lalu berbisik menggoda di telinga.

"Kalau kau mau menikah denganku, kau bisa makan makanan manis yang enak seperti ini setiap hari. Bagaimana?"

Tubuh Zenitsu menegang dan wajahnya berubah merah serta terasa panas. Ia tidak bisa menghindar karena pinggangnya sudah ditahan oleh tangan Tengen. Sial, pria ini mempermainkannya. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh kekar itu namun sia-sia.

"A-aku mau menikah denganmu bu-bukan karena aku me-me-menyukaimu, ya! Semua ini hanya untuk makanan, kau mengerti? Hanya makanan."

Tengen hanya menyeringai dan mengecup pipi Zenitsu. Saat ini alasan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat pemuda ini berada di sisinya. Selanjutnya ia tidak akan tinggal diam dan akan membuat Omega pirang ini sungguh-sungguh mencintainya.

Pasangan baru itu tidak menyadari wajah-wajah merah lainnya yang melihat kemesraan mereka di dalam ruangan yang sama.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top