✂️5
.
.
.
.
.
Sukuna menghentikan langkah
kakinya saat mencapai sebuah rumah yang besar di depannya, Sukuna termasuk dalam sebuah keluarga kaya. Namun, menjadi Kaya bukan berarti Sukuna bahagia. Justru, kebahagiaan itu yang sangat dibencinya. Sukuna berjalan pelan masuk ke dalam halaman rumah yang besar namun sangat sepi, Sukuna tidak ingin pulang. Ataupun melihat rumah besar dimana banyak kejadian terjadi disana, kejadian yang tidak diketahui orang orang tentang kebenaran keluarganya.
Tak
Sukuna membuka pintu, dan mendapati kejadian yang sudah 'biasa' baginya. Ibunya, selalu berselingkuh lagi-lagi. Oleh para pelayan di rumahnya, Ibunya itu adalah Lesbian. Ibunya sedang asyik merangkul pegawai rumah yang sengaja di pilih kan wanita hanya untuk orientasi seksual berbedanya, tentu saja penyakit ini tidak diketahui oleh ayahnya dan pamannya yang tinggal bersama dengan Sukuna, Paman nya merupakan adik dari ayah dan pamannya membencinya.
Ibunya lebih memilih untuk mengabaikannya seolah Sukuna tidak ada dan bermesraan tanpa merasa bersalah dengan pelayan rumah itu. Semua pelayan rumah itu sudah berhubungan dengan ibunya. Namun mereka memilih hanya diam, ibunya memiliki banyak uang dan selalu membungkam dengan uang. Tentu saja dimana-mana uang dan kekayaan adalah segalanya.
Sukuna berjalan masuk dengan tidak peduli, bahkan mereka juga tidak mempedulikannya, Sukuna melangkah masuk dengan pakaian berantakan dan mengabaikan segalanya seolah semuanya adalah hal biasa dan ibunya juga mengabaikannya seolah Sukuna bukanlah siapa siapa, Sukuna sudah terbiasa. Hatinya tidak lagi sakit saat Ibu nya tidak menganggapnya anak, bagi ibunya dia adalah Beban dan merupakan sebuah sampah yang mengotori keluarganya.
Tak!
Bunyi pintu dibuka, Sukuna hanya diam dan meletakkan sepatunya sembarangan, dan masih diam hingga kerahnya ditarik paksa oleh ayahnya.
"Kau lagi lagi!" Sukuna sudah terbiasa mendengarkan suara keras dari ayahnya, Sukuna menoleh dengan wajah datar nya. Ayahnya menatapnya marah, Ayah yang bahkan tidak mencoba mengerti dirinya.
"Kenapa kau selalu menggoda perempuan disini! Apa kau gak kasihan dengan ibumu?!" Teriak Ayahnya menuduhnya, Ibunya disana hanya tersenyum dan malah diam diam bermesraan, dan ayahnya tidak mengetahui hal itu. Seberapa keras Sukuna berusaha memberitahukannya, Ayahnya tidak mempercayainya. Ayahnya tidak percaya kalau ibu nya merupakan Orientasi Seksual yang salah, dan Sukuna yang selalu disalahkan-nya.
"Ini adalah penyebab kau selalu keluar malam malam dan pergi ke tempat kotor itu!" Seru ayah nya dan mendorongnya hingga terjatuh keras, melemparkannya dengan tas kerjanya, ayahnya menatap sukuna seperti sampah.
"Ayah tidak pernah tau apapun" seru sukuna dengan dingin, Padahal mereka sendiri adalah penyebab sukuna seperti itu, Padahal mereka yang membuat Sukuna harus mencari tempat lain dan hanya tempat itu yang bisa Sukuna datangi. Meksipun sukuna tidak menginginkannya.
Plak!
"Jangan berbicara hal yang bodoh! Ternyata benar kata Pamanmu. Kau itu hanyalah sampah!" Tukas ayahnya merasa bersalah karena melahirkan Sukuna. Padahal ayahnya yang menelan mentah mentah semua nya, Sukuna sangatlah dingin dan selalu bertingkah sendiri hingga membuat ayahnya perlahan mulai curiga dengan hasutan dari pamannya yang memang ingin menyingkirkan nya agar Pamannya bisa dengan mudah mendapatkan warisan dari ayahnya yang tentu saja akan di wariskan pada Sukuna yang merupakan anak kandung nya, dan pamannya sangat menginginkan itu. Masuk ke dalam kehidupannya bermodal sebagai 'Keluarga' dan selalu bertingkah seolah dia ingin hal yang terbaik untuk ayahnya.
"Aku bukanlah sampah, Ayah sendiri yang adalah sampah.." tekan Sukuna menatapnya tajam tanpa ada raut kesakitan.
Darah perlahan mengalir dari bibirnya karena tamparan ayah nya yang sangat membencinya, Sukuna membiarkannya dan memilih menatap tajam ayahnya dan membuatnya sangat geram.
"Apa kau bilang dasar anak kurang ajar?!" Teriak ayahnya dan mengambil sebuah tongkat di dekatnya dan memukuli pipi Sukuna, Sukuna terdiam dan menerimanya, tetap berada di tempatnya bahkan saat ayahnya tanpa belas kasihan melukainya. Menatap dengan tatapan tajam dengan pipinya yang masih memerah karena dipukuli ayah nya. Ayahnya tampak sangat marah, Karena mengira kalau Sukuna sudah melawannya.
"Kau melawanku ayahmu sendiri Sukuna?!" Teriak ayah nya merasa kesal karena sudah memiliki anak yang nakal.
"Ayah sendiri yang tidak pernah percaya padaku..,!" Teriak Sukuna dengan nada ditekankan dan Sukuna memiringkan wajah nya dengan seringaian sinis.
"Ayah lebih mempercayai paman yang bahkan sangat membenci ku, Ayah tidak pernah sekalipun mencoba berada disisiku.., haha apa itu yang bisa disebut sebagai ayah?" Seru sukuna dengan nada mengejeknya, Ayahnya kesal dan kembali memukuli keras pipi kiri Sukuna. Namun sukuna masih tetap bertahan, dan menatapnya dengan senyuman merendahkan. Sukuna menatap berani Sosok ayahnya, Ayah yang bertingkah seperti bukan ayah. Dan hanya mempercayai orang yang di sayangi nya saja, Sukuna bukanlah termasuk itu. Ayah tidak pernah sekalipun menyayangi Sukuna, sehingga saat ada celah. Ayah selalu berusaha mencurigainya, hingga ayahnya sangat membencinya.
"Jangan kau katakan itu anak bandel! Pamanmu itu sangat mencintaimu! Kau sendiri yang merusak kepercayaan kami!" teriak ayahnya, orang tua selalu benar. Namun dalam kasus Sukuna, Sukuna ingin tertawa, orang tuanya bahkan tidak pantas disebut sebagai orang tua. Dibalik reputasinya, mereka jauh lebih buruk dari binatang.
Bahkan binatang saja tidak akan menyakiti anak mereka sendiri.
"Haha, ayah begitu bodoh. Ayah tidak pernah sekalipun berada di sisiku. Apa yang ayah mengerti?" Seru sukuna mengusap darah yang mengalir di bibirnya, bekas pukulan yang menyakitkan.
"Jangan bicara lagi!" Kesal ayahnya mengenggam erat tangannya yang memegang tongkat itu. Ayahnya menahan kemarahannya, namun bukan kah ayah sudah memukuli nya?
Dasar munafik.
"Kenapa? Apa ayah takut kalau aku mengatakan kalau ayah tidak pernah sekalipun mencoba untuk menjadi ayahku?" Seru sukuna tersenyum meledek. Sukuna ingin tertawa, merasa seluruh dunianya seakan bergerak ke arah lain dan menjadi sangat kacau. Sekalian saja Sukuna akan berbuat semaunya dan membuatnya menjadi semakin hancur, lagipula semuanya sudah sangat berantakan bukan? Sukuna juga sudah terlalu lelah untuk hanya berdiam diri dan menerima semuanya. Karena keluarga nya sendiri tidak menginginkan itu, mereka yang melakukannya dan membuat Sukuna seperti ini. Menjadi se-hancur-hancurnya.
Mereka sendiri sudah Kotor.
Ayah.
Ibu.
Paman.
Semuanya.
Sukuna rasanya ingin sekali menertawakan dirinya sendiri yang mengalami nasib seperti ini, nasib yang membencinya. Sama seperti orang yang ada di sekitarnya, mereka membenci nya dan menganggapnya buruk dan tidak lebih dari sampah.
Sekalian saja. Sukuna akan menjadi lebih buruk seperti yang mereka pikirkan tentangnya.
Plak!
Ayahnya kali ini memukul wajahnya dengan tongkat itu tanpa belas kasihan, bahkan tongkat itu patah. Sukuna hanya terdiam. Merasakan waktu yang seakan terhenti sejenak. Tetesan darah yang perlahan mengalir membasahi lantai dan wajah Sukuna. Rasa sakit yang bahkan terasa familiar, Sukuna hanya memiringkan wajahnya dan tersenyum tipis pada Ayahnya.
"Kau menjijikkan, Aku sangatlah membencimu. Aku harap kau menghilang saja dari dunia ini!" Katanya keras dengan penuh kebencian, Sukuna hanya diam, menatap mata yang menatapnya tidak lebih dari sampah. Entah kenapa Sukuna hanya merasa kosong, kebencian meliputi nya, mencari siapa yang bersalah dan siapa yang sebenarnya dianggap menjijikan, dirinya? Semua ini bermula dari ayahnya, dan dari mereka sendiri. Sebelumnya Sukuna tidak pernah seperti ini, dan mereka mengajarkannya.
Tentang kebencian.
"Aku tidak butuh anak nakal dan brengsek sepertimu!" Teriak ayahnya, bahkan tidak merasa bersalah saat melihat anaknya sendiri yang berlumuran darah karena perbuatannya dan Sukuna masih disalahkan atas semua itu, siapa yang bersalah?
Brak!
Sukuna memukul keras dinding di sebelahnya hingga berdarah.
"Bukankah kalian yang bersalah, kalian yang membuatku seperti ini?! Lalu kenapa kalian yang malah menyalahkan diriku?!" Seru sukuna dengan nafas yang memburu. Rasa kebencian dan kesakitan menyelimutinya dan membuat Sukuna merasa tidak tahan dengan semua yang di rasakan nya. Namun perkataan mereka lagi lagi membuat Sukuna merasa kalau tidak ada satupun yang menyayanginya.
"Kenapa kau menyalahkan orang tua, sayang? Bukankah kau yang masuk ke dalam dunia itu, kami hanya berharap yang terbaik.." seru suara lembut itu, Sukuna menyeringai menatap dengan tatapan menjijikan pada ibunya yang bertingkah seperti 'ibu'. Padahal selama ini Ibunya selalu membuatnya menjadi kambing hitam, padahal ibunya selama ini hanya selalu diam dan hanya mengabaikannya, dan sekarang orang itu malah menasehatinya, Sukuna yang selalu disalahkan atas status sebagai seorang Ibu.
Dia hanyalah Orang Asing.
hah , rasanya sukuna ingin sekali merasa muntah karena semua kepalsuan ini dan merasa kalau dirinya menjijikan karena telah lahir dari kedua orangtuanya yang hanya percaya pada diri mereka sendiri. Orang tua yang bahkan tidak pantas disebut sebagai orang Tua, Sukuna dengan cepat menyeringai dan menatap penuh kebencian.
"Kalian yang membuatku seperti ini. Dan mencoba menjadi orang baik, mau membuatku tertawa?" seru sukuna meledek, Mereka yang selalu menyakitinya dan mengajarkan nya tentang sebuah kebencian dan sekarang dirinya yang disalahkan atas semua itu, rasanya tidak adil. Bukankah mereka berdua harus sama sama saling disalahkan-?.
"Jaga bicaramu SUKUNA!"
"Mau menjadi aktor ya, kurasa kalian akan lolos seleksi.., Ayah kau tau. Ibu itu yang selalu bermesraan dengan pelayan wanita. Aku sama sekali tidak tertarik, tidak kah ayah merasa penasaran kenapa ibu selalu meminta pelayan wanita baru?"
Plak!
Pipinya lagi lagi ditampar oleh ibu. Ibu menatapnya tajam.
"Apa ibu merasa malu dan takut karena rahasianya terbongkar?" Ledek Sukuna tidak takut. Ibunya terlihat gemetaran, dan menatapnya dengan rendah.
"Jaga bicaramu Sukuna" seru ibu nya dengan nada menekan.
Dengan mudah sukuna dapat menyingkirkan tangan ibu, dan menarik celana dalam pelayan yang ada di saku celananya.
"Lalu apa ini ibu? Kemana ibu yang tadinya bersikap seperti seorang ibu yang baik, apa ibu sekarang sedang berbohong?" Sinis sukuna dengan mengejek.
Ibunya berkeringat dingin, dan langsung menarik celana dalam itu dan menyembunyikannya dengan kedua tangannya di punggung. Namun Sukuna malah mengangkat kedua tangannya tidak peduli, Sukuna menatap dengan senyuman sinis. Selama ini Ibunya berhasil menyembunyikannya, namun sepertinya ibunya berbuat kesalahan. Karena ayahnya pulang lebih cepat dari kantor, meskipun ayah adalah pewaris perusahaan besar dari kakek. Ayah itu gampang di bodohi, bukan karena terlalu baik melainkan karena ayah itu memang terlalu bodoh dan terlalu mempercayai orang lain karena ayah ketakutan, merasa cemas dengan kehidupannya.
"Apa yang kau sembunyikan sayang, bukankah Sukuna yang bersalah?", Seru ayahnya.
Mendekatinya dan membuat ibunya mundur mencari tempat persembunyian, namun Sukuna dengan cepat menyingkirkan meja dan tersenyum sinis saat ibunya menatapnya, sama sekali tidak ada tempat persembunyian dan ayahnya dengan cepat meraih celana dalam di tangan nya, Ayahnya menoleh ke pelayan disana yang tampak sangat malu karena ketahuan.
"Apa maksudnya ini?" Tanya ayahnya mencoba melembut.
"Aku tidak melakukan semua ini, sukuna berbohong. Kau selalu percaya padaku kan?! Sukuna yang nakal yang berusaha untuk merusak keluarga kita!" Seru ibu nya yang terlihat sangat gelisah.
Ayahnya mengubah tatapannya dengan tatapan menekannya.
"Lalu kenapa malah kau yang memegang celana dalam itu, apa kau sekarang menentang ku?" Tanya ayahnya itu. Ibunya seketika terdiam, ayahnya mendekat dan membuat ibunya merasa sangat ketakutan.
"Bukankah kau mencintaiku, apa kau tidak mencintaiku lagi?" Tanya ayahnya dengan nada yang mencengkam. Hingga ibu nya terpojok di dinding, ayahnya mengangkat celana dalam itu.
"Apa kau begitu menyukai celana dalam ini, daripada diri ku. Hm sayang?" Seru ayahnya dan mengarahkan celana dalam itu pada wajah wanita itu, dan ayahnya menatap dengan wajah yang dingin dan mencengkam.
"Bukan seperti itu sayang!!" Namun ayahnya sama sekali tidak mendengarkan, ibunya menatap ke arah Sukuna dengan wajah yang terlihat sangat kesal dan Sukuna tidak peduli. Sukuna hanya berdiri di sana dengan senyuman puas meledek yang terukir di wajah nya, membuat ibunya bertambah geram. Wanita itu terlihat menjijikan disaat perbuatannya terungkap.
Diri ibu yang sebenarnya.
"Aku membencimu Sukuna, dasar anak kurang ajar! Apa kau menyukainya hah?!" Teriak ibu nya dengan wajah berantakan seperti nenek sihir dalam cerita.
Sukuna tersenyum, "Kau pantas mendapatkannya, Ibu..," seru Sukuna dan berjalan ke arah kamarnya. Membiarkan semua kekacauan terjadi, Sukuna kembali memasang wajah datar nya. Dia sama sekali tidak merasa puas melakukan semua ini, Sukuna hanya menutup pintu kamarnya dan berbaring, mendecih karena merasa kalau semuanya terasa membosankan.
Bahkan saat melihat ibu dan ayahnya saling tersiksa sama sepertinya. Tidak membuat Sukuna dapat merasakan apapun, sepertinya Sukuna tidak dapat merasakan apapun. Sukuna berharap Sukuna akan menemukan kebahagiaannya.
Sukuna merindukan Yuuji.
Satu-satunya Happiness Sukuna.
.
.
.
.
.
✂️ Happiness To Sukuna ✂️
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top