Sweet Revenge (4)

Kevin menghempaskan tubuh Clarissa ke atas ranjang dan mengungkung wanita itu di bawahnya. Seolah tak membiarkan Clarissa menolak, dia langsung melumat bibir wanita itu dengan rakus. Napas keduanya memburu karena Kevin meluapkan semua emosi dalam ciuman itu. Kemarahan, rasa rindu dan benci bercampur jadi satu.

Awalnya Clarissa berusaha menolak Kevin. Kepalanya bergerak ke kana dan ke kiri demi bisa menghindari serangan kenikmatan yang laki-laki itu berikan. Dia hanya tak ingin bertindak bodoh dan berakhir direndahkan seperti sebelumnya. Namun, Kevin ternyata lebih pintar dari bayangan Clarissa, dengan liciknya, tangan besar laki-laki itu mulai menyelusup ke balik rok dan meraba area sensitif. Sedang kepalanya masih bermain di ceruk leher Clarissa, menjilat dan menggigit kecil belakang telinga wanita itu, lalu bergerak menyusuri pundak mulus Clarissa dengan lidah.

Kepala Clarissa mulai terasa pening akibat sensasi yang diberikan Kevin padanya, sesuatu di bawah sana mulai terasa berdenyut. Clarissa sudah tak bisa lagi menahan hasrat. Dia tak ingin berhenti dan mendambakan sesuatu yang lebih dari sekedar bercumbu. Selama ini tak ada satu pun laki-laki yang mampu membangkitkan hasrat terpendamnya, karena Clarissa terlalu sibuk untuk sekedar memikirkan seks. Jadi apa yang dilakukan Kevin padanya adalah sesuatu yang sangat baru bagi wanita itu.

Tanpa sadar kardigan yang Clarissa kenakan sudah teronggok di lantai begitu saja, hanya menyisakan dress hitam tanpa lengan yang mengekspos tubuh mulus wanita itu. Kevin merasa takjub untuk beberapa saat, matanya dipenuhi kabut gairah kala melihat bibir Clarissa yang membengkak. Wajahnya yang memerah karena terbakar gairah membuatnya berkali lipat lebih cantik.

Kevin telah meniduri berbagai jenis wanita, tapi baginya Clarissa adalah wanita paling cantik saat dia ada di atas ranjang. Karena saat dirinya bercinta dengan wanita lain, Kevin hampir tak tertarik menatap wajah mereka. Bahkan tak pernah repot-repot untuk melakukan foreplay. Tapi kali ini dia ingin membuat Clarissa selalu mengingat malam panas mereka. Kevin ingin memberikan kepuasan pada wanita itu.

Sambil menatap dalam mata Clarissa, Kevin pun mulai membuka kemejanya. Clarissa terpaku kala menatap tubuh kekar Kevin yang begitu sempurna. Otot-otot lengan yang kemarin hanya bisa Clarissa dambakan, kini dia bisa menikmatinya dari dekat. Dada bidang Kevin mengundang Clarissa untuk menyentuh dan merasakannya secara langsung. Kevin pun tanpa sadar memejamkan mata kala tangan lentik Clarissa bergerak menyusuri dada sampai ke bawah. Di mana di bagian perut terdapat otot-otot bisaup. Clarissa tak sadar bahwa apa yang dia lakukan semakin mengundang gairah Kevin untuk mengajaknya bercinta.

"Jangan salahkan aku, kalau setelah hari ini aku akan menjadikanmu tawanan." Setelah mengatakan itu, Kevin kembali melumat bibir Clarissa tanpa ampun. Kali ini wanita itu sudah tak malu lagi untuk membalas semua perlakuan Kevin. Decapan dan erangan mulai menggema di dalam kamar. Gaun yang Clarissa kenakan pun sudah tak tahu di mana.

"Ah ... Om Kevin." Clarissa tak bisa lagi menahan desahan. Ketika tangan Kevin meremas payudaranya, lalu menjilat, memilin dan mencecap putingnya yang berwarna pink. Dua benda kenyal itu benar-benar terasa pas di tangan Kevin. Lembut, padat dan semakin menimbulkan obsesi untuk memiliki Clarissa. Kevin sungguh tak rela kala membayangkan ada laki-laki lain menjamah tubuh Clarissa yang indah dan nikmat ini. Dia ingin memiliki wanita itu untuk dirinya sendiri.

Apa yang tengah Kevin lakukan tak ayal membuat Clarissa semakin menggila. Dadanya membusung, menekan kepala Kevin agar laki-laki itu semakin memperdalam permainannya di sana.

"Ah ... terus Om," lirih Clarissa penuh hasrat.

"Apa kamu selalu kayak gini sama banyak pria, hah?" Kevin terdengar geram. Tapi dia tak membiarkan Clarissa menjawab. Karena setelahnya kepala Kevin mulai bergerak ke bawah. Mengecup dan menjilat seluruh tubuh Clarissa. Belum cukup sampai di sana, Kevin membalik tubuh wanita itu, mencumbuinya dari pundak lalu turun ke bawah hingga ke area sensitifnya. Laki-laki itu kini menikmati lubang kemaluan Clarissa dengan mulutnya dalam posisi Clarissa menungging. Decapan yang keluar karena permainan lidah Kevin berpadu dengan desahan Clarissa, seolah menambah gairah untuk percintaan mereka.

"Ah ... Om Kevin please ... saya nggak tahan lagi," erang Clarissa karena Kevin kini coba memasukkan jari-jari besarnya ke dalam vagina Clarissa. Dia bisa merasakan betapa sempitnya lubang itu.

Kevin lalu mulai menggerakkan jarinya keluar masuk. Awalnya pelan lalu lama-lama berubah  menjadi sangat cepat. Tak berapa lama Clarissa akhirnya memperoleh orgasme pertamanya. Tubuh wanita itu bergetar dalam posisi tengkurap, Kevin  membalik tubuh Clarissa dan mendaratkan kecupan singkat di bibir wanita itu.

"Kamu luar biasa," ucap Kevin sebelum dia kembali ke bawah untuk mencumbui area sensitif Clarissa lagi.

Namun, ketika Kevin hendak membuka paha Clarissa, wanita itu refleks menutupnya dengan tangan. "Jangan, Om Kevin, saya malu," cicitnya.

Kevin tersenyum sinis lalu menjawab. "Nggak usah sok polos di depan saya. Bukannya kamu sering melakukan ini dengan laki-laki lain."

Mendengar kalimat penghinaan tersebut, Clarissa ingin marah, tapi Kevin tak membiarkannya. Sebab laki-laki itu langsung menepis tangan Clarissa dan mencumbui lubang kenikmatannya yang sudah dipenuhi cairan. Bahkan tanpa merasa jijik Kevin langsung melahapnya tanpa ampun. Agaknya laki-laki itu belum puas dan ingin membuat Clarissa terus mendesah sambil mengucap namanya.

"Ah ... Om Kevin!" tubuh Clarissa menggila kala jari-jari besar Kevin kembali menerobos masuk ke dalam. Memainkannya keluar masuk dengan tempo sangat cepat, kali ini Kevin memasukkan dua jarinya.

"Ah ... ah ... ini nikmat sekali, Om."

Tubuh Kevin bergerak naik demi bisa melihat ekspresi Clarissa yang saat ini tengah dikuasai gairah. Sedang tangannya masih bermain di bawah, menyentuh klitorisnya, dibarengi dengan permainan lidahnya pada payudara Clarissa.

"Ah ... terus, Om ... ya ... di sana," racau Clarissa kala Kevin benar-benar menyentuh titik kenikmatan wanita itu. Tanpa sadar Clarissa lagi-lagi menekan kepala Kevin agar laki-laki itu memperdalam pagutan pada payudaranya.

"Kamu suka?" Di tengah permainan itu Kevin bertanya dengan suara serak yang terdengar sangat seksi di pendengaran Clarissa. Kevin melepas sejenak permainannya pada dada Clarissa. Dia ingin melihat ekspresi wanita itu ketika dalam kondisi birahi.

Clarissa mengangguk dengan pasrah. Mulutnya tak mampu mengeluarkan kata karena Kevin semakin mempercepat permainan jarinya dan membuat Clarissa terus mendesah nikmat.

"Ah .... Om Kevin ... please ini nikmat sekali ... ah," racau Clarissa. Tubuhnya melengkung, tangannya meremas seprei demi bisa meluapkan hasratnya yang ingin meledak.

"Ah ... ah ... Om Kevin ... saya ingin keluar ...hemph ... ah." Setelah lenguhan panjang itu, akhirnya Clarissa kembali memperoleh orgasmenya.

Kevin merasa bangga karena dia bisa membuat wanita itu merasakan orgasme berkali-kali. Dia pun takjub karena adik kecilnya tak mengalami ejakulasi dini. Padahal biasanya dengan wanita lain dia tak pernah bertahan lama.

Erangan dan desahan Clarissa sangat merdu di telinga. Kevin pun semakin bersemangat untuk membuat wanita itu terangsang dan merasakan orgasme bersama. Setelah puas bermain-main Kevin akhirnya mengangkat tubuh dan memosisikan diri bersujud di antara selangkangan Clarissa.

Clarissa tampak syok ketika Kevin membuka celana dalam dan memperlihatkan batang kemaluannya yang sudah menegang. Ukurannya yang besar dan panjang dengan urat-urat yang menonjol membuat Clarissa merasa ngilu. Dia takut membayangkan benda keras dan besar itu menerobos masuk keperawanannya. Pasti sakit sekali, batinnya polos.

"Kenapa, kamu takut?" tanya Cevin sambil berusaha menggosokkan ujung batangnya pada kemaluan Clarissa.

"Egh ... sakit, Om Kevin," cicit Clarissa dengan ekspresi setengah terpejam karena menahan perih, ketika Kevin mencoba menerobos masuk keperawanannya.

Kevin berhenti sejenak ketika merasakan lubang kenikmatan Clarissa terasa sempit dan kemaluannya hanya masuk sebagian. "Kamu masih perawan?" tanya Kevin memastikan.

Lalu ketika Clarissa menjawabnya dengan anggukan, dalam hati Kevin bersorak bahagia. Dia tak menyangka sekaligus bangga karena ternyata dirinya adalah lelaki pertama Clarissa. Setelah ini Kevin bertekad tak akan pernah melepas Clarissa. Dia akan membuat wanita itu hanya menyebut namanya saat bercinta.

Tanpa pikir dua kali, Kevin pun langsung mendaratkan kecupan di kening Clarissa. "Saya akan coba melakukannya pelan-pelan. Ini akan terasa sakit di awal, tapi setelahnya akan terasa luar biasa. Saya janji akan memberikanmu pengalaman pertama yang tak terlupakan," ujar Kevin yang dijawab Clarissa dengan anggukan percaya.

Kevin pun melanjutkan aksinya, mendorong pelan tubuhnya agar sepenuhnya memasuki Clarissa. Demi meredam rasa sakit yang wanita itu rasakan, Kevin menciumnya dengan penuh perasaan, sesekali menyeka keringat dingin yang ada di dahi wanita itu.

"Tenang dan rileks ... saya di sini," bisik Kevin lembut kala melihat mata Clarissa terpejam dan air mata meluncur di pipi. Dia tak peduli lagi ketika kuku-kuku tajam Clarissa terasa mencengkeram bahunya dengan kuat. Rasa sakit itu tak sepadan dengan rasa sakit Clarissa yang coba menerima dirinya.

Tak butuh waktu lama akhirnya batang kemaluan Kevin sepenuhnya masuk. Laki-laki itu mulai bergerak perlahan, membiarkan Clarissa membiasakan diri lebih dulu.

"Agh ... kamu nikmat sekali, Clarissa," lenguh Kevin ketika dia merasakan lubang kenikmatan Clarissa menjepit penisnya dengan kuat. Mengantarkan sensasi paling nikmat yang baru pertama kali Kevin rasakan. Mengingat selama ini dia tak pernah meniduri seorang perawan.

Setelah memastikan Clarissa mulai terbiasa, Kevin pun mulai bergerak dengan intens. Rasa sakit yang tadi terasa menusuk sudah berganti dengan kenikmatan.

"Ah ... Om Kevin ... emp ... ah ... ah ..." racau Clarissa. Ketika Kevin mempercepat tempo permainan.

Clarissa  tak pernah menyangka bahwa pengalaman pertamanya dengan Kevin akan sehebat ini. Laki-laki itu benar-benar sangat lihai dalam memanjakan dirinya.

Kevin kini membalik tubuh Clarissa dan menyuruh wanita itu duduk di atasnya. Dia ingin melihat wajah cantik Clarissa saat memejamkan mata sambil mendesah.

"Goyangkan pinggulmu dan rasakan aku di dalam sana." Kevin memberi arahan pada Clarissa lalu mencium bibir wanita itu. Clarissa pun tanpa ragu mengalungkan tangan di leher Kevin tanpa melepas pagutan. Sementara pinggulnya tetap bergoyang, melakukan perintah Kevin.

"Arg ... ya ... seperti itu ... ah ... fucking shit! Kamu benar-benar membuat saya gila, Clarissa!" Racau Kevin lalu membalikkan tubuh Clarissa agar merubah posisi menjadi doggy-style.

"Bersiaplah ... saya akan membawamu menikmati indahnya surga dunia," ujar Kevin. Lalu memasukkan kejantanannya kembali dan mulai memompanya dengan tempo sangat cepat.

"Ah ... Om Kevin ... ah ... ah ... ah." Keduanya sama-sama terengah. Erangan dan desahan semakin intens terdengar.

Kevin pun kembali membalik tubuh Clarissa dengan cepat agar menghadapnya. Dia ingin melihat wajah cantik wanita itu saat mengalami pelepasan pertamanya.

"Saya akan keluar ... argh ... Clarissa ... argh!"

Clarissa bisa merasakan cairan hangat masuk ke dalam rahimnya. Nafas keduanya sama-sama memburu karena pelepasan mereka. Kevin tak langsung bangkit, dia masih membiarkan kejantanannya di dalam Clarissa.

"Mulai hari ini jangan berpikir untuk kabur dari saya lagi, mengerti," ujar Kevin lalu mengecup kening dan bahu Clarissa tanpa berniat beranjak dari posisinya menindih wanita itu. Keduanya berakhir tertidur dalam posisi saling memeluk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top