Obsessed (05)
Dapur tak lagi menjadi tempat menyuguhkan sajian, melainkan saksi bisu dua manusia bermandikan hasrat. Pecahan gelas dan piring yang berserakan di lantai tak menjadi masalah bagi mereka yang terlanjur tenggelam dalam pergumulan panas.
Mulanya kecupan.
Awalnya sekadar rayuan.
Hingga akhirnya membentuk nafsu layaknya binatang yang enggan berhenti saling menyetubuhi.
Duduk mengangkang di atas meja tanpa sehelai benang melekat di badan, Maya dibuat kelabakan sampai desahannya memenuhi dapur ketika Danu meraup vaginanya yang sialan basah. Bukan hanya itu saja, jemari Danu tidak tinggal diam; jempol memilin biji klitoris bengkak Maya bersama dua jari lain keluar-masuk ke dalam liang senggama.
Tanpa ada rasa jijik.
"Nggh ... Danu ..." racau Maya kian gelisah ketika lidah Danu makin beringas melahap bawah pusatnya. Sebelah tangan Maya meremas untaian rambu ikal Danu, sedangkan tangan lain memelintir putingnya yang mengeras.
Seluruh dunia rasa-rasanya berhenti berotasi kala segenap jiwa dan raga Maya dibuat tunduk oleh perlakuan Danu. Terlihat seperti pelacur kecil, tapi hanya Danu lah yang bisa memenuhi fantasi liar Maya.
Dia sangat menggilai oral seks sebab dari sudut pandang Maya, Danu seperti sedang memuja tubuhnya sedemikian rupa tanpa memedulikan mungkin ada gumpalan darah haid keluar dari sana. Maya menjerit saat Danu tiba-tiba menggigit biji klitorisnya begitu gemas dan menusuk-nusukkan lidah ke lipatan-lipatan sensitif kewanitaannya.
Lelaki itu bangkit perlahan-lahan, menautkan kontak mata kepada Maya yang berpeluh keringat. Napas memburu disertai jantung bertalu-talu akibat dibanjiri adrenalin tak menghentikan Danu meneruskan apa yang telah dimulai. Dengan kasar, dia membalikkan tubuh Maya hingga menungging lantas melahap vagina gadis itu dari belakang.
"Danu!" pekik Maya menoleh ke arah lelaki itu. "Mmhh ... fuck!"
Yang dipanggil malah acuh tak acuh, justru sibuk meludahkan air liur ke lubang anal kemudian membenamkan lidahnya di sana selagi menenggelamkan tiga jari dalam vagina Maya. Lagi dan lagi.
Sekujur otot perut Maya dibuat mengejang manakala Danu menampar keras bongkahan pantatnya. Rangsangan itu makin mengundang Maya tuk meninggikan posisi pinggul supaya Danu kembali memukulnya.
Tahu apa yang diinginkan Maya, Danu meraih massage candle berwarna kemerahan nan beraroma vanila di sisi wastafel, apinya menari-nari mengiringi pertunjukannya sembari menanti apa yang bakal lelaki itu perbuat. Dia juga membuka kulkas dan mengambil botol berisi madu. Dituang cairan lilin di bulatan pantat Maya.
"Panas?" Danu memiringkan kepala tapi tak menghentikan aksinya menumpahkan lelehannya.
Gelengan cepat Maya menerbitkan seringai di bibir Danu, membiarkan lilin itu perlahan-lahan menetes dan mengotori meja. Sesaat kemudian, dia mengusap bokong Maya menyebabkan bongkahan menggemaskan itu berkilau diterpa cahaya sebelum tamparan yang jauh lebih keras mendarat di sana.
"Ssh ..." rintih Maya sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Otot-otot vaginanya semakin berkedut-kedut sementara cairan beningnya semakin membanjiri pangkal paha. Perih dan nikmat telah membaur di seluruh pembuluh darah. Ini yang disukai Maya dari permainan Danu—mengajari sesuatu yang belum pernah dirasakan seumur hidup. Walau mulanya menyakitkan, entah kenapa dewi batin Maya justru menuntut lebih banyak. "Ahh ... Danu ..." keluhnya lagi merasakan satu jari Danu merasuki analnya. "Aku mau penis kamu, bukan ja--Danu!"
Maya hampir kehilangan kendali saat tiga jemari Danu menerobos masuk ke vagina. Sentuhan di bagian anal dan kewanitaan Maya seperti menyuguhkan surga dunia. Pandangan Maya kian berkabut sebab pelepasan itu bakal datang menerjang.
"Jangan orgasme dulu," perintah Danu tahu kalau Maya akan menuju puncak.
Danu menarik jari-jarinya yang berlumuran cairan hangat milik Maya kemudian dijilat penuh kenikmatan. Selanjutnya, Danu menyuruh Maya turun dari meja makan lantas mencumbu bibir sensual gadisnya begitu serakah.
Saling beradu lidah juga saliva, Maya merasakan cairan miliknya dari mulut Danu. Diisap jemari Danu yang tidak henti-hentinya mengobrak-abrik kewanitaan Maya selagi membayangkan bilamana jari Danu adalah kejantanan lelaki itu. Memenuhi mulutnya, menelan spermanya hingga mengulum bola testisnya.
Giliran tangan Maya bergerilya, mencari-cari batang kemaluan Danu yang mengacung keras, panas, dan berurat di bawah sentuhannya. Kontan dia berlutut tanpa memutus tautan mata. Diludahi ujung penis lelaki itu lalu menjilatinya dari pangkal hingga ujung.
"Punya kamu gede banget," puji Maya memainkan testis Danu. Dikulum bagian tersebut selagi menaik-turunkan gerakan tangannya ke batang kemaluanku Danu. "Aku suka."
Danu mendongak, mengetatkan rahang menerima jilatan lidah Maya. Sesekali bibirnya meluncurkan sumpah serapah betapa lihai mulut Maya memanjakannya.
Perlahan tapi pasti, Maya mengemut batang keperkasaan Danu sampai nyaris tersedak. Dia terbatuk tapi hal itu tidak menyurutkan keinginannya untuk mengisap milik Danu yang berkedut-kedut.
"Bangsat..." desis Danu merumpun rambut sebahu Maya, menahan kepalanya agar tetap di bawah sana.
Maya tersenyum puas, mencicip precum Danu yang benar-benar menjadi candu baginya. Dikocok penis Danu kian cepat seraya mengarahkannya ke payudara.
"Aku mau peju," ungkap Maya menjulurkan lidah dengan ekspresi dibuat-buat.
Alih-alih menjawab, Danu menarik tubuh Maya lalu membalikkan badan gadis itu lantas memosisikannya menungging. Danu menampar pantat Maya kemudian menghunjam penisnya ke dalam vagina. Kontan Maya memekik kaget seraya memegang pinggiran meja makan.
"Ahhh..." Maya mengerang merasakan batang kemaluan Danu memenuhi liangnya. "Danu ... Ah..."
Danu menengadah, merasakan miliknya diremas kuat oleh dinding-dinding kewanitaan Maya.
"Sempit banget kamu, May!" Danu mendesah, menusuk lebih dalam penisnya ke dalam sana. "Nggak pernah diewe sama pacarmu?"
Maya menggeleng kuat-kuat sebab tubuhnya selalu mendambakan Danu. Tanpa diketahui oleh orang lain, di malam-malam libido Maya meningkat, dia memuaskan diri dengan vibrator dan dildo sembari membayangkan Danu menyetubuhi hingga lemas. Mana mungkin dia membiarkan Gema menggagahinya?
Gema terlalu baik.
"Aku maunya sama Danu," ungkap Maya sambil memijat biji klitorisnya. Gelombang dahsyat lamat-lamat datang sementara Danu makin kasar menyodok vaginanya.
Danu menumpahkan botol madu ke lekuk punggung Maya lantas mengeluarkan kejantanannya. Dijilat sebentar cairan kuning kecokelatan itu sembari mengarahkan penisnya ke lubang anus Maya.
"Da-danu ..." rintih Maya menitikkan air mata akibat besarnya penis Danu memasuki analnya. "Ahh ... ya ampun..." Dia mengusap wajah gelisah merasakan otot-otot di sana tengah dirobek-robek paksa.
"Masukin jarimu ke memek kamu," ucap Danu menggigit bahu Maya tanpa memedulikan rengekannya.
Gadis itu menurut, membuka lebar kedua kaki lalu memasukkan tiga jarinya ke vagina. Desahan nikmat kian mengeras ketika Danu kembali menggoyangkan pinggul.
Lelaki itu menunduk, menjilat sisa-sisa madu di punggung Maya juga mempercepat tempo permainannya. Tangan Danu menjambak rambut Maya sampai kepalanya mendongak bagai menunggangi seekor kuda betina. Geligi Danu menggeletuk bersiap menyambut orgasme.
"Danu ... Aku mau keluar," kata Maya. "Aku-- argh!"
Danu menampar bokong Maya tuk kesekian kali. "Tahan."
"Nggh... Danu ..." Air mata merebak akibat siksaan tak bertepi ini. Dia berteriak ketika Danu lagi-lagi memasukan penis ke dalam vagina tanpa aba-aba. "Danu ..."
"Memek kamu enak banget, Maya..." Danu meracau sembari menekan tengkuk leher Maya dan tangan lain meremas kuat payudaranya. "Kamu milik siapa hah?"
"Danu." Maya berserah diri sebab bersama Danulah dirinya hilang kendali.
"Memek sama susu kamu punya siapa?" Danu kembali bertanya sambil menyodok lembah kewanitaan Maya yang semakin mencengkeram penisnya.
"Da-danu ... Aku mau keluar," rengeknya tak kuat menahan gelombang orgasme.
Detik berikutnya tubuh Maya menggelinjang diterjang luar biasa. Belum sempat bernapas, dirinya dibalik dan dipaksa berlutut bersamaan cairan sperma Danu muncrat mengenai muka dan mulutnya. "Telan," pinta Danu.
Kontan lidah Maya menjulur, menerima benih Danu memenuhi mulut. Asin bercampur manis. Sesuatu yang tidak bisa diungkapkan Maya begitu menjilat sisa-sisa pelepasan Danu.
Danu menarik dagu Maya sambil tersenyum lebar meski napasnya terengah-engah. "Tubuhmu adalah candu bagi saya, Maya. Kamu seperti surga dan neraka di mata saya. Sebesar apa pun saya menghindari kamu, nyatanya ... Saya sudah terobsesi. Jadi, jangan sekalipun membaginya dengan yang lain."
"Kalau Yoga masih hidup, apa Danu bakal bilang begitu?" tanya Maya sambil mengemut jempol Danu.
"Jangan samakan dengan hubunganmu bersama mendiang anak saya, Maya," tegur Danu tak suka. "Perasaan saya jelas berbeda dari Yoga."
"Saking jelasnya sampai Yoga tewas kecelakaan karena kecewa sama Danu," tandas Maya bangkit dari posisinya. "Saking jelasnya, aku nggak mau Gema merasakan apa yang Yoga rasakan. Aku nggak mau ada yang tersakiti lagi."
"Kalau begitu putuskan Gema dan kembali kepada saya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top