33
"Tedra Sunggana adalah salah satu spesies asu buntung dalam wujud homo sapiens."
— Joice Maharadjasa
***
(anak kembar papa jajang)
Siang ini, kelas Tamara dan Felix mengadakan kegiatan di kolam renang untuk mengisi jam pelajaran olahraga. Mereka tidak perlu khawatir akan matahari ibukota yang berada di pucuk kepala selepas jam dua belas, sebab sekolah mereka memiliki area kolam renang indoor. Akan tetapi, sempat terjadi kehebohan diantara Tamara dan Felix karena mereka lupa membawa tas berisi handuk dan baju ganti. Sewaktu teman-teman sekelas mereka berbondong-bondong berpindah ke area kolam renang, dua anak kembar itu justru berdebat sengit di depan kelas.
"Kan wes tak bilang berulang-ulang, Mas Felix ojo lali iku bag seng warna baby pink seng isine kelambi dibawa. Mas Felix hanya iya-iya saja tapi lanjut main game terus! Sekarang, nek wes ngene piye toh?"
"Wait, are you being nesu-nesu with me right now? Tamara, it's your bag, mana Mas Felix tahu bag yang kamu maksud itu yang mana? You have too many pink and purple bags, how do Mas Felix supposed to remember all of them? Lagipula, kamu juga tidak mengingatkan Mas Felix—"
"Sekarang Mas Felix menyalahkan aku?!"
"Woyajelas, kan Mas Felix sedang bicara dengan kamu, bukan dengan tembok!"
"Nek ngono, Mas Felix iku egois tenanan!" Tamara berkacak pinggang, cemberut hingga ukuran pipinya bertambah dua kali lipat. "I packed our clothes because Mama was too busy in the morning while you were still ngriyep-ngriyep and ngulet-ngulet nang your bed! Harusnya Mas Felix berterimakasih!"
"I'd be super thankful, kalau kamu tidak lupa membawa tas itu!" Nada suara Felix meninggi.
Tamara tersentak. "Mas Felix barusan membentak Tamara?"
Felix baru saja mau memberi sahutan sinis, namun batal sewaktu dia melihat mata Tamara yang berkaca-kaca, hampir menangis. Semua rasa sebal Felix luntur seketika, terganti oleh rasa bersalah. Sejak Felix masih kecil, Jajang selalu bilang sebagai satu-satunya anak laki-laki di rumah, Felix harus bisa menjaga kedua saudara perempuannya dan diandalkan oleh mereka dalam masa-masa sulit.
Sekarang, Felix hampir membuat Tamara menangis.
"Tamara, look, I'm so sorry—"
"Kok kalian berdua di sini? Bukannya ada kelas di kolam renang?" Ojun yang baru saja kembali dari ruang guru untuk mengumpulkan tugas yang diselesaikan teman-temannya di jam pelajaran pertama melintas dan tidak sengaja mendengar perdebatan Felix dengan Tamara.
Tamara merengut, mengunci bibir rapat-rapat dan kentara sekali, berusaha keras agar tidak menangis di depan Ojun.
"Kami sedang—"
"Bertengkar?" Ojun memoton dengan nada suara selayaknya abang tertua yang penuh perhatian, lalu tersenyum. "Kalian sudah telepon rumah dan minta dianterin tas baju ganti kalian yang ketinggalan?"
"Sudah, Mas Juan." Felix membalas lugas.
"Terus kenapa masih berantem?"
"Soalnya Tamara tetap saja mengomel!"
"Karena Mas Felix menyebalkan!" Tamara membela diri. "Aku sudah menyiapkan semuanya bahkan ketika Mas Felix masih lelap tidur di kamarnya, dan Mas Felix juga teledor karena tidak membawa tas itu! Aku—aku—" Ojun tahu isak Tamara hampir pecah. Bukan karena dia sedih, namun karena emosi yang tidak bisa dikontrol. Sepertinya gadis itu terlampau kesal. Maka Ojun meraihnya mendekat tanpa pikir panjang. Cowok itu memeluk Tamara. Tidak erat, masih cukup sopan sementara tangannya menepuk-nepuk pundak Tamara.
Felix semakin merasa bersalah. "Oke, Mas Felix minta maaf."
"Tuh, Masnya udah minta maaf." Ojun berkata saat pelukannya pada Tamara terlepas, tidak sadar bagaimana Dery yang kebetulan baru saja kembali dari toilet dan berniat menuju kelas melihat apa yang baru saja terjadi. Tidak lengkap, tetapi menyaksikan bagaimana Ojun bisa semudah itu mendekap Tamara di koridor sekolah yang sedang sepi bikin ubun-ubun Dery berasap.
"Tamara mau memaafkan Mas Felix tidak?"
"Tammy?" Ojun ikut mendesak agar Tamara menjawab.
Tamara hanya mengangguk.
"Bagus kalau begitu. Sekarang, kalian berdua langsung ke area kolam renang aja. Nanti biar aku yang ambilin tas kalian di depan dan kubawain sekalian ke kolam renang. By the way, siapa yang nganter tasnya kesini, Felix?"
"Mas Jansen."
"Oke, kalau gitu kirimin nomor HP-nya Mas Jansen lewat chat ya."
"Mas Juan—" Tamara tersekat. "Maaf sudah merepotkan Mas Juan."
"Nggak merepotkan sama sekali, Tamara."
Dua anak kembar itu pun bertolak ke area kolam renang, sedangkan Ojun batal langsung kembali ke kelas. Dia memutar langkahnya menuju pintu depan sekolah, menunggu dekat meja guru piket. Diam-diam, Dery mengamatinya. Cowok itu benar-benar dijalari oleh murka, berusaha menahan diri dengan tangan yang terkepal kuat.
Dia tahu seperti apa rasanya menyukai seseorang yang punya perasaan pada orang lain, jadi jika Ojun tidak suka pada Sashi, maka cowok itu tidak seharusnya memberi Sashi harapan, kan?
Tapi lihat apa yang dilakukannya sekarang. Usai bersikap sok pahlawan dan berupaya selalu ada buat Sashi di setiap kesempatan, Ojun dengan santainya memeluk cewek lain di sekolah. Dery tidak bisa tinggal diam.
Jansen tiba sekitar dua puluh menit kemudian. Dia sempat bertukar sapa dengan Ojun, lantas tas berisi baju ganti pun berpindah tangan. Setelahnya, Ojun bergerak menuju area kolam renang. Dery masih mengikutinya, tanpa suara, meski gerak-geriknya yang kelewat dramatis selayaknya orang baru kesurupan arwah Sherlock Holmes membuat guru maupun siswa yang berpapasan dengannya mengerutkan dahi dengan heran—tapi yah siapa yang mau mendebat seorang Mandala Deryaspati?
Mereka bisa langsung berurusan dengan Yang Dipertuan Agung Tedra Sunggana jika sampai berani melakukan tindakan tersebut.
Kelas Tamara dan Felix telah selesai melakukan pemanasan ketika Ojun tiba. Khusus untuk pakaian renang memang selalu tersedia di loker individu milik siswa yang berada di sekolah. Kegiatan pemanasan diteruskan dengan pengetesan kemampuan renang gaya tertentu dalam kelompok-kelompok kecil sesuai urutan absen, sedangkan mereka yang kelompoknya belum dipanggil dibebaskan beraktivitas di sekitar kolam renang. Dikarenakan nomor absen Felix termasuk urutan awal, maka dia sudah diharuskan bersiap di dekat guru olahraga yang bertugas, berbeda dengan Tamara yang nomor absennya tergolong berada di bagian akhir.
Ojun menyisir seantero kolam renang dengan pandangan mata, berusaha menemukan Tamara. Perasaan tidak enak terbit dalam benaknya tatkala dia tidak kunjung menemukan gadis itu—sampai matanya terpaku pada tangan seseorang yang muncul menggapai dari dalam air, tepat di sisi kolam renang yang lebih sepi. Ojun terperangah, merasa jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dan begitu saja, tubuhnya bergerak otomatis tanpa memberinya kesempatan untuk berpikir.
Cowok itu menjatuhkan tas berisi baju ganti di tangannya, cepat mengeluarkan ponsel dan meletakkannya di atas lantai dingin sebelum berlari dan melompat masuk ke dalam kolam renang. Tebakannya benar, gadis yang tengah tenggelam itu memang Tamara. Situasi jadi heboh seketika. Puluhan pasang mata tertuju pada Ojun sewaktu Ojun membawa Tamara ke tepi kolam. Felix yang cepat membaca situasi bergerak cepat keluar dari kolam renang dan bergerak ke tepi kolam yang berada di dekat Ojun untuk membantu mengangkat Tamara naik.
Seragam Ojun basah kuyup, tapi dia tidak peduli. Cowok itu memanjat naik dari kolam, lalu berlutut dekat Tamara yang terbaring dan menyentuh pipinya pelan. "Tammy?"
Ada kerut muncul diantara alis Tamara sebelum gadis itu membatukkan air keluar dari mulutnya. Dia mengerjap, menatap Ojun dan mengedip beberapa kali saat air dari ujung rambut Ojun menetes ke dahi dan titik diantara kedua matanya. "... Mas Juan?"
Ojun mengembuskan napas lega. "Ada yang sakit?"
Tamara menggeleng, berusaha bangkit dan Ojun membantunya menukar posisi berbaring dengan duduk.
Tamara baik-baik saja, hanya shock dan merasa perutnya agak keram karena kurang pemanasan. Guru yang mengajar cepat bertindak, menyuruh para siswa untuk tetap berada di area kolam renang yang dangkal dan naik jika merasa kurang fit. Setelahnya, dia memeriksa kondisi Tamara, menawarkan Tamara untuk beristirahat di ruang UKS. Ojun tetap berada di dekat gadis itu beberapa lama, sampai dia merasa situasinya sudah cukup terkendali. Tanpa berkata apa-apa, dia berdiri, melangkah menjauh menuju pintu keluar area kolam renang dan saat itulah, seseorang menariknya keras dan menyudutkannya ke tembok.
Kehebohan lainnya kembali terjadi. Ojun sempat terkejut, tapi ekspresi tercengangnya berganti menjadi heran saat dia sadar orang yang baru saja menariknya adalah Dery.
"Mau lo apa?!" Dery membentak Ojun.
"Maksud lo apa?"
"Gue tanya, mau lo apa?!"
"Apanya?!" Ojun mulai ikut emosi.
"Lo suka Sashi atau nggak?"
Ojun suka, tapi itu bukan urusan Dery. "Itu bukan urusan lo."
"Itu jadi urusan gue! Lo mau tahu kenapa?! Karena barusan gue lihat lo menatap dan bicara sama cewek lain dengan cara yang berbeda! Kalau lo nggak sesuka itu sama Sashi, jauhin dia!"
"Kenapa lo peduli?" Ojun memiringkan wajah, lalu tawanya yang terkesan melecehkan pecah. "Ah ya, I see. Cinta yang bertepuk sebelah tangan sama sahabat lo sendiri, eh?"
"Gue—"
"Apa yang ada antara gue dan Tamara, itu bukan urusan lo." Ojun berkata. "Begitu juga apa yang ada diantara gue dan Acacia. Nggak usah sok tahu dan nggak usah sok pahlawan, oke?"
Dery menjawab ucapan Ojun dengan melayangkan tinju ke wajah cowok itu sedetik setelahnya, diikuti pekikan anak-anak cewek yang telah berkerumun tidak jauh dari mereka, jadi penonton dadakan. Pipi Ojun berdenyut sakit dan dia yakin, pasti akan ada memar yang nantinya muncul. Tapi Ojun tidak ingin tinggal diam. Dia bangkit, balik menghajar Dery. Bogemnya juga bersarang di pipi Dery. Mereka saling serang hingga bergulingan di permukaan paving block, tidak peduli pada seragam yang kotor dan darah yang mengalir dari luka mereka.
Keduanya baru bisa dipisahkan saat guru BK datang ke TKP bersama dua satpam sekolah. Bahkan saat sudah dipegangi dua satpam, Dery dan Ojun masih berupaya saling menyerang.
"Kalian tuh sebetulnya kenapa sih?!"
"Tanya aja sama dia, Pak." Dery membalas tajam, matanya menatap penuh dendam pada Ojun yang balik memandang sengit.
"Tanya aja sama dia, Pak."
"Hadeh, pusing saya kalau gini caranya. Udahlah, biar simpel, saya tanya orang tua kalian aja! Mau kalau gitu?!"
Niatnya guru BK mereka sih mau mengancam, tapi Dery malah menyahut dengan jumawa. "Coba aja, Pak. Berdoa semoga Papa saya nggak lagi khilaf pengen makan siang di Thailand dan sekarang lagi di Indonesia."
Jika jadi stasiun televisi, maka pasti Tedra Sunggana akan jadi TVone yang bersemboyankan; memang beda.
*
"Are you sleeping?"
Jennie menjawab tanpa membuka kedua matanya yang terpejam. "Almost."
"Oh come on, don't do that." Jef berguling ke samping dan mengubah posisinya yang semula berbaring di atas kasur Jennie jadi telungkup. Rambutnya agak berantakan. Dia bertelanjang dada, meski telah kembali mengenakan celananya. Sebabnya satu, kemeja yang tadinya dia kenakan kini telah melekat di tubuh Jennie, menjelma menjadi mini dress yang hanya menutupi setengah bagian paha perempuan itu.
(e kepencet)
"I'm tired."
"Ini masih pagi."
"You're the reason why I'm tired, jancok."
Jef tertunduk lalu tertawa mendengar makian itu. "Come on, let me take care of you. Let's wash your hair first."
"No."
"Jen."
"Nek wes tak bilang ora ya ora, asu."
"Jen."
"Sooooo persistent." Akhirnya, Jennie membuka matanya dan langsung disambut oleh sepasang mata Jef yang tengah tertuju padanya. Dia terdiam sebentar, lantas menghela napas dalam-dalam. "This feels like a dream."
"Mimpi indah?"
"Setengah indah, setengah buruk."
Jef menggerakkan tangannya untuk memainkan rambut Jennie yang tergeletak acak di atas kasur. Warnanya yang hitam tampak kontras di atas seprei pelapis kasur yang terang. "Mmm... kenapa?"
"Because you're both my sweet dream and my nightmare." Jennie berkata lagi sebelum tertawa sarkastik pada dirinya sendiri. "Damn, years of my life wasted on loving you. I couldn't be any more stupid."
"I'm so sorry."
"Don't be. Just promise me something."
"Apa?"
"Jangan permainkan perasaan gue, Gouw."
"Gue nggak berniat melakukan itu."
"Dan gue harap, lo menepati kata-kata lo." Jennie beranjak, duduk sejenak di tepi kasur untuk mengikat rambutnya yang tergerai ke dalam sebuah gelungan berantakan. "Jangan update status atau posting apapun. Jangan posting juga tentang gue."
"Kenapa?"
"We can't let people know... yet."
"Oh, ceritanya mau jaga hati Theo?"
Jennie berbalik, berkacak pinggang dengan salah satu alis terangkat naik. "Lo cemburu sama Theo?"
"No, he got nothing on me."
"He got everything on you." Jennie mengoreksi. "Dia kaya. Dia pengusaha. Dia ganteng. Dan dia nggak punya mantan yang bikin dia susah move on."
Jef merasa ter-to-hock. "... but still—"
"Tapi lo nggak seharusnya cemburu sama dia. He tried to get back with me years ago, beberapa tahun setelah kita lulus kuliah dan gue menolaknya."
"Kenapa?"
"Because I was in love with you, stupid."
"Is, not was." Jef protes. "Sekarang juga masih, kan?"
"Ck."
Jef tersenyum penuh kemenangan. "Love you too, Rabbit."
"I don't like that pet name. Sekali lagi lo panggil gue dengan sebutan itu, gue usir lo keluar dari sini! Bodo amat mau lo balik nggak pake baju juga!" Jennie mendengus. "Tapi gue serius. Orang-orang nggak perlu tahu tentang kita sekarang."
"Kalau Acacia?"
Jennie jadi nervous. "Hng..."
"Come on, Jen, jangan bilang lo takut sama Acacia? She's just a 17 years old." Jef meledek. "Mana tuh Jennie yang sadis dan sampai berani ribut sama chefnya jaman kita jadi apprentice dulu?"
"Nggak usah songong, lo juga takut sama dia."
"I am not."
"Yes, you are." Jennie ngotot. "Mungkin... jangan kasih tahu dulu? Takutnya dia shock."
"Lo takut ditolak dia jadi ibu tirinya ya?"
"NGGAK GITU!"
"Don't worry, I think she likes you."
"No, pokoknya jangan dulu ada yang tahu, termasuk teman-teman lo atau teman-teman gue."
"Termasuk Rosé?"
"APALAGI DIA."
"Takut dituduh makan teman ya lo?" Jef terkekeh, lagi-lagi mencerca.
"Nggak, gue lebih mengkhawatirkan keselamatan lo, sebenarnya."
"Lah, kenapa jadi keselamatan gue?"
"Coba ingat baik-baik, kenapa lo kabur dari dia?"
"..."
"Lo kabur saat dia mulai membicarakan membawa hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Begitu lo balik, dia nyamperin lo dengan murka—"
"—and it's all thanks to you, yang membocorkan info kepulangan gue ke Jakarta!" Jef salty.
"Have to admit, kadang gue pengen lihat lo dicabik-cabik orang sampe berdarah-darah." Jennie tertawa jahat. "—intinya dia marah karena lo nggak mau menikah gara-gara lo takut lo nggak bisa jadi ayah yang baik. Apa kata dia kalau tau lo sama gue dan gimana lo sesuka itu sama peran lo sebagai ayah sekarang?"
"Gue nggak suka jadi ayah!"
"Halah pret bacot, ayah bucin!" Jennie mencibir.
"Ck."
"Intinya, gue serius, Cok. Jangan ada yang tahu dulu."
"Kalau ada yang tahu?"
"Gue jadiin titit lo pisang goreng." Jennie mendengus seraya berbalik dan berjalan menuju kamar mandi. Jef melotot cemas, dibikin parno sejenak sementara dia masih duduk di atas kasur hingga bunyi ponsel menyita perhatiannya. Jef mengerutkan dahi saat membaca chat baru yang masuk dari Coky.
From: Coky
BANG LO TUH BENERAN NGGA ADA AKHLAK EMANG YA DASAR NAPEUN SEKI
To: Coky
LAH NGAPA AJG
From: Coky
Malah nanya, anjir. Capek sumpah gue jadi manager lo.
Tiap hari ada aja ulah yang dibikin.
Lo enak, Bang, kaya. Gue kan kagak.
Kalau gue nggak kerja, gimana cara gue mau beliin pacar gue boba?
To: Coky
LHO, WES NDUE BOJO, JANCOK?
From: Coky
Iya hihiw.
To: Coky
Siapakah wanita bodoh itu?
From: Coky
NGGAK PENTING! POKOKNYA LO BERULAH LAGI AH CAPEK.
GUA MAU NGAMBEK POKOKNYA.
To: Coky
KENAPA SIH KOK ANDA NGESELIN?!
From: Coky
CEK LAMBE TURAH, BODAT.
Akhirnya Jef buka Instagram dan cek akun minceu.
minceulamtur
❤erinap, sehunsolihun and 185,903 others
Eeeaaa eaaaaa mbaknya cepet banget udah ada yg buarrruuuuu ajaaaaah
babang sony sama minceu aja yessssss
yang patah hati.... mana suaranyaaaaaahhhhhhh
load more comments
jprajapati 😄
minceulamtur waduhhhh, dikomen bapakeeee. apakah ini pertanda yes??? @jprajapati
netizenbudiman01 ganteng ajg ada yang tau ig-nya ngga
rumputimut cus @lsmatondang tuh ignya @netizenbudiman01
netizenbudiman010 lsmatondang teh lightstick matondang apa gimana?
emakemakmio astagfirullah, pakaiannya.... apa nggak kasihan sama papanya nanti.... alangkah baiknya... jika menutup aurat... karena satu helai rambut nampak... akan jadi siksa ayahnya di neraka kelak... mohon maap sekedar mengingatkan... 🙏
jansengouw dia kristen, bu @emakemakmio
emakemakmio o, mohon maap saya nga tau 🙏🙏
Jef langsung mengetik pesan pada Coky dengan sepenuh hampa kesal dan amarah.
To: Coky
HE JANCOK, LO MACARIN PONAKAN GUE?!!!
From: Coky
IYA TAPI BUKAN ITU BANG YANG GUE MAKSUD.
To: Coky
TERUS APA, BRENGSEK
From: Coky
CEK POSTINGAN SEBELUMNYA IH.
Mau tidak mau, Jef buka akun minceu lagi.
minceulamtur
❤jessicagouw, cgofficial and 340,732 others
Babang enceeeeeeeppppph.... apakah menuju sold out???
Minceu tunggu undanganyaaaaaahhhhhhh
load more comments
felixgouw jadi paklik tuh sama siapa sih sebenernya? 🤔
sehunsolihun mambu-mambune arep rabi tenanan iki
gouwmania YAH PADAHAL GUE LEBIH SUKA BABANG ENCEP SAMA MB MAWAR 😑
emakemakbeat cantikan ini daripada yang dulu... bajunya lebih sopan...
cgofficial ... drama apa lagi ini
chan_yeol ini kalau nikah, nanti kateringnya pake indomie ngga ya? 🤔
netizenkepo bener ngga sih kalau babang encep udah punya anak cewek????
ashwinagouw mohon doanya ya minceu 😄 @minceulamtur
minceulamtur wadoh mboke wes komen berarti bener ini lebih dari hosyippp. siap, ibunda. semoga mantunya lancar yes 🙏 @ashwinagouw
Jef ingin mengubur dirinya sendiri sekarang.
*
(mama-papa dery jaman dery masih balita, papa tedra masih jadi tukang parkir)
Usai menerima telepon dari pihak sekolah terkait Dery yang terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya, Tedra langsung bersiap untuk memenuhi panggilan yang dialamatkan padanya. Berhubung Joice juga sedang ada di rumah, perempuan itu pun turut serta. Dery tidak setiap hari membuat masalah di sekolah, jadi Tedra langsung mempersiapkan beberapa orang kru khusus untuk pembuatan vlog terbarunya. Tedra nggak butuh-butuh adsense sih, tapi pamor adalah segalanya alias harus eksis di setiap kesempatan dong! Masa kalah ama keluarga gledek Thor.
Kunjungan Tedra ke sekolah tidak ubahnya seperti kunjungan kenegaraan. Dia dikawal oleh patroli polisi, juga menerjunkan satu mobil tersendiri untuk mengangkut krunya dan kamera. Di depan sekolah, Tedra sempat melakukan pembukaan untuk videonya sebelum memberi kode pada kameramen untuk mengikuti geraknya menuju ruang BK.
Tidak ada satupun yang mampu melarang tentu saja karena beliau adalah Yang Dipertuan Agung Tedra Sunggana.
Joice berjalan mendampingi suaminya layaknya ibu negara, menikmati perhatian yang ditunjukkan orang-orang kepadanya.
Di ruang BK, ternyata orang tua Ojun belum datang. Hanya ada Ojun dan Dery yang duduk bersebelahan dengan muka bengkak hasil tonjok-tonjokkan. Dery tidak bicara, masih memasang wajah angker. Punggung tangannya penuh luka, tapi Dery tidak peduli. Jika bisa, dia ingin punya kesempatan menghajar Ojun sekali lagi.
"Oalah cah lanangku... juelek tenan raimu, Le... wes bengep ora karuan koyok martabak bantet..." Tedra berlagak dramatis, berpaling pada Ojun. "Wah, iki mesti bocah ora ngerti aturan seng ngejotosi cah lanangku. Berani yo kowe? Eroh ora nek cah lanangku mau, harga dirimu karo keluargamu bisa tak beli?!"
"Pak Tedra, mohon maaf, tunggu sebentar—"
"Ora iso waiting-waiting meneh aku. Bapak ndelok ora iku my son's face bentuke koyok opo?!"
Guru BK-nya kicep.
"Ini nggak bisa dibiarkan! Saya mau membawa ini ke jalur hukum! Gimana, Ma? Kita telepon aja Hotman Butarbutar sekalian apa? Atau minta tolong buzzer untuk bikin ini semua viral?!" Tedra berkacak pinggang. "Bapak ki piye toh? Jarene iki sekolah favorit, kok iso anak saya babak-belur kayak gini?!"
"Sabar, Pak. Kita bisa bicarakan—"
"POKOK'E SAYA MAU MEMBAWA KASUS INI KE JALUR HUKUM—"
Kata-kata Tedra belum sempat terselesaikan ketika sosok lainnya muncul di ambang pintu ruang BK.
Ojun menoleh, refleks memanggil. "Bunda..."
Perempuan itu melangkah masuk, membuat Tedra ternganga karena...
BUSET INI PEREMPUAN CANTEK BANGET????
Mata Tedra langsung melotot ke bukaan maksimal.
Perempuan tersebut menghela napas, bicara dengan nada tenang. "Saya orang tuanya Juanda, Pak. Ini anak saya terlibat masalah apa ya?"
"Jadi begini Bu Raisa—"
"Nggak terlibat masalah apa-apa, Bu. Namanya anak-anak ya pasti ada ribut-ribut dikit. Apalagi masih remaja kan ya, emosi masih meledak-ledak. Mereka berdua luka, tapi kelihatannya ndak parah. Hayo, Mandala, berdamai sama Juanda."
Joice melongo, lalu mendengus geram. "Piye toh, konted? Jarene arep calling-calling Bang Hotman Butarbutar?!"
"Wes toh, Ma, jalan damai wae. Kita ki emang wong sugih, tapi kita mesti memberi teladan kepada masyarakat dan rendah hati. Apalagi ini masih ributnya anak-anak. Benar kan, Dek Raisa?"
Ojun ternganga sedangkan Dery harus menahan diri mati-matian agar tidak membenturkan kepalanya ke tepi meja berulang kali.
Joice mesem-mesem muak, hanya bisa membatin dalam hati; lihat aja ntar, Pa, begitu nyampe rumah, tak sowek-sowek congormu.
"Loh, bukannya tadi Pak Tedra bilang bermaksud membawa kasus ini ke jalur hukum dan menggandeng jasa pengacara terkenal Hotman Butarbutar? Saya kira—"
"Bapak nih, hidup iku ojo dibawa serius banget. Saya kan cuma guyon."
Guru BK yang bernama Pak Bambang tersebut pun menghela napas. "Jadi begini Pak, Bu, terkait Juanda dan Mandala—"
Ucapan Pak Bambang terhenti oleh kehadiran Sashi di ambang pintu ruang BK. Napasnya terengah. Kentara sekali dia habis berlari.
Pak Bambang di luar: Iya, ada apa, Acacia? :-)
Pak Bambang di dalam: CAPEK AKUTUH MAU NGOMONG DIPOTONG MELULU >:(
"Saya perlu ngomong sama Dery. Berdua aja."
Bonus
"Mas Juan masih di ruang BK." Tamara berujar lesu sambil berjalan meninggalkan kelas bersama Felix yang hari ini berbaik hati membawakan seluruh tas mereka.
"Wes toh, ojo manyun ngono. Kita mengomel pun tidak akan berpengaruh pada Mas Juanda. Orang tuanya Mas Juanda sama Mas Mandy juga dipanggil."
"Tetap saja, aku sedih."
"Harusnya yang sedih itu Mbakyu Sashi."
"Kenapa aku tidak boleh sedih? Aku sedih karena Mas Juanda babak-belur dihajar sama Mas Mandy."
"Tamara, kamu tidak menyukai Mas Juanda, kan?"
"KENAPA MAS FELIX BERPIKIR SEPERTI ITU?!"
"Takon tok yo, ojo nge-gas." Felix balik sewot, lalu sibuk merogoh saunya ketika ponselnya bergetar. Dia menerka itu pesan dari Jansen yang memang berjanji menjemput mereka siang ini, dan tebakannya memang benar. Hanya saja, isinya di luar harapan.
From: Mas Jansen
Lix, Mas Jansen masih sibuk. Jadi yang jemput kamu sama Tammy itu Mas Lucas ya. Mbak Erina wes ngomong karo de'e. Iki sekalian Mas Jansen kasih nomor Mas Lucas.
Perubahan ekspresi wajah Felix memicu rasa penasaran Tamara. "Siapa, Mas Felix?"
"Mas Jansen."
"Kenapa? Apa Mas Jansen tidak bisa menjemput?"
"Iya."
"Ya sudah, kita naik taksi saja. Mama dan Papa akan sangat sibuk siang ini. Begitu juga Mbak Erina."
"Kita tetap dijemput."
"Dijemput siapa? Paklik Siji?"
Felix menggeleng, mukanya makin terlihat ogah-ogahan.
"Terus... siapa?"
"... Mas Domba."
Di dalam mobil nantinya...
Felix:
Tamara:
Lucas:
to be continued.
***
Catatan dari Renita:
yes akhirnya berlanjut lagi wkwk maapkeun kemarenan lagi sibuk
bosen ga lu sama cerita ini wkwkw
btw untuk sarakusumong dan perdramaan para crazy rich yang lebih wowow ntar di Get on the Gouws aja yah.
untuk ending... kalian mau ending yang gimana wkwkwk?
dah kayaknya segitu dulu.
btw yang nonton TDS esp pink C, just say hi if you see meeeeeee wkwk belom ada temen nih btw yang satu section.
sampai ketemu di chapter berikutnya.
ciao.
bonus
para priaku -sashi
Bandar Lampung, February 27th 2020
21.46
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top