33. Akhirnya Ketemu
Ares
Hari kelima mereka ada di Ansoncree, akhirnya pusaka leluhur itu benar-benar mereka temukan. Ternyata, pusaka yang sangat berharga itu dikubur tepat di bawah tempat Pak Fero tidak sadarkan diri. Ares bisa merasakannya karena energi familier terpancar dari bawah lantai yang kayunya sengaja dilepas. Bukan hanya itu saja, samar-samar terlihat cahaya merah dari sana.
Ares mendesah lega. Saat sampai di bangunan yang ternyata sekolah ini, mereka memang tidak menemukan pintu di mana pun. Namun, jendela yang dirusak oleh Dean masih ada. Mereka kembali masuk lewat celah yang terbuka itu. Rasanya ia bersyukur karena Dean mencabut teralisnya paksa. Jika tidak, mereka mungkin akan terjebak selamanya.
“Pak Fero ternyata berusaha menyelesaikan semuanya sendiri.” Ares tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok kepala sekolah SMANA yang terpejam sambil duduk itu.
Selama ini, mereka berputar-putar di Ansoncree. Mencari ke berbagai tempat yang memiliki kemungkinan besar. Terjebak di pondok yang akan dibakar. Datang ke pohon Ek dan patung Dewa, tetapi dikerumuni oleh para penduduk yang tampak marah. Lalu pergi rumah Paman Hill, tempat di mana Gayatri sempat dikendalikan. Puncaknya, mereka menuju kastel pemimpin dan kembali dihadapkan pada kejadian di luar logika.
“Aku enggak heran kalau ayah begitu, Kak.” Sea mengusap lembut keringat yang menetes dari dahi ayahnya. “Tempat persembunyian ayah pun, aku enggak tahu. Katanya, aku harus membawa kalian kemari. Lalu mencari tahu semuanya sendiri.”
“Mencari tahu apa yang direncanakan Helizar, maksudmu?” tanya Dean.
Cowok itu berkeliling sejenak. Ruangan yang Pak Fero tempati ternyata juga ruang kepala sekolah. Tidak terlalu luas, tetapi perabotannya cukup banyak dan mengganggu. Terdapat meja besar yang berisi tumpukan buku tebal berserakan. Di belakangnya, lemari tua masih berdiri kokoh. Kayunya pun sehat, tidak tampak dimakan usia. Sebagian bukunya dikeluarkan dari salah satu sisi.
Di bagian lain, kursi kebesaran kepala sekolah biasanya terletak di balik meja. Namun, kursi itu justru berada di tengah-tengah ruangan di mana Pak Fero duduk di atasnya, sedikit membungkuk. Di bawah kursi itu, kayunya mencuat. Terlihat jelas tanah yang sempat digali, lalu ditutup kembali. Begitu ditelusuri, terdapat bekas tanah pada jari-jari tangan Pak Fero.
“Itu salah satunya, Kak.” Sea mendesah. “Sepertinya ayah tahu kalau semua yang terjadi di Ansoncree, enggak lepas dari campur tangan Tuan Helizar. Tapi, belum sempat ayah menghentikannya, ayah malah enggak sadarkan diri duluan.”
Diam-diam Ares memikirkan hal yang sama dengan Sea. Sepertinya Pak Fero benar-benar mengetahui semua yang terjadi di Ansoncree. Setelah beliau menyadari kesalahan yang diperbuat lalu berusaha memperbaikinya, ternyata muncul masalah lain yang lebih besar dan rumit.
“Apa Helizar dan Pak Fero saling kenal dekat?” tanya Gayatri, penasaran.
“Dekat banget, kalau aku enggak salah,” jawab Sea. “Kata ibuku, begitu ayah pertama kali sampai di Ansoncree, ayah bertemu ibu yang saat itu sedang bersama Tuan Helizar. Jadinya, mereka benar-benar akrab.”
“Karena itu Helizar merasa dikhianati.”
Celetukan Zeera benar. Perasaan sukacita kepada seseorang yang sudah bersama selama bertahun-tahun, jelas membuat Helizar merasa dibuang begitu saja. Padahal, Ares yakin jika Trina—ibu Sea tidak akan bertindak demikian. Helizar saja yang terlalu berlebihan menanggapi kebaikan seseorang.
“Apa yang harus kita lakukan, kalau begitu?” tanya Sunni. Cewek itu dari tadi duduk di kursi kayu dekat pintu masuk. Sunni setia mengamati sekaligus mendengarkan obrolan teman-temannya.
“Onyx sudah siap, kan?” Ares malah balik bertanya. Bukan apa-apa, energi yang dikeluarkan oleh pusaka benar-benar terasa sejak mereka memasuki ruangan ini. Sebelum benar-benar masuk, Ares sudah lebih dulu meminta semua temannya mengeluarkan Onyx dan menggenggamnya erat. Jadi, mereka tidak terlalu terpengaruh.
“Sudah.” Gayatri yang menjawab. Ia lantas menunjukkan Onyx miliknya yang berbentuk bulat sempurna. Seperti terkoneksi, satu persatu teman mereka pun melakukan hal yang sama. Dimulai dari Sea, Sunni yang sedang duduk, Zeera yang berada di samping Gayatri, Dean yang tampak tidak peduli, dan terakhir Ares.
Mereka saling mengangguk, memberi kode. Ares dan Dean lantas berjongkok di depan kayu yang mencuat tepat setelah Sea dan Gayatri menggeser kursi yang diduduki Pak Fero. Beruntung, kursi itu memiliki roda sehingga memindahkannya tidak terlalu sulit.
“Siap, Res?” tanya Dean. Dirinya dan Ares saling pandang.
“Seratus persen,” jawab Ares mantap. Setelahnya, mereka mulai menggali. Sedikit demi sedikit. Secara perlahan. Tidak terburu-buru. Cahaya merah yang semula hanya tampak sedikit, kini mulai membesar.
Ares tidak masalah jika tangannya terluka ataupun bajunya terkena noda. Baginya, kesempatan terakhir untuk pulang sedang ada di depan mata. Jangan sampai terlewatkan lagi.
Mereka menggali cukup lama. Ternyata, dalam juga lubang yang dibuat oleh Pak Fero. Apakah dengan mengubur pusaka sedalam itu, lalu duduk di atasnya akan membuat pusaka hanya fokus menyerap nyawa Pak Fero saja?
Ares menggeleng. Sama sekali tidak tahu bagaimana jalan pikiran kepala sekolah SMANA itu.
“Pusakanya mulai terlihat!” seru Gayatri. Percaya atau tidak, Ares bisa merasakan jika keempat cewek yang melihatnya dari belakang itu sedang menahan napas.
“Wah, berhasil!” Kali ini, Dean yang berseru.
Begitu tanah berhasil digali, cahaya merah yang terpancar semakin kuat. Bersamaan dengan itu, energinya pun benar-benar terasa. Hampir menyerap Ares dan semua temannya jika saja mereka tidak memiliki Onyx. Bahkan, bukan hanya itu saja. Terdengar suara berdenging dari pusaka itu.
“Keluarkan pelan-pelan!” perintah Ares. Bersama dengan Dean, dikeluarkannya pusaka itu dari dalam tanah. Secara perlahan hingga mereka berhasil meletakkannya di atas meja. Tentu saja buku-bukunya telah dibereskan oleh Zeera dan Sea dalam diam.
“Cangkang?” Dean tampak tidak habis pikir. “Kukira pusaka leluhur Ansoncree itu akan berbentuk keris atau buku keramat yang benar-benar enggak boleh disentuh sembarangan. Tapi, ternyata hanya berupa batu merah yang diletakkan dalam cangkang?”
Ares tidak bisa menyalahkan Dean atas celetukan cowok itu. Gayatri, Sunni, Zeera, dan Sea pun sama terkejutnya. Dugaan mereka selama ini ternyata meleset jauh. Benar-benar tidak terpikirkan sebelumnya.
Pusaka itu ternyata adalah batu Ruby yang diletakkan dalam cangkang transparan. Alasnya berupa busa yang dilapisi kain berwarna hitam. Ukuran pusaka itu tidak terlalu kecil pun tidak terlalu besar. Mungkin seukuran pergelangan tangan orang dewasa di Ansoncree. Orang dewasa di Ansoncree tetap saja kecil.
“Terkunci.” Dean berusaha membuka pusaka itu. Meskipun energinya berkebalikan dengan Onyx, ia tetap mendekatkan wajahnya pada cangkang transparan. “Ada ukirannya di sini. A dan S. Di mana aku pernah lihat ukiran ini, ya?”
Ares seolah tersadar akan sesuatu. Ia saling berpandangan dengan Gayatri sejenak, lantas sama-sama berseru, “Kuncinya!”
Buru-buru Ares mengeluarkan kunci dari saku celananya. Dilihatnya sebentar ukiran pada kedua benda itu, benar-benar sama. Lantas tanpa banyak berpikir lagi, Ares mengarahkan kunci ke lubang kunci pada cangkang transparan, lalu memutarnya ke kanan. Benda itu seketika terbuka.
“Inikah pusaka leluhur Ansoncree?” Gayatri takjub, begitu juga semua temannya. Sejenak, pandangan mereka tidak bisa teralihkan dari pusaka itu. Sungguh, pusaka itu memiliki kesan kuat nan memikat siapa saja yang melihatnya. Energi yang dikeluarkan tidak bisa lagi dipungkiri bahwa benda di depan mereka inilah pusaka yang mereka cari selama ini.
“Akhirnya ketemu!” celetuk Sunni.
Hanya, belum habis rasa takjub mereka, mendadak sebuah kertas meluncur jatuh dari dalam cangkang—tepat di bagian atasnya yang tidak tertangkap mata. Kertas itu seketika menarik perhatian Ares dan semua temannya. Diambilnya kertas itu, lalu diletakkan di atas meja di samping pusaka.
“Itu tulisan tangan ayah!” seru Sea.
Semua menoleh padanya, lalu beralih pada kertas itu lagi. Dean seketika berteriak frustrasi karena membaca isinya.
Sungguh, tidak adakah cara lain lagi di saat satu-satunya harapan kembali direnggut paksa?
Pusaka ini jangan dihancurkan. Jika nekat, sekat pembatas antara Ansoncree dan bumi akan benar-benar hilang. Jadi, temukanlah pasangan pusaka ini dulu.
***
3 November 2024
Terimakasih
-Ros-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top