sweeter

"[Name]-chan tolong belikan aku permen," kata Ranpo padamu yang kini sibuk mengerjakan tugas dari Kunikida.

Kau mempecepat ketikan pada notebook, menatap layar monitor dengan alis yang mengerut serta mengabaikan pria yang menjabat sebagai partner kerjamu.

"[Name]-chan," panggil Ranpo lagi.

"Maaf Ranpo-san, saat ini aku tidak bisa. aku sibuk," jawabmu.

"Tapi aku butuh manisan [Name]-chan." Mari kita anggap, pria itu merengek padamu.

"Apa kau tidak ada sisa manisan lagi? Setidaknya sampai pekerjaanku selesai," katamu tanpa mengalihkan perhatian pada layar monitor.

Detektif itu terdiam, menatapmu yang tengah bekerja. "ada," jawabnya.

"Kalau begitu, makan itu saja dulu."

Ranpo berdiri dari duduknya, berjalan mendekat, dan berdiri di belakangmu. Cukup lama ia terdiam, sampai kedua tangannya merangkulmu dari belakang.

Tentu saja itu membuatmu terlonjak kaget. Jangankan dirimu, Dazai yang duduk tidak jauh dari kalian saja terkejut.

"Ranpo-san, apa yang kau lakukan!" serumu.

Ranpo mendekatkan kepalanya  pada daun telingamu, menyapunya dengan nafas hangat yang mengelitik. "Makan manisan," kata Ranpo.

"Tung- apa? Huaa!!" kau berteriak cukup kencang, saat dirimu 99% yakin Ranpo telah menjilat pipimu.

"Ranpo-san, aku bilang makan manisan, bukan melakukan ini..." kau berusaha mendorong wajah Ranpo menjauh, ketika pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya pada bibirmu.

"Kau bilang manisan kan? Kau itu manisan untukku." Ranpo terus mendekatkan wajahnya.

"Hah?" kau menautkan alis bingung.

"Ah! kau itu manisanku yang termanis!" serunya kemudian.

"Ranpo-san!"

"Dan satu lagi [Name]-chan, kau harus mempertanggung jawabkan perkataanmu." Ranpo tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai.

Dan belum sempat kau menolak, tubuhmu sudah terbawa pada rengkuhan Ranpo.

Anggap saja, makhluk hidup dalam ruangan tersebut hanyalah nyamuk. Lihat saja mulut Dazai yang berbentuk o serta rona-rona merah tipis pada wajahnya. Kunikida juga sama. Ia membetulkan letak kaca-matanya sebagai pengalih guna menutupi rona merah yang muncul.

"Bocah, panggilkan Pimpinan," kata Kunikida pada Atsushi yang kini sibuk menutupi berbagai indera yang dimiliki Kyouka. Atsushi mengangguk, ia bermaksud berjalan keluar disertai Kyouka dalam genggamannya sampai terhenti karena mendengar sebuah kata yang membuat ruangan itu seketika hening.

"Hngg..."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top