Hanahaki Byou

Sudah tanggal berapa sekarang?

Ranpo tidak tau. Berapa lama ia sudah berada disini? Hanya terbaring di kasur, dengan tubuh lemas tidak berdaya cuma bisa mengamati langit-langit asrama yang hampa.

"Uhuk," ia terbatuk, batuk parah yang membuat tenggorokan sakit. Di telapak tangannya, sudah ada sebuah bunga. Bunga Basil.

Hanahaki byou,
Tidak ada istilah medis untuk menyebutkan nama penyakit ini. Penyakit misterius yang menyerang seseorang dalam krisis cinta. Bukan cinta yang utuh, namun cinta yang kurang, atau bisa di bilang cinta tidak terbalas.

Dan basil adalah arti dari itu semua, cinta yang tidak terbalaskan.

Detektif yang selalu sombong dan berlagak layaknya anak kecil. Menyembunyikan semua. Menyembunyikan penyakit yang bisa saja merenggut nyawanya.

Di setiap batuk yang ia alami, tenggorokannya akan sakit, amat sakit. Hingga keluar sebuah bunga, yang menjadi arti dari cintanya.

Ranpo hanya mengulum senyum sendiri, membayangkan wajah gadis yang membuatnya seperti ini.

Ponsel di sebelahnya berdering, nampak nama gadis yang kini di pikirkannya. Ranpo hanya melihat, tersenyum, tidak ada niatan untuk mengangkat.

Asramanya kini bisa di bilang sebuah taman, ah tidak— ladang bunga lebih tepatnya. Terlalu banyak bunga yang ada, beberapa hampir mati, membusuk di makan waktu.

Detektif itu tidak memberitahukan ini pada siapapun, tentang penyakitnya, tentang orang yang di sukainya. Ia hanya bisa membiarkan ini terjadi, terus dan terus, membiarkan tubuhnya mengeluarkan bunga arti dari perasaan sakitnya.

Ia bisa saja sembuh dari ini, jika saja gadis itu memiliki perasaan yang sama dengan Ranpo. Tidak, tapi tidak. Tidak setelah ia tahu jika gadis yang di sukainya menyukai Dazai. Ia tidak mau jika [Name] jadi perihatin padanya, memaksaan perasaan gadis itu untuk menyukai pria yang di harapakan kesembuhannya, tidak akan pernah.

Cara lain? Dengan mengangkat bunga yang berada di dalam tubuh Ranpo. Tapi jawaban tetap tidak, ia tidak mau. Ia tidak mau kehilangan rasa cintanya pada gadis itu, meski tau cintanya tidak terbalaskan.

Lalu apa? Membiarkan penyakit itu menggerogotinya? Sampai-sampai ia harus menghembuskan nafas terakhir di usia muda? Ranpo mengangguk membayangkan itu, itu adalah pilihan terbaik.

Ia kembali terbatuk, batuk yang lebih parah dari sebelumnya. Satu persatu basil keluar. Membekas rasa sakit pada leher. Ranpo tidak peduli. Toh ia sudah lama terkena penyakit ini.

Ranpo tersenyum, kembali membayangkan wajah [Name] tersenyum lembut ke arahnya. Matanya perlahan terpejam. Sebuah senyum kecil terukir di wajah.

Sayup-sayup ia dapat mendengar suara gebrakan dengan orang yang memanggil namanya, meneriaki namanya.

Apa itu suara [Name], Ranpo berpikir begitu. Tapi [Name] kini berada di depannya. Lalu siapa?

Mungkin hanya imajinasinya saja, kaki itu perlahan melangkah. Di suatu tempat yang luas dengan warnah putih membentang, ia berjalan meraih tangan seseorang di depannya, orang yang memanggilnya dengan senyuman, [Name].

.
.
.

Alasan dari Ranpo yang berbeda, tidak bertemu dengan [Name] dan bersikap childlish serta mengatakan suka dengan mudahnya, hanya satu alasan untuk itu.

Ia tidak ingin terlihat menyedihkan.

***

Author note :

Fluff apa angstnya saya serahkan pada imajinasi kalian :''.. Saya juga gak tau Ini angst apa bukan //plaak

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top