< attention >
Dia tak henti-hentinya menganggungmu.
Mencium, bergelayut, mencubit, menyentuh, atau bahkan berbicara padamu--yang akan kau jawab dengan sebuah deheman kecil.
Dia--kekasihmu--bisa dibilang orang yang hyperactive, hampir tak pernah kau mendapatkan kedamaian darinya, di agensi maupun di apartement kalian.
Kini jarimu mengetik papan keyboard pada notebookmu. Dengan dirinya yang memelukmu dari belakang dan menempelkan pipinya pada milikmu.
Kau mungkin risih, tapi mau bagaimana lagi. Seberusaha apapun kau menghentikanya, dia akan terus melakukannya.
"Dazai bisakah kau diam sebentar, aku sedang berkerja," katamu, tanpa mengalihkan perhatian pada layar di depanmu.
"[Name]-chan.. Berhentilah berkerja dan main denganku," pintanya. Manja.
"Dazai.. masih banyak laporan yang harus ku tulis," katamu, seraya menyingkirkan kepalanya yang terus menerus menempel.
"Itu bisa nanti, sekarang mainlah denganku."
"Tunggu sebentar, ini hampir selesai," jawabmu, dengan jari-jari yang kembali menekan key pada keyboard.
"Akan ku tunggu," Dazai berhenti menempelkan kepalanya, tapi tangannya masih memeluk lehermu dengan kuat.
Diam sebentar, sampai kau merasakan tangan Dazai berpindah pada pinggangmu. Dazai mulai mengecup telingamu, mengelitik telingamu, dengan hembusam nafasnya.
Ciumannya menjalar hingga ke pipi dan berakhir ke pada leher putihmu.
"Dazai, ja- ah," kau hampir mendesah, jika saja kau tidak cepat-cepat menutup mulutmu.
Manikmu melihat ke arah Ranpo. Memastikan prita itu tidak mengetahui apa yang di lakukan Dazai. Kau sedikit lega, ketika melihatnya tengah tertidur.
Dazai kembali mengecup lehermu, perlahan sebelah tangannya naik, menarik bajumu turun. Menampakkan leher jenjangmu yang sudah merah di beberapa bagian.
Tangannya yang lain, menyentuh pipimu mendorongnya membuat wajahmu berpaling ke belakang.
Dazai memajukan wajahnya dan melahap bibir mungilmu. Dazai melumat bibirmu, membiarkan suara-suara bising yang tercipta karena ulahnya.
Ia melepaskan ciumannya, ketika paru-parunya sudah menjerit butuh oksigen.
"Da ah- hentik-khan," katamu, mencoba mengatur nafas yang tersengal.
"Kalau begitu ayo main denganku," katanya, sambil menyentuh bibir bawahmu.
Kau mengangguk kecil, yang di balas senyuman senang darinya.
Dazai segera merapikan bajumu, dan menarik tanganmu ke luar agensi. Kau hanya bisa pasrah mengikuti Dazai yang memiliki naluri sedikit bocah.
Disisi lain, dalam ruangan agensi. Seseorang membuka matanya perlahan setelah ia yakin kau dan Dazai sudah pergi.
Ia bangkit dari posisi tidurnya dan segera mengambil cokelat yang tergeletak di mejanya.
"Dasar mereka. aku lihat tau."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top