Serpihan Kaca

Happy Reading!

************************************

Seorang gadis sedang duduk di pinggir jendela kamarnya, dia duduk dengan memeluk lututnya sendiri di atas kursi, tatapannya kosong. Lalu dia menyandarkan kepalanya ke kaca jendela yang tertutup.

Tatapan kosongnya teralih pada anak-anak yang berteriak bersama teman-temannya yang lain, anak-anak itu sedang bermain bola di halaman gedung ini. Gadis itu tersenyum tipis melihat interaksi para anak-anak itu, membuatnya seperti dibawa lari kembali ke masa lalu.

"Hei, jangan bermain bola!"

"Aku suka bola, Ayah!"

"Ini semua karena dirimu!"

Tubuh gadis itu menegang, matanya melotot dan mulutnya terbuka sedikit. Lalu dia menjerit, "TIDAK, TIDAK, TIDAK!" Gadis itu terus memukul-mukul kepalanya sendiri menggunakan kedua tangannya yang terkepal. Lalu gadis itu bangkit dari duduknya dan membanting kursi itu ke jendela.

"Kau merusak semuanya, anak sialan!"

"Apa kau tidak mengerti, bahwa barang-barang ini lebih berharga dari pada dirimu!"

"Akan ku bunuh kau!"

Gadis itu menjerit, menangis, dan meraung. Ketika dirinya melihat kaca jendela yang pecah karena ulahnya. Gadis itu merasa bersalah, tetapi dirinya tidak sepenuhnya bersalah, ada yang membisikkan kata-kata jahat kepadanya tadi. Bayangan jahat di masa lalunya membuatnya seperti itu.

"TIDAK! JANGAN SAKITI DIA!" teriak gadis itu semakin histeris, dia membenturkan dirinya ke lemari pakaian yang ada di ruangan ini.

Lalu tubuh gadis itu terjatuh ke lantai yang dingin. Gadis itu tidak bergerak, mata gadis itu yang sebelumnya selalu kosong sekarang terpejam. Dia juga terpejam begitu lama, sampai anak-anak yang bermain sepak bola tadi menghampirinya bersama Fatma, gadis itu tetap tidak bergerak.

Fatma terus berusaha membangunkannya, tetapi gadis itu tetap memejamkan matanya rapat. Fatma menyerah, dia menangis. Fatma takut terjadi apa-apa dengan anak asuhnya ini. Fatma melihat kondisi kamar ini yang berantakan membuatnya semakin khawatir. "MAXIME! KEMARI NAK!" teriak Fatma memanggil salah satu anak asuhnya yang juga seumuran dengan gadis itu.

Seorang anak remaja laki-laki lari tergopoh-gopoh menghampiri Fatma dan gadis itu yang berada di lantai. "Ada apa Bun, ada apa dengan Biru Bun?" tanya seorang itu kebingungan. Dia sama dengan Fatma berwajah khawatir.

"Angkat Biru Maxime, dan taruh di kasurnya, cepat!" titah Fatma sambil berdiri dan menyiapkan tempat untuk Biru ditidurkan.

Maxime pun segera mengangkat Biru dan ditidurkannya Biru di kasurnya dengan hati-hati. Fatma tetap menangis, dia berusaha terus-menerus membangunkan Biru. Lalu dengan sigap Maxime mengecek denyut nadi Biru, setelah itu Maxime bernafas lega. "Biru pingsan Bun," ungkap Maxime.

"Pingsan! Ambil minyak kayu putih, ambil!" perintah Fatma pada anak-anak yang tadi bermain bola. Salah satu dari anak-anak itu berlari keluar kamar Biru sebentar dan kembali setelah beberapa saat sambil membawa benda yang diperintahkan Fatma tadi.

Fatma segera meraih minyak kayu putih dari tangan anak itu. Segera dia membuka tutup minyak kayu putih lalu menempelkannya di hidung Biru. "Biru, bangun Nak, sayang bangun."

Biru mengrenyit merasakan ada bau aneh di sekitar hidungnya lalu dia berusaha membuka mata dan yang pertama kali dia lihat adalah Fatma, ibu asuhnya. "Bunda."

"Biru, sudah sadar." Fatma mengambil gelas yang ada di nakas dan menyodorkannya ke Biru. "Minum Nak, minum dulu."

Biru meraih gelas itu dan meneguknya hingga tandas. "Aku kenapa?" tanya Biru setelah dia selesai meminum air.

"Kamu tidak tau?" tanya Fatma. Fatma menunjuk serpihan kaca jendela yang ada di lantai, yang diikuti oleh pandangan Biru. Biru kaget melihat serpihan kaca itu, dia tidak mengingat dengan apa yang telah dilakukannya sebelum ini. Biru merasa sangat bersalah, seharusnya dia tidak melakukan itu, Biru telah merusak bangunan milik orang yang mau merawatnya. Biru menyesal.

"Ampun!"

"Kau harus dihukum!"

"Apa hukumannya?"

"Lukai dirimu sendiri, setimpal atas apa yang kamu lakukan, anak sialan!"

Biru beranjak dari tempatnya yang membuat Fatma, Maxime, dan anak-anak yang ada di ruangan ini saling menatap bingung. Biru melangkahkan kakinya mendekati serpihan kaca dan mengambil salah satu dari mereka, dan hal itu dihadiahi larangan Fatma yang melengking. "MAU APA KAMU BIRU! JANGAN!" kata 'jangan' keluar dari mulut Fatma ketika Biru menempelkan kaca itu di pergelangan tangannya.

Biru menoleh memandang Fatma dengan tersenyum, dengan begini pasti Fatma akan memaafkan kesalahannya yang telah memecahkan kaca jendela.

Pikiran Fatma sudah kalut sekarang, melihat anak asuhnya ingin melukai dirinya sendiri dengan tersenyum. Segera Fatma mendekati Biru dan berusaha meraih benda mengerikan itu. Namun, Fatma terlambat. Biru telah menggores pergelangan tangannya. Fatma terluka, dia tidak bisa melakukan apa-apa ketika dia melihat anak asuhnya melakukan percobaan bunuh diri. Yang Fatma lakukan hanya bisa menjerit, menangis di dekat gadis itu. "Max, cepat panggil ambulan!"

Maxime tanpa basa-basi segera melalukan apa yang diperintahkan Fatma, dia sangat takut jika Biru mengalami hal yang tidak baik.

Semua anak-anak yang ada di sana menangis dan menjeritkan nama Biru. "KAK BIRU BANGUN KAK!" begitu terus berulang kali.

Di panti asuhan ini sedang terjadi kehebohan dan kekalutan. Sementara itu, Rigel sedang menarik pinggang seorang wanita yang berdiri berhadapan dengannya. Rigel menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah wanita itu. Wanita itu terlihat sedang menangis, lalu tangan Rigel terulur untuk mengelus wajah wanita itu dan menghapus air matanya. "Sayang maafin aku ya, janji deh gak bakal lakuin itu lagi," ucap Rigel sambil memegang kedua pipi wanita itu.

Wanita itu mendongak untuk memastikan keseriusan ucapan Rigel. "Janji ya?"

"Janji sayang," ucap Rigel meyakinkan.

"Peluk." pinta wanita itu sambil mengulurkan kedua tangannya, dengan senang hati Rigel menyambutnya.

"RIGEl TAIK!" teriak seorang wanita yang memakai dress berwarna merah yang panjangnya selutut, wanita itu menghampiri Rigel dan melemparkan tas kulitnya ke kepala Rigel. "MAMPUS KAMU!"

Rigel mengaduh sambil mengelus kepalanya. Rigel bingung, aneh sekali, pada teks skenario tidak ada adegan seperti itu. Lalu siapa wanita yang melemparinya tas kulit yang sangat keras ini. Siapapun yang melakukan itu, Rigel berniat melaporkannya ke polisi. "Woi siapa yang berani nglempar tas murahan ke gua!" teriak Rigel sambil mendongakkan wajah mencari sosok itu.

"APA? KAMU TU SELINGKUH!" teriakan wanita yang melempar tas ke Rigel membuat semua orang yang ada di lokasi syuting Rigel menutup telinga termasuk sutradara film yang diperankan oleh Rigel. Sutradara itu mengurungkan niatnya untuk berkomentar.

"Killa?" sebut Rigel ketika dia telah mengetahui siapa wanita yang melemparnya dengan tas. Rigel memandang Killa bingung. Apa maksud Killa, siapa yang selingkuh, tidak ada yang selingkuh di sini. "Hei, Beb ngapain kamu ke sini?" tanya Rigel berusaha lembut.

"Gak usah beb bab beb! Udah ketahuan selingkuh masih saja, sok tidak tauk apa-apa! Dasar brengsek!" maki Killa sambil memukul-mukul dada bidang Rigel.

Rigel memegang kedua tangan Killa yang memukul dadanya, lalu menarik kedua tangan wanita itu mendekat, membuat wajahnya dengan wajah Killa hanya berjarak beberapa centimeter saja. "Siapa yang selingkuh sayang?" tanya Rigel lembut berusaha menahan amarahnya.

"Kamu!" Killa menarik dan menghempaskan kedua tangannya yang dipegang Rigel lalu menunjuk wanita yang Rigel pegang pinggangnya tadi. "Siapa wanita ini!"

"Loh, maksudnya gimana ya Mbak?" tanya wanita yang ditunjuk Killa.

"Dia Vera," ungkap Rigel masih dengan ekspresi bingung.

"Eeeeh, masih nggak ngecun! Berarti kamu selingkuh sama Vera vero verto ini!" jelas Killa sambil menunjuk Vera dan Rigel bergantian.

"Loh siapa yang selingkuh?" tanya Rigel sedikit meninggikan suaranya. Rigel harus berusaha sabar pada kekasihnya.

"Mbak jangan mikir aneh-aneh ya!" sahut Vera tidak terima ada yang menuduhnya seperti itu.

"Kalian itu peluk-pelukan pegang-pegangan apa namanya kalok bukan selingkuh!" tuduh Killa dengan amarah yang menggebu.

Rigel yang baru mengerti maksud Killa terbahak. "Kita itu lagi syuting sayaaaang, dan di sini perannya aku jadi pacarnya Vera gitu looohh," ungkap Rigel semakin gregetan, dia adalah makhluk Tuhan yang sangat sulit menahan amarah. Tetapi dia harus bersabar jika berhadapan dengan pacar.

"Nah bener, gini deh ya, saya males ngejelasin, mendingan Mbak tanya sendiri sama sutradara kita itu tu yang duduk di sana tu, sambil minum." Vera menunjuk sang sutradara yang sejak tadi memperhatikan dirinya, Rigel, dan wanita yang bernama Killa dengan santai, seperti sedang menonton drama yang terjadi dalam film. "Pak sut, sini Pak!" tangan Vera melambai ke arah sang sutradara. Sang sutradara pun menghampiri mereka.

"Iya Mbak bener, kita lagi syuting, mereka gak ada hubungan apa-apa kok, tu liat banyak kru-kru saya di sini, kalok filmnya udah jadi Mbak jangan lupa nonton ya, hehe, sekalian promosi, bagus kok filmnya, apalagi yang maen pacar Mbak, bersyukur deh Mbak punya pacar ganteng," ungkap sang sutradara itu sambil cekikikan menahan tawa. Karena ini pertama kalinya dia melihat ada aktor yang dilabrak pacarnya ketika sedang syuting.

"Halaaah, gak peduli, tapi kamu suka kan sama pacar saya?" telunjuk Killa mengarah ke Vera.

"Loh, iya," jawab Vera sedikit bingung, dia memang menyukai Rigel tapi sebatas mengagumi. Apalagi mata abu-abu milik Rigel, membuat siapapun yang melihatnya terpukau.

"Tuhkan!"

"Lah kok Vera, kamu kok ngomong gitu, aduh sayang ini salah paham!" elak Rigel sambil mengusap wajahnya.

"Mm, maksud saya, saya hanya sebatas mengagumi Mbak, lagian Mbak bisa bedain gak sih, namanya kagum sama suka!" elak Vera meninggi untuk membuat Killa percaya padanya.

"Gak usah ngegas ya, namanya orang suka itu ya suka! Kalok resikonya kayak gini, aku mau kamu berhenti jadi aktor!" tegas Killa pada Rigel.

Sang sutradara yang tadinya hanya cekikikan melihat perang dunia ketiga yang sedang berlangsung, langsung terkaget mendengar perkataan Killa. "LOH GAK BISA GITU!" tolak sang sutradara, Rigel, serta Vera bersamaan.

Killa menatap tajam ke arah Rigel yang mengerang frustasi, Rigel mengusap wajahnya kasar, lalu berkata, "Gini deh sayang, maksud aku, aku gak mungkin bisa lepas dan berhenti jadi aktor, itu udah cita-cita aku dari kecil sayang, jadi yaa---"

"Ya udah kamu pilih aku atau pekerjaanmu!" potong Killa menggebu.

Rigel diam, dia ingin marah dan mengamuk. Dia tidak suka ada yang menentang pekerjaannya siapapun itu. Tetapi, Rigel tidak bisa marah di depan wanita. Itu akan menyakiti hati wanita. Dan itu namanya melanggar prinsip The Fivepoint.

Tidak sabar menunggu jawaban yang diberikan Rigel, Killa segera memberikan keputusan yang menyakitkan. "KITA PUTUS!"

Rigel tersentak, dia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Maksud kamu apa ngomong kaya gitu ha!" Rigel segera mencegah Killa yang ingin pergi dengan menarik lengan Killa dan mencengkramnya.

Killa meringis menahan sakit di lengannya, dia tanpa sadar meneteskan air mata. Sebenarnya Killa takut ketika melihat ekspresi wajah Rigel yang memerah menahan amarah dan terkesan dingin.

Rigel yang melihat itu semakin marah, dia tidak suka melihat wanita menangis. Tetapi dia tidak menyadari apa yang dia lakukan itu juga menyakiti wanita.

"Sakit Rigel, lepaskan aku," mohon Killa dengan terisak. Rigel luluh, sehingga dia melepaskan cengkramannya di lengan Killa. Hal itu dimanfaatkan oleh Killa untuk berlari menjauhi Rigel yang telah menyakitinya.

"Killa mau ke mana kamu!" teriak Rigel dan berusaha berlari untuk mengejar Killa, namun dia terlambat. Killa sudah memasuki mobil taksi dan melaju kencang menjauhinya. Rigel mengerang frustasi lalu mengacak rambut hitamnya. Kisah cintanya harus berakhir karena hal konyol, baru dua hari ini Rigel menjalin kasih dengan Killa. Semua di luar dugaan Rigel, memang benar kata Sirius, jika seorang aktor menjalin kasih. Hubungan itu akan sulit bertahan.

Rigel berbalik untuk kembali ke lokasi syuting, tetapi rasa kekalutannya teralihkan ketika dia melihat sebuah mobil berwarna putih berhenti di pinggir jalan tidak jauh dari tempat Rigel. Rigel mengrenyit, sepertinya dia mengenali mobil siapa itu. Pandangan Rigel bertemu dengan sosok yang sedang berjongkok di samping ban bagian depan mobil itu. "Altair."

Rigel melangkahkan kaki mendekati Altair dan mobilnya, lalu tangannya terulur untuk menepuk saudaranya yang paling bijak itu.

Altair tersentak lalu menoleh, tidak ada siapa-siapa dibelakangnya. Setelah itu Altair kembali fokus pada ban mobilnya yang bocor.

Rigel memutar bola matanya jengah melihat saudara kembarnya tidak menyadari kehadirannya. "Katanya lo tu lebih pinter dari gua yaa, lha kok tapi tolol, gua di belakang dan muka gua di atas lo Altair!"

Altair terbengong sebentar, lalu dia bangkit dan berbalik menghadap Rigel. Setelah melihat Rigel, Altair tertawa sumbang. "Aku gak liat kamu, lha kok kamu di sini?"

"Ini tempat syuting gua, ban mobil lo ngapa?" tanya Rigel sambil membungkukkan badan untuk memperhatikan kondisi ban mobil Altair.

"Bocor nih, kamu bawa mobil enggak?"

"Bawa lah."

"Nah, aku boleh minta tolong gak Gel, minjem mobil kamu sebentar aja, mobil kamu di mana?" Altair melihat tangan Rigel sedang memegang sebuah kunci mobil. "Ini kuncinya kan?" tanya Altair sambil menunjuk kunci yang sedang dipegang Rigel.

Rigel mengangguk. "Emang mau ke mana lo?"

"Ke panti."

"Ha? Lo kemaren kan udah abis ke panti, ngapain lagi."

"Ada kepentingan, boleh ya minjem mobilnya?"

"Ya udah ni," izin Rigel sambil menaruh kunci mobilnya di tangan Altair.

"Makasih Gel." setelah mengucapkan itu Altair bergegas menghampiri tempat yang ditunjukkan Rigel.

"Ati-ati tapi, awas mobil gua juga lo bocorin!" teriak Rigel ketika melihat Altair sudah berlari menjauhinya.

Selang beberapa saat, mobil berwarna merah melaju ke arah Rigel lalu suara klakson dari mobil itu berbunyi. Setelah itu, kaca mobil pengendara terbuka menampakkan wajah tampan nan menenangkan milik Altair. "Tolong bawain mobil aku ke bengkel ya Gel, makasih Gel!" serunya lalu menutup kaca mobil dan melajukannya menjauhi Rigel.

"Oke siap, selow aja." Setelah itu Rigel kembali ke lokasi syuting untuk meminta maaf atas terjadinya kekacauan tadi. Rigel juga berniat akan menyiapkan  cara untuk dirinya bisa berbaikan lagi dengan Killa.

************************************

Votement

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top