Prolog
Aku tidak pernah betul-betul pulang. Tidak bisa.
Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai petualang tersesat—
Bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri.
Tidak pernah ada rumah. Tidak ada.
Cuma ada mimpi buruk yang sekali waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. Membelahku. Mengubah ingatan jadi hukuman. Meletakkan jiwaku di antara keinginan dan keengganan kembali, di antara perkara-perkara yang mungkin dan tidak mungkin selesai.
Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa remajaku di kota yang mencintai para pembenci.
Kulihat ayah di pekarangan memasukkan serpihan-serpihan kaca jendela ke saku celana, Ibu tidak ada di dapur dan di mana-mana.
Tetapi, di jalan-jalan, negara melintas sebagai perayaan ringkas dan huru-hara yang tidak pernah tuntas.
Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku. Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari lain dari sana. Ribuan matahari.
(Aku Tidak Pernah Betul-Betul Pulang—Aan Mansyur)
——
Maap, prolognya pinjam puisi beliau. Mau bikin prolog, bingung dari mana. Mau bikin prakata jg, tp nanti pasti berujung curhat (lagi). Tapi tenang, bab 1 udah di draft. Mau dipost sekalian tp blm diedit. Besok atau lusa, ya. Kalau gak, bulan depan. Heuheu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top