Epilog-Surat untuk Ody

🎶 US—Take Me Home

From: [email protected]
To: [email protected]

Untuk perempuan yang kemarin memutuskan pergi dan tak ingin ditunggu,

Kutuliskan surel ini tepat di tepian laut yang ombaknya selalu tenang. Laut yang memiliki pasir putih, lengkap dengan pemandangan senja kala sore.

Di sini, di belakangku, senja sedang pulang, Dy. Beberapa hari aku menikmati senja dengan semilir angin yang menenangkan. Semoga nanti ketika kamu pulang, kamu sudi mampir. Entah sebagai teman. Entah sebagai orang asing yang tak lagi kukenali.

Di depanku, pada sepetak tanah, aku membangun mimpimu. Mimpi yang tanpa aku sadari, menjadi mimpiku selama beberapa tahun ini. Ratusan kilometer jauh darimu, caraku agar tetap mengenangmu adalah membuatkan kerangka rumah impianmu. Yang pada hari ini terasa semakin dekat. Mimpi itu hampir nyata.

Aku tidak tahu harus mulai dari mana memberi penjelasan. Kamu memberiku dua kejutan. Terima kasih untuk cincin dengan ukiran namaku. Aku luput menyadari jika cincin itu menjawab segala tanya dan ragu. Kejutan kedua, terima kasih karena kamu membuka hati Papa.

Ody masihlah seorang Ody. Sekali pun kamu sendiri bilang kamu sudah berubah. Kamu masih Ody yang sama di mataku. Jadi, bagaimana mungkin aku keberatan setiap kali kamu masuk ke dalam hidupku dan membawa andil yang besar? Maaf, dengan pengecutnya, aku sempat menggunakan alasan ini untuk menyakitimu. Seseorang yang sama sekali tidak pantas dibuat menangis. Tapi aku sering membuatmu menangis. Tak terhitung.

Aku tidak akan mengandai waktu bisa diputar sehingga aku bisa memperbaiki banyak hal. Tidak, Dy. Kamu benar. Apa yang sudah kita lalui, sudah digariskan begini. Jika kamu sekarang memilih pergi, aku terima sebagai hukuman. Ini mungkin tidak akan seberapa dengan apa yang kamu rasakan dulu. Tidak akan cukup untuk menebus semua lukamu karenaku.

Hanya saja, banyak hal yang aku sesali. Aku menyesal sudah menyakiti kamu begitu mudahnya. Aku menyesal memilih lari dari semua orang, terutama dari kamu. Aku seharusnya percaya jika kamu adalah sebaik-baiknya tempat pulang. Tempat di mana aku belajar menerima semuanya. Bukan dengan lari, lantas kedinginan dalam sepi. Iya, aku memang sebodoh itu, Dy. Aku pikir menjauh dari kamu dan semua orang, segalanya akan menjadi lebih baik. Nyatanya, aku salah. Aku justru melewatkan waktu-waktu berharga dengan keluarga dan sahabat.

Aku, bahkan ... kehilangan kamu.

Kamu salah jika menganggap hidupku lebih mudah tanpa kamu. Sebaliknya, aku merasa lebih mudah jika ada kamu di sana. Terima kasih sudah mencintaiku sebegitu besarnya, Dy. Lelaki tidak tahu diri ini memang egois. Dia tidak bisa melihat kebahagiaan di depan mata. Dia tidak bisa melihat uluran tangan itu begitu tulus. Dia tidak tahu, jika dalam hidupnya, ada seseorang yang memastikan akan terus ada.

Adakah hal yang tersisa dalam hidupku yang bisa membawamu pulang, Dy? Jika ada, apa pun itu, akan kulakukan. Aku ingin berhenti di sini. Aku lelah berlari dan menyangkal semua masa lalu.

Jadilah rumah untukku, Dy.
Aku ingin menetap di satu tempat,
Membagi tawa dan tangis,
Bersama kamu. Pulang.



———————

Diketik: 10/03/2019
Dipublish: 05/05/2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top