Part 8

Watanabe Koyuki—atau sebut saja Haruna akhirnya menceritakan semua masa lalunya kepada Yuza dan Takao.

Bagaimana awal pertemuannya dengan Yuza, apa yang ia ketahui tentang kebakaran di panti asuhan Takeuchi, bahkan sampai pertemuannya dengan keluarga Takahashi.

“Lalu kenapa kau memakai nama Watanabe Koyuki bukannya Takahashi atau Takeuchi Haruna?” tanya Takao yang masih merasa ada sesuatu yang ganjil.

“Soal namaku, nyonya Takahashi yang menentukannya, dia tidak ingin Yuza mengenaliku jika menggunakan nama-nama yang mungkin tidak terasa asing baginya.” Jelas Haruna dan membuat Takao sedikit bingung.

Takao lalu melirik Yuza dan dibalas anggukan oleh Yuza, “Bibiku tidak menyukaiku, mungkin itu alasannya kenapa dia tidak mau mengenali Haruna.”

Takao mengangguk paham saat mendengar penjelasan Yuza.

“Tapi kenapa sampai memperlihatkan sifat yang berbeda dari dirimu yang asli? Kau di sekolah terlihat kikuk tapi nyatanya tidak, ‘kan?” tanya Takao lagi kepada Haruna.

“Soal itu...” Haruna terdiam sebentar. “Aku hanya ingin membuatnya berbeda dari Haruna, takutnya nanti ada yang akan mengenaliku di sekolah itu.”

“Hmm... begitu ya...” Takao melirik Haruna dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia masih merasa belum dapat percaya pada perempuan itu sepenuhnya.

“Lalu apa alasanmu ingin bertemu Yuza sampai jauh-jauh pindah ke kota ini?” Takao lanjut bertanya.

“Itu bukan urusamu!” jawab Haruna diiringi tatapan sinisnya kepada Takao.

Takao yang seketika emosi dan nyaris membentak Haruna segera ditahan Yuza.

Yuza memegang pundak Takao kemudian berkata, “maafkan aku Haruna, dan Takao juga. Orang-orang yang kalian sayangi adalah orang-orang yang baik yang mau menyapaku, tersenyum padaku, dan juga merawatku. Maafkan aku, kalian harus kehilangan mereka karena nasib buruk yang mengitariku.”

Tatapan Yuza dipenuhi dengan kesedihan, dia tidak tahu lagi harus apa selain menyalahkan dirinya sendiri.

Takao melihatnya prihatin, sedangkan Haruna memutar bola matanya seperti orang yang sedang kesal.

“Lupakan saja, itu sudah lama berlalu.” Jawaban Haruna yang tidak sesuai dengan ekspresi yang ia tunjukkan sehingga membuat Takao lebih curiga.

“Haruna, ikutlah dengan kami. Aku akan menunjukkan kepadamu apa itu kebenaran.” Kali ini Takao mencoba meyakinkan Haruna walaupun dia sendiri sedang curiga kepada perempuan itu.

Haruna hanya menatapnya datar dan kemudian membalas, “baiklah, setidaknya untuk sekarang aku akan memperhatikan kalian. Kalau begitu aku pulang dulu, maaf sudah mengganggu kalian."

“Tetaplah di sini!” baru saja Haruna berdiri untuk pulang Takao langsung menahannya. “Disini lebih aman.”

“Ha? Apa kau bodoh? Justru tidur serumah dengan kutukan itu jauh lebih tidak aman!” kesal Haruna kepada Takao yang berhasil membuat Yuza menunduk sedih dan Takao semakin kesal kepadanya.

“Nenekku sendiri di rumah dan tetap terkena kutukan yang kau katakan itu, Yuza bahkan saat itu tidak ada di sana.” Jelas Takao mencoba meyakinkan Haruna.

“Aku tidak mau! Aku tidak sudi tidur serumah dengan dia.” Suara Haruna sedikit meninggi sambil melirik Yuza.

Takao yang sejak tadi sudah menahan emosinya begitu lama karena tingkah Haruna yang semena-mena langsung menatap tajam mata Haruna, tidak ada senyum satu pun di wajah Takao, hanya ada ekspresi datar dan tatapan yang dipenuhi amarah, “Pergilah kalau kau ingin mati!”

Haruna yang ketakutan dengan ekspresi yang ditunjukkan Takao mendadak diam dan kehabisan kata-kata untuk membalas. Ia kembali duduk dan mengikuti saran Takao untuk menginap.

Malam itu, Haruna tidur di kamar Yuza, sedangkan Takao dan Yuza memilih tidur di living room. Takao diminta Yuza untuk tidur di sofa panjang, dan dia sudah tertidur sekarang. Sedangkan Yuza memilih untuk tetap terjaga sambil menyalakan TV dengan volume kecil agar Takao tidak terbangun.

"Yuu, kenapa kamu belum tidur? Setahuku manusia yang masih hidup itu membutuhkan waktu tidur agar tubuhnya tidak sakit." tanya Kei yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampin tempat Yuza duduk.

"Aku hanya tidak ingin tidur saja, Kei.” Jawab Yuza dengan sedikit berbisik.

"Kenapa? Yuza masih hidup kan? Kalau sakit gimana?" Kei terdengar mengkhawatirkan Yuza.

"Semua kejadian itu terjadi saat aku tidur, Kei. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada mereka, jadi untuk malam ini aku tidak akan tidur," jelas Yuza sambil tersenyum kepada Kei.

Apa yang Yuza katakan benar adanya, kejadian di rumah keluarga Akiyama, Panti Asuhan, dan Kantor Polisi, saat itu memang Yuza tidak sadar, dan selalu saat terbangun sudah berada di luar.

Itu seperti dia sedang terkena hipnotis atau dalam pengaruh obat tidur—walaupun belakangan kebakaran itu akan terjadi sekali pun Yuza tidak ada di tempat itu.

Tetap saja, apa yang paling Yuza takuti adalah bila ia memiliki penyakit sleepwalking, yaitu ketika seseorang melakukan suatu aktivitas tanpa ia sadari karena saat itu ia sedang tertidur.

Atau kemungkinan yang paling parah adalah dia menderita gangguan kepribadian ganda, dimana dia tidak sadar bahwa kepribadiannya dapat berubah sewaktu-waktu menjadi seorang psikopat.

Bagi Yuza hal-hal itu bukan tidak mungkin jika mengingat bahwa ketika dia kecil ada seorang peramal yang mengatakan ia sebagai anak pembawa sial yang berbahaya dan menyebabkan ia dikurung di gudang kecil selama 2 tahun.

Kei yang memahami perasaan Yuza lantas tidak lagi bertanya, ia memilih untuk menenami sahabatnya itu bergadang semalaman.

Kei mungkin hanya seorang manusia yang sudah lama mati. Dia tidak punya lagi urusan dengan apa yang manusia hidup alami. Tapi untuk masalah hal-hal yang tak kasatmata, Kei masih dapat membantu Yuza agar mengusir hantu-hantu jahil yang berniat mengganggu Yuza.

***

Besoknya mereka bertiga, Yuza, Takao, dan Haruna, datang ke sekolah bersama-sama.

Mereka saling usil saat di jalan, terlebih Takao yang paling sering mengusili Haruna.

Sekali pun Takao sempat kesal dengan tingkah Haruna semalam tetap saja mengusili gadis pemarah seperti Haruna itu terasa menyenangkan baginya. Sementara Yuza hanya tertawa melihat mereka, begitupun Kei—yang hanya dapat dilihat oleh Yuza.

Sayangnya orang-orang yang di sekitar mereka malah melihat mereka dengan tatapan ngeri, tentu saja karena di antara Haruna dan Takao ada Yuza.

Yuza tidak peduli lagi, ia hanya terus menguap, wajahnya juga terlihat mengantuk.

"Kan sudah kubilang untuk tidur, Yuza.” Kata Kei yang sejak tadi melayang di mengikuti Yuza, Takao dan Haruna. Yuza hanya menggaruk kepalanya sambil berkata, "Iya-iya maaf."

Takao dan Haruna seketika terdiam dan melihat Yuza dengan tatapan bingung. Yuza menyadarinya, "ada apa?"

Takao sejenak melirik Haruna yang membalas dengan menggelengkan kepala, kemudian dia kembali melihat Yuza. “Aku penasaran soal ini dari semalam, kau bisa melihat hal-hal seperti itu, ya?” tanya Takao yang tidak dapat lagi membendung rasa penasarannya.

“Hm, iya.” Jawab Yuza singkat.

“Ada apa memangnya? Kukira kau tidak takut dengan hal-hal seperti itu? Kau kan berani mendekati Yuza yang disebut membawa kutukan, harusnya kau tidak takut hal-hal seperti itu, ‘kan?” tambah Haruna bertanya.

Bukannya merasa kesal dengan pertanyaan Haruna, Takao justru tersenyum. Ia memandang lurus ke depan dan senyumannya tampak semakin lebar.

“Iya, aku takut hantu dan hal-hal supranatural seperti itu. Tapi apa kalian tahu? Aku juga manusia yang punya rasa penasaran yang besar. Saat ini nyawaku sedang terancam, aku tidak terima jika aku mati sia-sia hanya karena hal-hal konyol seperti itu.”

Yuza dan Haruna terus melihat Takao. Kali ini senyumannya berubah menjadi sebuah emosi yang tergambar jelas di wajahnya.

“Lagi pula, aku juga tidak suka jika orang-orang itu, mereka yang menyebut Yuza kutukan, terus menganggap bahwa kepergian nenekku itu adalah kutukan karena berniat baik pada seseorang.”

Yuza hanya diam menanggapinya, tapi dalam hatinya tersenyum.

Jauh di lubuk hatinya, sosok seorang Takao itu selalu dapat membuatnya kagum.

Yuza yang bahkan hanya menghabiskan masa pertumbuhannya tanpa satu pun teman manusia, sekarang justru mendapatkan seorang sahabat yang pemberani.

Untuk itu, Yuza akan melakukan apapun demi membuat Takao tetap hidup dan terus bersamanya.

Yuza percaya suatu saat Takao akan memperlihatkan kepadanya apa itu kebenaran dan menariknya dari lingkaran kutukan itu.

Ya, sedikit demi sedikit kehadiran Takao mulai mengubah seorang Yuza yang pesimis menjadi lebih menghargai hidupnya.

###

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top