Part 3

Hampir satu semester di tahun pertamanya sekolah SMA sudah Yuza lalui. Hari-hari ia jalani seperti biasanya. Sendiri dan tidak punya teman.

Apakah Yuza kesepian? Tentu saja!

Yuza juga butuh teman untuk menceritakan hobinya, dia juga butuh teman untuk membantunya mengerjakan tugas sekolah, atau hanya untuk sekedar bermain game dengannya, Yuza sangat menginginkan itu.

Namun, tidak ada yang dapat ia lakukan. Yuza juga tidak ingin membahayakan siapa pun hanya untuk keinginan pribadinya.

Saat ini, Yuza sedang diam sambil memperhatikan sekumpulan burung yang sedang terbang di langit itu.

"Aku penasaran.. andai aku salah satu dari mereka, apa mereka juga akan menjauhiku? Atau apa mereka akan menganggapku teman?" ungkapnya ketika memperhatikan burung-burung itu.

Yuza memang sudah memiliki Kei sebagai sahabatnya, namun Kei tidak mungkin menemani Yuza selamanya. Kei juga membutuhkan kehidupan yang tenang, dan Yuza menyadari itu.

Kei adalah seseorang yang berasal dari dimensi waktu yang beda darinya. Jika sudah saatnya Kei harus pergi, Yuza tidak boleh menahannya.

Bagaimana nantinya kalau Kei pergi dari Yuza untuk selamanya? Terlalu menakutkan bagi Yuza ketika membayangkan itu.

Tanpa Yuza sadari—saat ia sedang melamun—seseorang tengah memperhatikannya. Seseorang itu adalah Matsumoto Takao.

Pemuda dengan tubuh yang tinggi dan memiliki wajah yang tampan.

Matsumoto adalah teman sekelas Yuza. Rupanya ia saat itu tengah menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca komik di taman sekolah.

Namun, kali ini Matsumoto tidak terlalu memperhatikan komiknya, ia hanya sibuk memperhatikan Yuza.

Sebenarnya, sejak hari pertama masuk sekolah, Matsumoto sudah sering memeperhatikan Yuza.

Dia merasa aneh saat melihat Yuza tidak pernah berbicara dengan siapapun, Yuza seperti tidak ada, bahkan Matsumoto sempat mengira Yuza adalah hantu.

"M-matsumoto..." Pemuda tampan itu dikagetkan dengan kehadiran dua orang perempuan di depannya.

"I-ini untukmu, t-tolong terimalah!" Mereka masing-masing memberikan Matsumoto sebungkus kue cokelat—tebak Matsumoto ketika tanpa sengaja menghirup aroma bungkusan itu.

Matsumoto adalah siswa yang cukup populer. Dia adalah siswa yang tampan, tinggi, memiliki senyum yang indah, jago olahraga, pandai berbicara, dan termasuk siswa yang cerdas. Para kaum hawa tentu sangat tergila-gila kepadanya, apalagi ketika ia tersenyum.

"Terimakasih..." Matsumoto lalu mengambil dua bungkusan itu kemudian tersenyum manis kepada kedua perempuan itu. Tentu saja senyumannya dengan mudah membuat kedua membuat mereka gelagapan.

Setelah itu, Matsumoto kembali memperhatikan Yuza yang sedang berbaring di taman yang tidak terlalu jauh dari tempat ia duduk.

"Aku saranin, kamu jangan terlalu dekat dengan dia." ucap salah satu perempuan yang memberikan bungkusan kepada Matsumoto.

"Memangnya ada apa?"

"Pokoknya jangan mendekatinya saja. Kami tidak mau kamu sampai kena kutukan. Jadi tolong jangan dekati dia!" tambah perempuan yang satunya dengan nada yang sedikit ditekan.

"Maaf, aku tidak mengerti maksud kalian. Jelaskanlah lebih rinci kenapa kalian mengatakan itu?!"

"S-soal itu, kami tidak bisa memberitahumu lebih jauh. B-bye Matsumoto, kami pergi dulu." salah satu dari mereka tampak gemetar ketakutan dan langsung menarik tangan temannya seakan ingin menjauh dari sebuah masalah.

"Ada apa dengan mereka? Apa mereka mempermainkanku?" ungkap Matsumoto yang sedang kebingungan dengan tingkah aneh mereka.

'Kutukan? Kutukan apa yang mereka maksud? Sekarang aku semakin penasaran dengan anak itu. Sebenarnya siapa dia? Ini semakin aneh.' pikir Matsumoto yang mulai merasa curiga dengan Yuza dan sekolahnya.

"Tapi.. semua orang menolak untuk memberitahuku tentangnya," Takao menundukan kepalanya sejenak.

"Ah benar juga... kau pasti tau sesuatu 'kan, Watanabe Koyuki?" Matsumoto mengucapkannya dengan suara yang ditinggikan.

Setelah Matsumoto mengucapkannya, seorang perempuan tiba-tiba muncul dari balik semak-semak di sampingnya. "K-kau tau aku ada disini?" tanya perempuan yang terlihat gugup itu.

Dia adalah Watanabe Koyuki. Perempuan yang punya kepribadian kikuk dan sangat pemalu. Teman-teman dikelasnya suka menertawai sikap kikuk Watanabe, tapi ia hanya membalas mereka dengan tersenyum.

"Tentu saja. Aku tau siapa saja yang selalu mengikutiku." ucap Matsumoto dengan sangat percaya diri.

"Ha? Untuk apa aku mengikutimu?"

Matsumoto seketika terdiam. Watanabe yang dikenal selalu gugup dan pemalu itu ternyata dapat berbicara dengan suara yang dingin.

"Kau? Kau beneran Watana—"

"Satu-satunya yang kutahu adalah, kalau kau mendekatinya kau akan mati!" kata Watanabe memotong ucapan Matsumoto.

Ia kemudian pergi meninggalkan Matsumoto yang sedang dalam keadaan terkejut dan merinding karena ucapan Watanabe yang terdengar tegas dan tidak main-main.

"Aku semakin penasaran."

Itulah Matsumoto. Semakin dia merasa tertekan akan sesuatu, semakin dia akan mencari tahu akar permasalahannya.

Kata-kata Watanabe memang menakutkan dan tentu saja membuat dia merinding.

Namun, bukankah aneh jika takut tanpa sebab yang jelas? Matsumoto tidak seapatis itu!

Jika memang memungkinkan, maka ia akan mencari apa yang sebenarnya terjadi dengan Yuza, sekali pun nyawa taruhannya.

***

Jam sekolah pada hari itu akhirnya selesai, para siswa mulai mempersiapkan untuk pulang. Sedangkan Matsumoto tanpa sebab langsung merangkul pundak Watanabe.

Matsumoto ingin bertanya tentang Yuza kepadanya, karena itulah ia langsung merangkul Watanabe, agar ia bisa menahan perempuan itu lebih lama.

Matsumoto kemudian membawanya keluar sekolah melewati para siswa di sepanjang koridor sekolah. Tentu saja, itu membuat mereka merasa cemburu karena melihat Matsumoto merangkul bahu perempuan lain.

Mereka mungkin terlihat sangat dekat. Watanabe seperti seorang perempuan yang sangat beruntung karena dirangkul seorang pangeran.

Namun yang dirasakan Watanbe tidak seperti itu, ia malah merasa terganggu dengan Matsumoto. Beberapa kali dia mencoba melepaskan tangan pemuda itu dari bahunya. Tapi pemuda itu akan langsung merangkulnya kembali.

Ketika sampai di tempat yang lebih sepi, Matsumoto langsung melepas rangkulannya.

"Apa sih?" tanya Watanabe to the point.

"Jelaskan apa maksudmu tadi! Kenapa semua orang menjauhinya?"

"Berhentilah! Jangan ikut campur terlalu jauh!" Koyuki kemudian menunduk, mencoba mengalihkan kontak mata dari Matsumoto.

"Ha? Maksudmu apa?" tanya Takao lagi.

"Kau baru pindah ke kota ini kan?" Watanabe mencoba menebak.

"Kau.. bagaimana kau tahu? Aku tidak pernah membicarakannya dengan siapa pun soal itu." Matsumoto terlihat sangat bingung ketika mendengar tebakan Watanabe.

"Tidak ada seorang pun di kota ini yang tidak mengenalnya. Akiyama itu orangnya aneh, dia sering berbicara sendiri, dia seperti orang gila, kau pasti sadar kan? Karena kau selalu memperhatikannya." —Watanabe.

"Soal itu iya, aku menyadarinya, dia seperti orang yang bisa melihat hantu. Tapi apa hanya karena itu semua orang menjauhinya? Satu sekolah bahkan sampai para guru? Ini tidak bisa diterima! Lagi pula apa maksud kalian semua tentang 'mati'? Apa hubungannya dengan dia?! Dan lagi—"

"Berhentilah sampai disitu! Kau sudah terlalu jauh." Watanabe memotong perkataan Matsumoto dengan tatapannya yang tegas dan suara yang lebih serius dari pada sebelumnya.

"Ini bukan urusanmu jika aku tenggelam terlalu jauh."

"Kau akan menyesalinya."

"Tidak, tidak akan."

"Kau akan mati!"

"Aku tidak peduli!" semakin banyak Watanabe menekannya, Matsumoto semakin keras kepala dengan pendiriannya yang ingin mengetahui tentang Yuza.

"Bodoh, harusnya kau tetap seperti itu, tidak tahu apa-apa dan membiarkan dirimu aman." ucap Watanabe sambil menatap Matsumoto prihatin dengan kegigihan pemuda itu.

"Baiklah, aku akan memberitahukanmu semua yang aku tahu." Watanabe menarik nafas sejenak.

"Curse Yuza, kau pernah mendengarnya?" Matsumoto menggeleng ketika mendengar istilah aneh itu.

"Semua orang mengenalnya 'Curse Yuza'. Itu karena bagi penduduk di sini, Yuza adalah kutukan. Siapapun yang berani mendekatinya, berbicara dengannya, apalagi mencari masalah dengannya, akan mati."

"Ada yang mengatakan Yuza mengikuti aliran sesat. Ada juga yang mengatakan Yuza adalah pembunuh. Entahlah, itu semua hanyalah gosip dari mulut ke mulut. Fakta yang jelas adalah siapapun yang berani menyakitinya atau sekedar menjadi temannya, mereka akan mati."

"Bahkan jika berani menjadi temannya?" tanya Matsumoto bingung dengan penjelasan Watanabe.

"Iya. Mereka tetap mati, dalam kebakaran, karena itulah jangan pernah mendekatinya!"
Watanabe langsung berbalik, hendak pergi. Tapi dihentikan oleh pertanyaan Matsumoto.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau juga sering memperhatikannya, 'kan? Selama ini kau sebenarnya tidak mengikutiku tapi mengikutinya, 'kan? Jika kau bisa kenapa aku tidak?" tanya Matsumoto terus menekannya.

"Hentikan..." gumam Koyuki.

"Aku akan tetap mencari tahu tentangnya. Aku akan membantunya keluar dari kesepian itu. Kesepian bukanlah hal yang menyenangkan, apa kau tahu itu?"

"Kubilang hentikan..." Koyuki masih bergumam, ia menunduk, dan meremas kedua telapak tangannya. Seperti ada amarah yang tertahan dalam dirinya.

"Aku akan tetap melakukannya!"

"HENTIKAN!!! KUBILANG HENTIKAN!!! Kau tidak akan pernah mengerti apa yang kau lakukan!"

"Dia adalah monster, dia bisa merenggut semuanya darimu. Keluargamu, orang orang yang kau cintai... SEMUANYA!! DIA BISA MENGAMBIL SEMUANYA DARIMU!!!"

Air mata mulai membasahi wajah perempuan itu. Watanabe pun berlari meninggalkan Matsumoto yang masih terkejut dan mulai khawatir kepada Watanabe.

Siapakah Watanabe Koyuki sebenarnya?

Apakah yang pernah terjadi padanya?

Apa sebenarnya hubungan Watanabe dengan Yuza?

###

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top