Part 26

Sementara Yuza meminta izin untuk istirahat sebentar, Takao dan Haruna terus mencoba mencari tahu alamat p bernama Yamada Souta. Tidak banyak informasi yang dapat mereka temui di internet, satu-satunya pilihan adalah menghubungi Ayah Takao yang mengenal pria bernama Yamada Souta itu.

Perasaan Takao masih terasa berat jika harus menghubungi Ayahnya lagi, Haruna tahu itu jadi dia meminta Takao untuk beristirahat sejenak selagi dia terus mencari di internet. Takao menyetujuinya, dia pun membaringkan tubuh di sofa panjang.

Perlahan namun pasti, mata Takao mulai terasa berat, ia tiba-tiba mengantuk, energinya seperti terserap bergitu saja. Hanya dalam hitungan beberapa detik kemudian Takao langsung tertidur.

***

Ketika Takao membuka matanya, ia seketika terkejut saat melihat keadaan di sekitarnya.

'Ada apa ini? Kenapa suasananya terasa berbeda?' Takao lalu melihat ke luar jendela.

'Ha? Bukankah ini siang hari? Kenapa diluar sudah gelap? Apa aku ketiduran sampai selama itu?' pikiran Takao mulai campur aduk.

"Haruna?! Yuzaa?!" pekik Takao berharap ada yang menjawab, tapi hanya ada kesunyian yang balik menyapanya. Bahkan itu terlalu mencekam untuk dikatakan sunyi.

Perasaannya mulai tidak tenang, kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, napasnya mulai memburu, ia ketakutan dalam keadaan yang sunyi itu.

Angin berhembus meniup tengkuknya, membuat bulu kuduknya merinding. 'Tapi tunggu, angin di dalam ruangan yang tertutup?' batinnya.

Tiba-tiba saat ia melihat ke sebelah kanannya, ia mendapati seorang anak kecil yang sedang menatap sambil tersenyum padanya. Takao kaget, hampir saja dia berteriak saat melihat anak itu. Wajah anak itu tidak asing bagi Takao, ia yakin mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Kamu... Kei?" tanya Takao sedikit ragu. Dia memang pernah melihat Kei di apartemen Yuza, tapi saat itu tidak terlalu jelas, sosok Kei saat itu hampir seperti hologram di matanya, tapi kali ini sosok anak itu terlihat jelas di mata Takao.

Anak itu memperlihatkan senyum tipisnya kepada Takao. “Iya, aku Kei, senang bertemu denganmu lagi, Takao.”

“Jadi, apa yang kulihat malam itu di apartemen Yuza bukan sekedar halusinasiku saja? Tapi, kenapa saat itu kau menuntunku bertemu dengan Yuza?”

“Karena aku tahu, Takao, kamu satu-satunya orang yang dapat membuat Yuza sadar kalau dia bukanlah kutukan. Kamu berbeda dari orang lain, logika dan perasaanmu berbeda dari mereka semua yang selalu menyalahkan Yuza, kau selalu bertindak sesuai dengan keadaan dan fakta yang ada, itu yang membuatku tertarik padamu.”

“Hanya itu saja? Maksudku... bagaimana mungkin kamu bisa percaya semudah itu padaku? Fakta yang ada bisa saja mengarahkan semua kesalahan itu kepada Yuza. aku bisa saja menyalahkan Yuza sewaktu-waktu, aku bisa saja menangkapnya karena itu.” Balas Takao membantah pernyataan Kei yang menganggap Takao sebagai pribadi yang baik.

“Iya, itu benar, kamu akan melakukan itu jika memang semua fakta mengarah kepada Yuza. Kan sudah kubilang kamu selalu bertindak dengan fakta dan keadaan yang ada, jadi pasti kamu sudah tahu siapa pelaku sebenarnya. Apa aku salah?”

“Kau tidak salah, Kei.” Takao tersenyum puas saat mendengar kata-kata Kei.

Lebih dari apa yang dia perkirakan, Kei benar-benar paham jalan pikiran Takao, bahkan mungkin lebih dari dirinya sendiri. “Iya, aku sudah tahu siapa pelakunya.”

“Jadi, boleh kamu katakan kepadaku sekarang siapa orangnya?” tanya Kei yang masih terus mempertahankan senyum tipisnya.

“Akiyama Vin.”  Senyum Takao seketika memudar.

Hal yang wajar bagi setiap orang untuk merayakannya dengan tersenyum puas saat mengetahui siapa pelaku sebenarnya, tapi untuk kali ini Takao lebih memilih untuk tidak merayakannya. Fakta yang ada terlalu ironis untuk Yuza, bahkan untuk dirinya sendiri yang sejak awal bertujuan untuk membuat Yuza bahagia.

“Lalu kenapa kau tidak memberitahu itu pada Yuza?”

“Aku tidak bisa. Antara Yuza dan adiknya, aku tidak tahu pasti apa yang terjadi kepada mereka di masa lalu. Sekali pun adiknya memang benar pembunuh, aku tetap tidak ingin memberitahukan itu langsung kepada Yuza tanpa memikirkan perasaannya. Aku bukan orang yang datang dari masa lalunya, aku tidak tahu latar belakang keluarganya, maka dari itu akan lebih baik jika Yamada Souta sendiri yang memberitahukan itu semua kepada Yuza.”

“Kalau begitu, aku akan ajak kamu melihat masa lalu Yuza dan Vin, agar lebih mudah untukmu mengatakan semua itu kepada Yuza.” Ucap Kei sembari mendekati Takao.

“Kau ingin aku melihat masa lalu mereka? Tapi, bukankah ini tidak sopan untuk Yuza?” tanya Takao terdengar ragu.

“Tenang saja Takao, kamu bisa minta izin padanya nanti.”

Tanpa bertanya lagi Kei langsung meraih tangan Takao. Seperti diajak ke dimensi yang berbeda lagi, Takao tiba-tiba menyadari dia dan Kei sudah berada di sebuah halaman yang cukup luas. Langit yang tadinya gelap sekarang sudah berubah oranye. Sejak kapan malam berubah sore dalam waktu kurang dari sedetik?

Saat Takao mulai memperhatikan sekelilingnya dengan lebih saksama, ia pun menyadari kalau tempat ia dan Kei berdiri saat ini adalah halaman di depan rumah Yuza. Namun, saat ini keadaannya sangat berbeda dengan terakhir kali ia kesana. Banyak sekali orang yang lalu lalang, anak-anak yang bermain, orang yang menyiram tanaman dan hal-hal yang sama sekali tidak menggambarkan kesan angker dan kota mati seperti malam itu.

"Itu adalah Yuza dan Vin." Ucap Kei sambil menunjuk dua anak kecil yang berwajah identik sedang bermain kejar-kejaran.

"Yuza? Dan adiknya?"

"Iya." Kei mengangguk.

Beberapa detik kemudian seorang wanita paruh baya memanggil salah satu dari kedua anak itu, dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah. Anak yang dipanggil itu terlihat tidak terima, tapi anak yang satunya menghiburnya dan memintanya untuk menuruti perkataan wanita itu.

"Itu adalah Ibu mereka, dan anak yang baru masuk itu adalah Vin. Vin itu anak yang sangat cerdas, bahkan bisa menyamai orang dewasa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecerdasannya, kedua orang tuanya selalu membatasi waktu bermainnya dan selalu menyuruh dia untuk belajar." Jelas Kei pada Takao.

-

Kei lalu menyuruh Takao berjalan ke depan beberapa langkah mengikutinya. Mereka lalu berhenti di depan sebuah kaca jendela. Terlihat seorang anak yang tengah menatap dunia luar dari dalam rumah.

"Saa itu Yuza sedang sakit, ia tidak diizinkan untuk bermain keluar karena orang tuanya takut sakitnya akan bertambah. Yuza sangat khawatir pada adiknya yang tidak memiliki teman bermain. Namun, saat dia melihat ke luar jendela dia merasa sedikit tenang karena melihat adiknya yang sudah memiliki banyak teman."

-

Kei lalu membalikkan badannya, diikuti oleh Takao. Keadaan kembali berubah, kali ini lebih terang dari sedetik yang lalu sebelum mereka membalikkan badan.

Terlihat oleh mereka ada Vin yang sedang tertawa sambil meminum jus kotak dengan teman-temannya.

"Tapi, semua temannya hanya memanfaatkannya, mereka terus memeras Vin dengan cara yang halus. Apalagi Vin masih anak kecil, dan teman-temannya rata-rata berusia diatas 10 tahun. Yuza menyadari itu, ia juga sering mengingatkan Vin agar lebih berhati-hati."

"Tapi, Vin sudah terlalu jauh masuk di kandang harimau, ia tidak bisa lepas lagi dari mereka. Setiap hari ia harus mengeluarkan semua uang sakunya hanya untuk teman-temannya itu."

"Yuza tidak tahan melihatnya, ia pun menantang teman-teman adiknya yang jauh lebih besar darinya. Ia menyuruh mereka untuk berhenti mengganggu adiknya."

-

Kei lalu memalingkan pandangannya ke sebelah kiri, Takao juga mengikutinya.

Seperti sebelumnya, mereka sekali lagi seperti berpindah dimensi. Kali ini terlihat ada 5 orang anak yang bertubuh besar dan seorang anak bertubuh kecil sedang berdiri di samping jalan.

"Kalian, jangan mengganggu adikku lagi!!" pekik Yuza pada kelima anak di depannya.

"Apa? Mengganggunya? Dia sendiri yang ingin berteman dengan kami." Balas salah satu anak sambil tertawa, keempat anak lainnya ikut tertawa.

Yuza lalu memandang mereka dengan tatapan tajam dan tidak suka. Merasa terganggu dengan tatapan Yuza, salah satu anak yang bertubuh paling tinggi menarik kerah baju Yuza dan memukuli wajahnya.

Keempat anak yang lain lalu ikut memukul wajah Yuza. Keadaan saat itu cukup sepi, jadi tidak ada yang melihatnya. Dari kejauhan terlihat seorang pria yang Takao kenal namanya adalah Yamada Souta. Menyadari kehadiran pria itu, kelima anak yang memukuli Yuza tadi langsung lari terbirit-birit. Pria itu lalu menggendong Yuza yang sudah sangat lemah untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Sejak hari itu Vin tidak lagi memiliki teman. Kelima anak itu dimarahi orang tua mereka dan akhirnya mereka tidak mau berteman dengan Vin lagi. Di samping itu, Yuza terluka, tapi Vin tidak menyadarinya dan malah memarahi Yuza." jelas Kei.

-

Tiba-tiba keadaan di sekililing Takao dan Kei kembali berubah, mereka sudah ada di dalam ruangan. Saat melihat sekeliling, Takao menyadari kalau ia dan Kei saat ini berada di sebuah ruang keluarga di dalam rumahnya Yuza. Terlihat oleh Takao dua orang anak yang sedang bertengkar. Atau lebih tepatnya seorang adik yang sedang memarahi kakaknya.

"Kenapa kakak melakukannya? Aku jadi kehilangan teman-temanku karena kakak, aku benci kakak. Aku tidak ingin bermain denganmu lagi, aku tidak ingin punya kakak sepertimu!" setelah mengatakannya Vin langsung berlari meninggalkan Yuza.

Mendengar kata-kata itu Yuza menangis, ia sangat sedih saat adiknya mengatakan itu padanya. Yuza sangat menyayangi adiknya tapi sejak saat itu adiknya tidak mau lagi menganggapnya saudara, ia sangat sedih.

-

Keadaan di sekitar mereka kembali berubah. Kali ini di depan rumah Yuza ada seorang wanita yang Takao kenal itu adalah Fujita Mito yang terus berteriak, “Lenyapkan salah satu dari mereka! Salah satu dari mereka adalah pembawa kutukan, dia akan menjadi pembunuh, dia akan membawa kematian dimana pun dia berada, dia akan membawa bencana, kalian harus melenyapkannya.”

“Saat itu, Fujita Mito menyampaikan apa yang ia lihat di mimpi buruknya. Ia tidak tahu pasti apakah itu Vin atau Yuza karena mereka terlalu sulit untuk dibedakan, tapi menurut Tuan dan Nyonya Akiyama, mereka memutuskan itu adalah Yuza, karena bagi mereka Yuza tidak secerdas Vin.” Jelas Kei sambil menatap Takao.

Takao terlihat meremas kuat tangannya yang mengepal. “Jadi mereka asal menentukan siapa yang ingin mereka korbankan? Hanya karena ada seorang peramal yang menyuruh mereka?”

"Tidak lama setelah itu, Yuza dikabarkan telah meninggal oleh orang tuanya, upacara kematian pun diadakan. Orang tuanya mengatakan Yuza mati dalam sebuah kecelakaan dan mayatnya tidak bisa di temukan. Anehnya semua orang percaya pada mereka, mungkin karena mereka adalah keluarga yang paling dipercaya di daerah itu." Lanjut Kei menjelaskan tanpa menjawab pertanyaan Takao.

"Sejak saat itu, Vin semakin tersiksa. Ia selalu menyalahkan dirinya, ia terlanjur mengatakan kalau tidak mau punya kakak seperti Yuza dan saat itu ia mendapat kabar kalau Yuza telah tiada, ia bahkan belum minta maaf. Vin menghabiskan hari-harinya dengan penyesalan."

"Selama dua tahun ia mempelajari sesuatu, baginya di dunia ini tidak ada yang namanya teman, Yuza benar, semua orang yang dekat dengannya hanya memanfaatkannya. Oleh karena itu, Vin terus belajar, ia terus mengasah kecerdasannya dan menjadi anak emas yang sangat dikagumi. Itu ia lakukan untuk mendapatkan teman-teman palsu, yang bisa ia manfaatkan."

"Vin terus tumbuh menjadi anak yang memiliki sisi gelap, ia memanglah sangat cerdas, tapi hatinya sangat busuk, ia memanfaatkan semua orang, dan menindas orang yang lebih lemah darinya."

“Kamu tahu apa fakta ironis dari semua ini, Takao?” tanya Kei meminta pendapat Takao.

“Para orang dewasa itu, mereka terlalu mengutamakan ego mereka, mereka memisahkan dua anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Mereka mengira itu adalah jalan terbaik yang mereka pilih, tapi nyatanya mereka malah membuat bom waktu untuk mereka sendiri. Mereka lah yang mengubah Vin menjadi iblis seperti sekarang.”

Takao menjelaskan jawabannya dengan menahan rasa sesak di dadanya. Inilah kenapa dia tidak suka pada orang dewasa yang lebih senang mengutamakan ego mereka dan tidak mau memikirkan bagaiamana perasaan anak-anak mereka.

-

Kei lalu kembali membawa Takao di sebuah ruangan yang sangat luas, ia ingat dengan pasti itu adalah ruangan dimana ia dan Haruna terduduk lemas karena dikejar hantu wanita. Namun, ruangan itu sekarang dipenuhi banyak orang.

Kei kembali berbicara, "dua tahun setelahnya, tepat saat ulang tahun Vin yang ke 12 ia mendapati sebuah kejutan. Di malam itu, Yuza datang menemuinya. Ia ingin meminta maaf tapi ia terlalu senang sampai tidak bisa berkata-kata."

Takao melihat Yuza dengan pakaiannya yang compang-camping dan rambut yang tidak teratur saat ini sedang berdiri di depan kembarannya yang sedang memakai setelan yang terlihat sangat rapi, berbeda jauh dengan keadaan Yuza.

Tidak berapa lama seorang pria berteriak untuk mengakhiri acaranya. Hampir semua orang di dalam ruangan itu pergi keluar.

Pria itu kemudian menarik paksa Yuza untuk masuk ke sebuah ruangan.

Di depan ruangan itu Takao melihat Vin yang tengah duduk sambil terus menundukkan kepalanya. Vin rupanya sedang menangis. Takao perlahan mendekatinya untuk mendengarkan apa yang terjadi di ruangan itu dengan lebih jelas. Mencoba mencari tahu apa yang membuat Vin menangis.

Saat di dekat pintu itu, Takao langsung mendengar teriakan seorang anak kecil seperti sedang disiksa. Ya, itu sudah pasti suara Yuza yang sedang dipukuli Ayahya. Dada Takao semakin sesak, tanpa ia sadari matanya mulai berkaca, tangisan Yuza seakan menarik keluar air matanya.

-

Belum saja Takao ingin membuka pintu itu untuk melihat keadaan Yuza, ia tiba-tiba sudah berpindah ke dimensi yang lain. Di dalam sebuah ruangan, dia melihat orang tua Yuza yang sudah terjebak di dalam kobaran api. Di depan mereka berdua, tepatnya di depan pintu ruangan itu ada seorang anak yang sedang tertawa. Tawa yang melengking dan terdengar menakutkan. Itu adalah Vin.

"Kalian selalu menyiksanya, kalian menjauhkanku darinya, kalian membiarkan aku hidup sendiri, kalian pantas menerimanya."

Setelah mengatakan itu, Vin langsung berlari. Berlari sangat kencang untuk menghindari api, tapi saat menuruni tangga, ada sesuatu yang menimpanya, membuat punggung kecilnya ikut terbakar.

Namun, dengan tangannya ia berusaha mematikan api itu sambil terus berlari. Hal itu membuat punggung dan tangan Vin terkena luka bakar. Takao terus berlari mengikutinya tanpa takut terkena api.

Saat di luar, Takao melihat Yamada Souta yang tengah menggendong Yuza lalu dengan hati-hati meletakkan tubuh Yuza di antara kerumunan orang yang tengah memperhatikan rumah besar yang tengah terbakar.

"Sejak saat itu Vin menghilang, selama tiga hari ia mencoba mengobati lukanya dengan semampunya, walaupun ia masih sangat kecil, ia tetaplah sangat pintar, ia bisa menyembuhkan lukanya sendiri." Jelas Kei.

"Selama tiga hari itu, Yuza tinggal di rumah pamannya, tapi bibinya menolak itu. Yuza pun pindah, Vin yang sudah lebih baik pun mengikuti Yuza dan mulai memantau kesehariannya. Ia membunuh siapa saja yang dekat dengan Yuza. Ia tidak ingin ada yang dekat dengan Yuza karena ia takut kalau Yuza akan dimanfaatkan seperti dirinya."

"Ia membiarkan Yuza tertidur agar Yuza tidak menyadari kehadirannya, sebelumnya ia tetap membius Yuza. Saat masih kecil ia dibantu oleh Yamada Souta, ia membayar Yamada Souta dengan uang yang banyak, Vin tahu dimana Ayahnya menyimpan uang sebanyak itu. Terlebih saat itu Yamada Souta adalah pecandu narkoba karena ia terus menyalahkan dirinya atas kematian neneknya, uang baginya sangat penting. Tugas Yamada Souta sangat mudah, hanya mengangkat Vin sampai keluar."

"Tapi, ada suatu waktu Yamada Souta tidak mau lagi membantu Vin. Ia berhenti, dan menyerahkan dirinya kepada polisi atas kasus narkoba."

"Sejak saat itu, Vin pun mulai tumbuh seperti seorang iblis yang selalu bergerak sendirian."

###

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top