Part 14

"Kau mau kemana, Haruna?" pekik Takao sambil mengejar Haruna yang tiba-tiba meninggalkan mereka.

"Pergilah! Aku ingin sendiri." Pinta Haruna sambil terus berjalan menjauhi Takao.

Langkah Haruna kemudian terhenti di depan sebuah ruangan. Haruna mulai memasuki ruangan itu, Takao terus mengikutinya.

Di dalam ruangan itu ada beberapa ranjang susun yang sudah tidak berbentuk. Sebagian atap ruangan itu sudah hancur, sehingga membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.

Haruna perlahan mendekati jendela. Dari jendela besar yang sudah tidak memiliki kaca itu, Haruna dapat melihat pemandangan bangunan-bangunan lain yang juga mengalami kebakaran.

Takao terus menatap Haruna dalam diam. Takao ingin menegur, tapi tak sampai hati ketika ia melihat Haruna yang terlihat damai saat berdiri di depan jendela itu.

Sempat hening sesaat sebelum Haruna mulai berbicara. "Kau tidak mau pergi dari sini?" tanya Haruna tanpa berbalik menghadap Takao.

"Iya, aku tidak akan pergi." Jawab Takao pada Haruna.

“Kenapa?” tanya Haruna lagi.

"Kau tahu kan kalau kita sedang diawasi? Pembunuh itu bisa bisa mendatangi kita kapan saja, kita tidak boleh sampai terpisah." Takao mencoba menjelaskan keadaannya pada Haruna.

"Yuza juga sedang sendiri sekarang, temani dia saja. Dia pasti sedang terluka sekarang.” Ucap Haruna dengan rasa penyesalannya yang amat dalam terhadap Yuza.

"Pergilah! Tinggalkan aku disini, Takao."

"Aku tidak bisa." balas Takao menolak.

"Kenapa? Kau lihat sendiri kan, bagaimana sisi burukku?" tanya Haruna dengan nada penyesalan. "Pergilah, dan sampaikan maafku padanya."

"Bukankah itu lebih buruk? Menyuruh orang lain menyampaikan maafmu, tidakkah menurutmu itu lebih buruk?" Tanya Takao pada Haruna.

"Kau yang berbuat salah, tapi kau menyuruh orang lain meminta maaf, bukankah korbanmu akan merasa lebih terhina karena itu?"

"Lalu aku harus bagaimana?!" Tanya Haruna sedikit meninggikan suaranya.

Haruna kemudian berbalik menghadap Takao, matanya terlihat berkaca, ia mulai menangis. "Katakan padaku Takao, aku harus bagaimana?" tanya Haruna sekali lagi, tapi dengan suara yang lirih.

Takao tersenyum kecil melihat itu. Untuk pertama kalinya dia benar-benar melihat ketulusan Haruna.

"Ayo kebawah, dan minta maaf padanya!"

"Dia tidak mungkin memaafkanku, aku sudah keterlaluan padanya." Kata Haruna sambil menunduk.

Ia berfikir, ia sudah sangat keterlaluan pada Yuza dan Yuza tidak mungkin memaafkannya.

"Percayalah padaku! Apapun yang kau pikirkan sekarang tentang Yuza, itu tidak benar," kata Takao yakin. "Dia sudah menjalani masa-masa yang lebih buruk selama bertahun-tahun, Yuza lebih kuat dari yang kau tahu."

"Tapi—"

"Ikutlah denganku! Setidaknya kau harus meminta maaf langsung untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu tadi, Ayo!" Takao langsung menarik tangan Haruna, untuk mengajaknya kepada Yuza.

***

Disisi lain ada Yuza yang baru saja bertemu dengan seseorang yang pernah ia kenal tiga tahun yang lalu.

"Rin-san?" ucap Yuza sedikit terkejut melihat sosok wanita yang ia kenal dengan Takeuchi Rin, wanita pemilik panti asuhan yang menjadi korban kebakaran 3 tahun lalu.

Sosok Rin persis dengan terakhir kali Yuza bertemu dengannya, wajahnya tetap cantik, senyumannya masih saja terlihat hangat dan tulus. Bedanya, kali ini sosok Rin terlihat tembus pandang di mata Yuza.

"Iya Yuza, ini aku." Jawab wanita itu dengan senyuman hangat yang senantiasa terukir di wajahnya.

Yuza perlahan berdiri dan menghadap Rin. "Rin-san, kau ada disini sejak tadi?"

"Iya Yuza, aku disini sejak tadi, aku melihat semuanya." Jawabnya sambil tersenyum. "Yuza, aku sudah menerima kematianku, tapi aku masih khawatir soal Haruna, kupikir itulah kenapa belum siap untuk pergi."

'Benar juga, Rin-san seperti neneknya Takao, mereka belum tenang bukan karena mereka tidak menerima kematian mereka, tapi karena mereka mengkhawatirkan orang yang mereka sayang.' Pikir Yuza sambil tersenyum.

“Tapi, aku ingin bertanya sesuatu, boleh?" tanya Yuza meminta izin terlebih dahulu.

"Boleh, tapi aku tidak dapat menjawab semuanya."

"Baiklah.”

Yuza menarik napasnya sebentar kemudian menghembuskannya lagi. “Rin-san, apa saat malam itu kau sempat melihat pelakunya?"

"Iya." Jawab Rin singkat.

Yuza terkejut dengan jawaban itu, tapi ia tetap melanjutkan pertanyaannya. "Siapa pelakunya?"

"Aku tidak dapat menjawab yang itu." Kali ini Rin menolak untuk menjawabnya, dan itu membuat Yuza bingung, bagaimana ada korban yang tidak ingin memberi tahu siapa pelakunya?

"Kenapa?"

"Maaf Yuza, tapi ini bukan urusan kami yang sudah tidak bernyawa, ini adalah urusan kalian yang masih hidup.” Senyum Rin perlahan memudar, wajahnya berubah sendu. “Yuza, hanya kaulah yang mampu mengakhiri semua ini.”

Yuza meremas tangannya keras, dia tak mampu menjawab perkataan Rin. Tentu saja Yuza ingin menangkap pelakunya dan mengakhiri semua kekacauan ini, tapi bagaimana cara ia melakukan itu jika pelakunya saja dia tidak tahu siapa?

"Maafkan aku, tapi aku hanya ingin mempermudah hidupnya, dia berhak untuk mendapat kebebasan, orang-orang seperti kalian hanya akan membuatnya merasa sakit lagi... itu yang dia katakan sebelum dia melihatku terkubur dalam lautan api.” Tambah Rin memberi petunjuk kepada Yuza.

Sulit untuk mengerti apa maksud perkataan Rin. Petunjuk yang dia berikan terlalu abstrak.

"Kalian pasti dapat mengakhiri semua ini, percayalah!" tambah Rin menyemangati.

‘Tapi, bagaimana bisa kami—“

"Oi, Yuza!" teriak Takao dari atas tangga yang tanpa sadar memotong percakapan Yuza dan Takeuchi Rin.

Di belakang Takao ada Haruna yang terus menunduk, dengan perlahan mereka menuruni tangga kayu itu.

"Haruna..." Entah sejak kapan Rin sudah berada di samping Haruna sambil terus menatap khawatir Haruna.

"Kalian, dari mana saja?" tanya Yuza ketika mereka sampai tepat di depannya.

“Ada yang ingin dikatakan Haruna." Ucap Takao singkat lalu mendorong Haruna pelan mendekat ke arah Yuza.

"Yuza, Ma-maaf, aku benar-benar minta maaf, harusnya aku tidak melakukannya. Maafkan aku Yuza” ucap Haruna sambil membungkuk, ia benar-benar menyesal.

Yuza tersenyum melihat itu, ia lalu meletakkan tangannya di kepala Haruna lalu mengacaknya sambil tertawa kecil.

"Haruna, berhentilah meminta maaf, bagiku itu masih lebih baik dari pada kau terus memendam kepadaku.”

Haruna mulai menangis, ia tidak pernah mengira seorang Yuza yang selama ini ia benci bahkan sampai ingin dia bunuh ternyata mau memaafkannya.

"Oh iya, Haruna," Yuza sedikit ragu mengatakannya, "Rin-san, dia di sampingmu saat ini."

Haruna terkejut dengan perkataan Yuza. Langsung saja ia mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, mencoba untuk menemukan di mana Rin yang dimaksud Yuza berada..

"Tepat di sebelah kananmu." Ucap Yuza memberi tahu.

Haruna lalu melihat ke arah kanannya, tapi ia tidak menemukan apa-apa.

"Dia saat ini sedang memelukmu." Yuza melihat Rin perlahan mulai memeluk Haruna.

Haruna memang tidak dapat melihat keberadaan Rin, tapi Haruna dapat merasakan pelukan itu, pelukan hangat seorang Takeuchi Rin.

"Haruna, terimakasih karena terus hidup untukku." Ucap Rin lembut.

Setelah itu, angin mulai berhembus, bersama dengan angin itu Rin ikut menghilang. Butir air mata perlahan mulai keluar dari mata Haruna, walaupun sangat pelan, ia dapat mendengarnya, suara lembut Takaeuchi Rin untuk terakhir kalinya.

###

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top