Part 12
Hari ini, selepas mereka pulang kota mati itu, mereka memilih untuk beristirahat dan melanjutkannya di akhir pekan berikutnya. Jadi hari ini mereka habiskan dengan tidur dan beraktivitas seperti biasa, tapi tetap di tempat Yuza.
Haruna memilih tidur setelah mandi beberapa jam—ya, dia merasa tidak tenang karena kemarin seharian dia tidak mandi.
Sedangkan Takao dan Yuza memilih untuk menghabiskan waktu santai mereka dengan menonton serial anime shounen kesukaan Yuza.
Ketika waktu sudah menunjukkan sore hari, Takao yang mulai merasa kelelahan meminta izin untuk tidur duluan. Sedangkan Yuza, sekali lagi dia memilih untuk tidak tidur.
Ia masih dapat menahannya sampai pukul 10:00 malam, tapi setelah itu rasa kantuknya malah semakin menjadi-jadi, Yuza berniat untuk mengakalinya dengan kopi, tapi ternyata persediaan kopi di dapurnya sudah lama habis, terpaksa dia harus turun ke lantai 1 untuk membeli kopi kaleng di mesin penjual minuman yang tersedia di sana.
Butuh waktu sekitar 15 menit untuk Yuza membeli beberapa kaleng dan naik turun tangga dari lantai 3, yang jujur itu cukup melelahkan bagi Yuza yang saat ini dipenuhi rasa lelah dan mengantuk.
Sebelum Yuza kembali menaiki tangga dia menyempatkan untuk meminum satu kaleng minuman kopi, tapi rupanya itu tidak terlalu berdampak di tubuhnya.
Ketika ia sampai di depan pintu apartemennya, ia baru sadar bahwa pintunya tidak sempat ia kunci, tapi untung saja dia melihat Takao tetap tertidur pulas dan tampaknya sedang baik-baik saja
Penjelasan Takao tentang kemungkinan adanya seorang pembunuh membuat Yuza takut jika saja pembunuh itu tiba-tiba datang saat Yuza tidak ada.
Yuza mengambil tempat duduk di depan TV. Saat itu samar-samar Yuza mencium bau amis, tapi tidak terlalu ia pedulikan karena rasa kantuknya yang sudah tidak tertahan.
Sekali pun dia sudah minum satu kaleng kopi, rasa kantuk masih menguasai dirinya. Ia pun menambah 2 kaleng kopi lagi untuk dia minum, tapi bukannya tidak mengantuk lagi, Yuza justru merasa ingin muntah, terlebih lagi bau amis itu semakin menyengat.
Yuza lalu mulai berbaring di lantai, menatap dinding-dinding apartemennya. Pandangannya mulai kabur, kepalanya semakin pusing, perlahan namun pasti mata Yuza mulai tertutup rapat dan dia pun tertidur.
Dalam tidurnya, Yuza terus mendengar suara seorang wanita tua memanggilnya, suara yang terasa tidak asing di telinganya, itu adalah suara neneknya Takao.
“Akiyama, bangunlah nak, kumohon bangunlah, selamatkan cucuku, Takao, kumohon.” Suara yang terdengar pilu itu seketika menyadarkan Yuza dari tidurnya.
Ketika Yuza membuka matanya, ia mulai menyadari kalau saat ini ia tidak berada di dalam apartemennya.
Perlahan Yuza mulai menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang entah kenapa terdengar sangat ramai.
Butuh waktu beberapa detik sampai Yuza mulai memahami situasi saat itu.
Ia terbaring di luar apartemennya, ada banyak orang disana, dan semua mata itu tertuju pada gedung apartemen berlantai 3 yang lantai paling atasnya itu tengah diselimuti api.
Yuza langsung berdiri dan mulai mencari di antara kerumunan itu, tapi dia tidak mendapati apa yang ia cari. Takao dan Haruna mereka berdua tidak ada di sana.
Yuza kemudian langsung berlari ke dalam apartemen. Semua orang yang ada di sana tentu melihat Yuza tapi tidak ada yang berani menahannya, jadi Yuza tidak susah payah untuk masuk ke dalam.
Yuza terus berlari menaiki anak tangga di apartemen itu sambil terus berteriak, "TAKAO!! HARUNA!!"
Tidak butuh waktu lama sampai Yuza sudah berada di lantai 3. Api mulai menyebar ke seluruh bagian di lantai itu, petak apartemennya ada di ujung, dan di sana sudah habis terbakar.
Yuza putus asa, ia mulai terduduk lemas. Yuza menyerah dengan keadaan itu, jika memang Takao dan Haruna mati karena berurusan denganya, maka ia juga akan memilih mati agar semuanya selesai.
Namun, tiba-tiba dari kejauhan ia melihat dua orang yang tengah berlari ke arahnya.
"BODOH! KENAPA KAU DISINI?!"
Itu adalah suara Takao, di samping Takao ada Haruna yang ikut berlari mendekatinya.
Senyuman kembali terukir di wajah Yuza. Tidak hal lain yang lebih melegakkan selain melihat mereka berdua baik-baik saja—tidak sepenuhnya benar karena mereka bertiga benar-benar dalam bahaya sekarang.
Seketika Takao langsung menarik tangan Yuza sambil memaksanya ikut berlari ke bawah untuk menjauh dari lantai 3 yang hanya hitungan beberapa menit lagi akan dipenuhi api.
***
Akhirnya Yuza, Takao, dan Haruna bisa menghirup napas lega setelah berada di luar gedung apartemen.
Tidak berapa lama setelah itu, sirine pemadam kebakaran mulai terdengar. Untung saja penghuni di lantai itu hanya Yuza, jadi dapat dipastikan tidak ada korban lain selain mereka.
“Syukurlah! Syukurlah kalian masih hidup.” Entah sejak kapan Yuza mulai menangis, dia terus terisak, hal itu membuat Takao dan Haruna kebingungan.
Mereka tahu pasti Yuza itu anaknya sinis dan pesimis, tapi mereka tidak menduga dia akan menjadi secengeng itu.
Ia menangis, tapi tangisannya adalah bentuk rasa terimakasihnya karena mereka berdua masih hidup dan masih bersamanya saat ini.
Takao menepuk bahu Yuza, ia ikut terharu melihat Yuza, tapi disisi yang sama dia juga ingin tertawa melihat Yuza.
“Cengeng juga kau Yuza... hahaha... aku pikir kau menangis karena kehilangan rumahmu.” Ucap Takao bercanda.
“Tapi ini bener loh, kita sekarang tidak punya tempat tinggal.” tambah Takao menjelaskan masalah mereka sekarang.
Takao dan Yuza kemudian secara bersamaan melirik Haruna "Apa?” bentak Haruna karena merasa kesal saat melihat tatapan mereka.
"Di mana rumahmu?" tanya Takao pada Haruna.
"Hanya beberapa hari saja..." tambah Yuza memohon.
Awalnya Haruna tidak setuju, tapi apa boleh buat, mereka berdua—apalagi Takao—terus memaksa untuk menginap di rumahnya. Jadi, Haruna mengizinkan mereka berdua tinggal di rumahnya.
Sebenarnya Yuza tidak perlu minta izin jika ingin menginap di rumah itu, karena itu adalah rumah ibunya yang sekarang diambil alih oleh bibinya.
Yuza ditawarkan pamannya untuk tinggal di rumah itu, tapi bibinya tidak setuju jadi Yuza mengalah dan memilih sebuah apartemen kecil yang terkenal dengan rumor berhantunya.
Rumah yang dimaksud itu adalah sebuah rumah yang cukup luas. Desainnya jauh lebih modern dari rumah-rumah lain di kota kecil itu. Pintunya menggunakan smart doorlock dan dilengkapi sistem keamanan yang canggih, sehingga tidak memudahkan penyusup untuk masuk ke sana.
"Kau yakin tinggal sendiri disini?" tanya Takao heran ketika melihat rumah dengan tipe 4 kamar tidur itu.
"Iya aku sendiri." Jawab Haruna singkat.
"Tapi rumah ini terlalu besar untuk tempat tinggal seorang remaja sepertimu." Lanjut Takao masih tidak percaya.
"Ini rumah keluarga ibu angkatku, bibinya Yuza, dari pada hanya kosong jadi dia mengizinkanku tinggal di sini, lagi pula aku juga tidak ingin memboros dengan menyewa tempat tinggal lain. Rumah ini kan juga tidak terlalu jauh dari sekolah." Jelas Haruna pada Takao.
"Tapi, rumah ini terlihat bersih." Ungkap Takao.
"Para pelayannya biasanya datang dua hari sekali untuk membersihkan rumah. Yah, walaupun mereka tidak harus tinggal di rumah." Jelas Haruna lagi dan dibalas anggukan mengerti dari Takao.
"Rumah ini tidak banyak berubah." Ucap Yuza pelan, saat melihat keadaan rumah yang menyisahkan beberapa memori baginya.
***
Mereka saat ini tengah berada di ruang makan dalam rumah itu. Mereka rupanya sedang makan setelah memastikan bahwa seluruh pintu di rumah itu sudah dikunci sehingga dapat merasa lebih tenang.
"Tadi kenapa kau tidak di dalam apartemenmu? Apa kau meninggalkan kami atau malah kau yang melakukannya?" tanya Haruna menyelidik.
"Aku tertidur, dan saat bangun aku sudah ada di luar. Selain itu aku tidak tahu apa-apa." Ucap Yuza menyesal karena tidak dapat menjelaskan apa-apa.
Haruna memutar bola matanya kesal dengan jawaban Yuza yang tidak dapat memuaskannya.
"Apa kau tahu bagaimana takutnya kita di dalam sana? Jika bukan karena aku yang saat itu sudah bangun, kami berdua sudah mati."
“Hentikan itu Haruna! Kalau kau mau bicara soal tersangka disini, kita semua dapat menjadi tersangka, bahkan aku sekali pun. Jadi, berhenti membuat kecurigaan yang berlebihan di antara kita.” Sanggah Takao yang tidak ingin masalah mereka semakin rumit.
"Maafkan aku, harusnya aku tetap terjaga." Yuza semakin menyesal ketika melihat Takao dan Haruna mulai berdebat.
"Ini bukan salahmu, lagi pula siapa yang bisa tetap terjaga setiap hari. Aku tahu kau tidak pernah tidur lagi selama beberapa hari, Yuza." Takao mencoba menenangkan Yuza. “Apa kau ingat apa saja yang terjadi sebelum kau tidur?”
“Iya, aku sempat meninggalkan kalian sebentar untuk membeli beberapa kaleng minuman kopi di lantai bawah. Tapi aku masih tetap mengantuk jadi aku langsung tertidur di depan TV.” Jelas Yuza sambil mengingat kembali kegiatan terakhir yang ia lakukan sebelum tertidur.
“Bagaiamana denganmu Haruna?” tanya Takao lagi.
“Aku terjaga di dalam kamar sambil bermain HP, saat itu aku mendengar suara langkah kaki seseorang dari luar kamar seperti sedang melakukan sesuatu.” Haruna lalu menatap Yuza tajam.
“Aku yakin itu pasti Yuza yang sedang menyiapkan kebakarannya, dan kemudian dia berlari ke luar sendiri untuk menyelamatkan diri, dasar pengecut!”
Yuza hanya menunduk mendengar makian Haruna, sekalipun dia ingin menyanggah, tetap saja fakta bahwa ia tidak tahu apa-apa tidak cukup kuat untuk membantah Haruna.
“Kumohon Haruna, berhenti mencampurkan opinimu dengan fakta yang ada.” Kesal Takao yang sejak tadi melihat Haruna terus menyudutkan Yuza.
Haruna yang juga semakin kesal langsung pergi begitu saja meninggalkan Takao dan Yuza. Dia beralasan ingin pergi mandi, walaupun sebenarnya ia muak dengan Yuza yang baginya berlagak polos dan Takao yang sok tahu.
“Besok sepertinya kita tidak bisa masuk sekolah.” Keluh Takao sambil menghembuskan napas beratnya.
“Kenapa memangnya?” tanya Yuza tidak mengerti dengan keluhan Takao.
“Kita sekarang seperti sedang membawa bom di tangan kita. Tidak mungkin kan kita membawanya ke sekolah dan membahayakan orang-orang di sana.”
Benar apa kata Takao, keadaan mereka saat ini sedang dalam bahaya, sebisa mungkin mereka harus menjauh dulu dari orang-orang terdekat mereka termasuk sekolah.
”Jadi, apa yang akan kita lakukan untuk besok?” tanya Yuza lagi setelah memahami situasi yang mereka alami.
“Aku maunya ke apartemenmu, tapi kayaknya untuk besok TKP-nya masih ditutup. Bagaimana kalau kita balik ke kota mati yang kemarin?” saran Takao dan dibalas anggukan oleh Yuza.
Mereka pun memutuskan malam itu Takao yang akan berjaga, sedangkan Yuza dan Haruna dapat langsung beristirahat.
Haruna memilih tidur di kamar tamu yang tepat di depan ruangan living room, Yuza tidur di sofa living room, sedangkan Takao memilih duduk di samping Yuza sambil membaca koran-koran yang sempat dibawa Haruna di dalam tasnya.
###
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top