FERMA

Selamat malam semuanya, selamat datang! Terima kasih sudah bersedia hadir di rumahku malam ini untuk memenuhi undangan menginap.

Sudah lama sekali sejak kita berkumpul seperti ini, ya. Terakhir kalian mungkin saat perpisahan Sekolah Menengah Atas, ya? Apa? Oh, oh, iya. Kita melakukannya seminggu setelah Kakakku, James kembali ke akademinya.

Kau bertanya alasan aku mengumpulkan kalian? Bukankah sudah kubilang kita akan mengadakan pesta piama. Hm? Oh, benar. Aku berjanji akan menceritakan kalian soal kisah itu, ya. Baiklah, mari kita mulai. Eh, tapi sebelum itu aku akan menjelaskan sedikit posisi kita sekarang, karena penerang sengaja kuredupkan.

Oh, jangan khawatir. Aku tidak akan menceritakan hal-hal seram. Omong-omong, sekarang kita sedang duduk di atas karpet putih tebal. Dinding kamarku ditutupi wallpaper berwarna lilac, dan tirai dari beledu hitam menutupi jendela di atas meja belajar sebelah kiri. Ada kabinet berkaki lengkung di kaki kalian dan sofa tunggal kecil berwarna putih. Di atas meja rias sebelah kanan, ada chandelier yang terbuat dari kristal hitam dan sedang berkilauan dengan cantiknya. Nanti saat cerita kumulai, cahaya itu akan dimatikan dan hanya lilin di peganganku ini penerang satu-satunya.

Baiklah, mari kita mulai.

Dahulu kala, sebelum menjadi Dewa Peternakan, Ferma adalah Dewa dengan banyak titel. Kisah hidupnya berubah setelah ia jatuh cinta dengan seorang wanita manusia bernama, Ilis.

Ilis memiliki rambut seperti jalinan benang emas dan lebih lembut dari sutra, parasnya amat rupawan. Hanya dengan melihatnya, siapa pun akan tersenyum mengagumi kecantikan sang gadis. Ferma yang terpana, turun ke Bumi untuk berkenalan dan keduanya pun saling jatuh cinta. Sebab, tidak ada seorang manusia pun yang dapat menolak eksistensi seorang Dewa.

Setahun hidup di bumi, Ilis kemudian hamil anak pertama Ferma. Di saat bersamaan, Ferma harus kembali menjalankan tugasnya sebagai seorang Dewa dan ia perlu kembali ke langit. Dengan rasa sesal, Ferma pun pamit kepada sang istri.

Semenjak kepergian Ferma, Ilis merasa sangat kesepian. Ia tidak pernah menerima kabar apa pun dari sangat suami, kesehariannya sebagai penenun juga sangat membosankan. Sampai akhirnya, Ilis yang tengah mengandung dan merindukan kehadiran sangat kekasih, jatuh cinta dengan seorang pemuda tampan dan menikahinya.

Ferma yang mengetahui hal tersebut kemudian menembak sang selingkuhan dengan tombak api. Dengan masih terbakar bara cemburu akibat pengkhianatan tersebut, Ferma membunuh pula Ilis.

Ia kemudian teringat bahwa Ilis sedang mengandung, sehingga Ferma pun cepat-cepat membelah perut Illis. Lantas mengeluarkan putranya yang masih merah dan berlumuran darah. Ia membesarkan putranya tersebut di langit, bersama para Dewa. Putra Ferma, bernama Avilus. Ia adalah anak setengah dewa yang teramat pandai dan memiliki kemampuan untuk melihat masa depan.

Ferma begitu menyayangi Avilus dan gemar membanggakan anaknya yang berbakat tersebut kepada para Dewa. Diberkahi ketampanan paripurna dan suara merdu, juga bakat dan kepintaran yang luar biasa, Avilus menjadi kesayangan dan kebanggaan para Dewa. Ia digemari para Dewi dan berkali-kali diminta untuk jadi pasangan. Dan selayaknya para artis, Avilus juga memiliki haters.

Dewa-dewa yang cemburu dengan segala kepunyaan Avilus tersebut kemudian membunuh Avilus dengan kejam. Mereka menghancurkan tubuh Avilus yang malang dengan segala senjata di dunia, sampai-sampai wajahnya yang tampan tidak lagi dikenali ayahnya.

Ferma yang mengetahui bahwa anaknya terbunuh, berniat membalas dendam. Namun, Jika bergerak seorang diri dan menyerbu para Dewa lain, makanya dialah yang akan mati.

Jadi, Ferma pun mendatangi dunia para goblin dan membunuh senua goblin yang ada di sana, sehingga tidak ada satu pun makhluk yang bisa menempa senjata-senjata untuk para Dewa lagi.

Langit menjadi gempar karena krisis tersebut, mereka menyelidiki siapa dalang dari kasus terbunuhnya para goblin. Setelah melakukan penyelidikan dan rapat berkali-kali, diketahuilah bahwa yang membunuhnya para goblin adalah Ferma.

Para Dewa sepakat bahwa Ferma harus dihukum. Selain karena ia sudah membunuh seluruh ras Goblin, juga karena intensinya melakukan penyerangan. Semua gelar Ferma dihilangkan, ia pun dikutuk dan ditugaskan untuk menjaga sekawanan bebek di Bumi.

Sejak saat itulah, Ferma menjadi Dewa Peternakan. Walau sempat kesal dengan hukuman konyol yang ditimpakan para Dewa. Ia mulai menikmati hidup mengurusi para bebek, menggembalakan biri-biri, memerah susu sapi, mencukur bulu domba, memandikan kuda, dan menyembelih kambing di masa-masa tertentu. Setelah masa hukumannya habis, Ferma kembali kembali langit dan terus memperhatikan semua peternakan di Bumi.

Selain membawa berkah dan memerintahkan ayam-ayam bertelur, Ferma juga sesekali memberikan penyakit pada para hewan untuk menguji seberapa keras seorang peternak mau kembali bekerja, berusaha, dan terus bersabar. Sama sepertinya yang harus kehilangan kekasih, anak, dan kedudukannya sebagai Dewa serba bisa, Ferma ingin melihat bagaimana kegigihan para peternak dalam mengurus tanggung jawabnya.

Tamat.

Cukup menarik, ya. Ceritanya sampai sana dulu, silakan nikmati minuman kalian. Aku sudah menyajikan segelas susu cokelat dingin, teh hangat, maupun air mineral. Ada juga jajanan ringan di sebelah sana. Sini, biar kuterangi dengan lilin. Sudah kubilang 'kan, ini bukan cerita seram.

Apa? Kalian mau cerita lagi? Hmmm ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top