Masa Kecil 3 (Revised)

Madam Floyen lagi-lagi tidak menghadiri makan malam keluarga. Dia mengeluh sakit kepala yang berat. Geornia agak cemas melihat kursi milik ibunya selalu kosong. Semenjak kehadiran Zoey di rumah ini, ibunya semakin jarang keluar kamar. Untuk menghabiskan waktu di taman belakang seperti hari-hari biasanya juga semakin sulit. Madam Floyen terus menolak dengan alasan kesehatan. Ia harap, ibunya baik-baik saja.

Bibi Melisa bahkan membereskan piring Madam Floyen lebih awal. Belakangan terakhir, ia memang sering mengantar makanan entah itu makan pagi, siang, atau makan malam ke kamar Madam. Meski melelahkan mengingat betapa jauhnya jarak antara lantai tiga dengan lantai dasar, namun itu lebih baik daripada menyaksikan piring terbang.

"Bibi, saya ingin bertanya tentang kondisi Ibu. Apa dia baik-baik saja?" tanya Geornia, menghentikan gerakan tangan wanita pengasuh sekaligus pelayan setia di keluarga tersebut.

Tuan Hashe sampai bosan mendengarnya karena Geornia selalu menanyakan hal yang sama saat makan. Saat ini, suasana di ruang makan hanya diisi oleh gelak tawa Tuan Hashe. Pria itu sedang kewalahan menghadapi keimutan anak barunya. Tentu saja, bagaimana orang-orang bisa tahan dengan pesona anak itu yang menurut mata jeli Bibi Melisa pun terlihat imut? Namun, Geornia merupakan anak manis yang dewasa sehingga pesona sebanyak itu belum cukup membuat citra dewasanya goyah.

Kecuali dalam menyikapi masalah Madam Floyen, gadis tersebut hanya bertingkah seperti anak-anak kecil pada umumnya. Seperti sosok anak ayam yang merindukan sang induk. Ini kesekian kalinya dalam kurun waktu seminggu Geornia menanyakan kabar Madam Floyen. Bahkan Tuan Hashe sama sekali belum tergubris.

"Apa Nona Besar mengkhawatirkan Nyonya?"

Geornia mengangguk. "Saya takut Ibu kenapa-kenapa, tapi mengingat tidak ada dokter yang berkunjung, saya bersyukur karena sepertinya penyakit Ibu tidak parah."

Bibi Melisa memandang Tuan Hashe yang tampak acuh, ia terlihat menahan helaan napas ketika senyum Zoey seakan ingin melelehkan bumi.

"Kalau Nona khawatir, sebaiknya Anda langsung datang ke kamar Madam dan menjenguknya sesekali untuk mengecek kondisi beliau," ucap Bibi Melisa memberi saran. "Nyonya pasti senang kalau Anda mau menemaninya makan malam."

Geornia menggeleng ragu. "Emm, tidak. Sepertinya Ibu membutuhkan lebih banyak istirahat. Nia tidak ingin mengganggu."

Bibi Melisa hanya tersenyum tipis. Ia seolah hapal dengan respon yang akan Geornia tunjukkan. Itulah kenapa hubungan Tuan Hashe dan dia tidak sebebas ayah-anak pada umumnya. Mungkin karena dibelenggu oleh kasta dan status. Kemudian, Bibi Melisa memindahkan beberapa menu untuk dibawa ke lantai atas.

Zoey mencuri-curi pandang pada piring terakhir yang dipegang Bibi Melisa. Karena gelagatnya yang amat kentara itu, Geornia sampai mendapati kepala Zoey bergerak menoleh mengikuti nampan Bibi Melisa yang kian menjauh.

"Zoey, kamu mau pancake milik Ibu?" Pertanyaan itu terlontar dengan spontan, seketika berhasil menarik perhatian semua orang, mulai dari kepala pelayan hingga pekerja kebun di luar.

Mereka yang awalnya ingin fokus pada pekerjaan masing-masing dan menikmati pesona Zoey diam-diam, dikejutkan oleh bahasa santai putri sulung Tuan Hashe.

Geornia meneguk ludah. "M-maksudku, aku ingin menawarkannya karena aku juga punya pancake yang sama dengan milik Ibu. Punya Ibu tidak terlalu manis, jadi lebih baik kamu mengambil punyaku. Ini manis dan enak."

Ia mendorong piring berisi pancake cokelat utuh dan belum tersentuh. Ini karena Geornia sibuk memikirkan ibunya, bahkan menu utamanya masih setengah.

Tuan Hashe mengernyit. Pancake cokelat bermandikan madu dengan buah ceri di atasnya, itu adalah pencuci mulut kesukaan Geornia. Terlebih ia dibuat dengan tangan Bibi Melisa yang menyimpan resep-resep rahasia.

"K-kalaupun tidak, tidak apa-apa," lanjut Geornia, kemudian ingin menarik kembali piring tersebut.

"Ah, Zoey mau!" teriaknya bersemangat sembari mencengkeram tepian meja dengan jari-jari mungilnya.

Semua orang dibuat tersipu oleh sikap Zoey yang menurutnya lucu.

"Bagaimana bisa Nona Kecil selucu itu?"

"Lihatlah, lihat dia punya kuku kecil di jemari yang kecil. Ujungnya berwarna kemerahan. Pipinya juga ranum."

"Nona Kecil seperti bayi Snow White!"

Geornia yang mendengar bisikan-bisikan yang keras itu, tanpa sadar ikut memperhatikan sosok Zoey kecil. Ini semakin malam. Kemungkinan besar tubuhnya merasa dingin karena belum terbiasa dengan suhu di sini. Syukurlah dia tidak mudah sakit sepertiku, batin Geornia lega.

"Kalau mau, ayo sini duduk di sampingku," ajak Geornia sambil tersenyum dan menepuk kursi bekas tempat duduk ibunya, yang mana hal tersebut mengubah raut wajah Zoey menjadi lebih pucat.

Tuan Hashe mengeratkan pelukannya pada perut Zoey. "Itu aneh sekali, bukannya kamu juga menyukai pancake cokelat buatan Bibi Melisa?"

Sebenarnya, Geornia sedikit bingung karena Tuan Hashe seolah melindungi Zoey dan menganggap bahwa dirinya berbahaya bagi anak itu. Padahal Geornia hanya ingin memberikan kue pancake.

Gadis cilik itu berusaha menutupinya dengan senyum lebar. "Nia senang sekali Ayah mengingatnya. Masakan apa pun buatan Bibi Melisa memang selalu enak. Berhubung kue ini adalah kesukaanku, aku semakin ingin Zoey makan lebih banyak."

"Wah ...."

Mata Zoey berbinar menatap piring yang terus Geornia sodorkan. Tampilannya sungguh menggoda. Ia sudah ancang-ancang untuk turun kursi.

Akan tetapi, Tuan Hasshe tidak berniat melepas lengan besarnya dari perut Zoey. Ia lantas mengusap kepala Zoey dengan lembut sembari mengambilkan piring Geornia.

"Jangan menolak pemberian kakakmu," ucapnya tanpa membiarkan Zoey berpindah tempat duduk.

"Baik!" Zoey tersenyum senang saat ujung garpu melesak ke mulutnya yang semakin penuh.

"Apa seenak itu?" tanya Tuan Hashe setengah tertawa.

Zoey menganggukkan kepala berkali-kali. "Ini benar-benar enak! Zoey belum pernah makan makanan semanis ini ketika di panti asuhan. Kepala panti memperbolehkan kami makan makanan manis saat hari pendirian saja," terangnya.

Geornia yang melihat itu hanya terdiam. Ia pernah mendengar dari sang ibu, bahwa makanan manis dijual mahal karena bahan pemanisnya juga sangat mahal. Gula diproduksi berdasarkan musim panen.

Ketika mendekati akhir musim dingin, harga gula akan melambung tinggi sehingga rayat menengah ke bawah tidak mampu membeli. Namun meski Geornia berasal dari kalangan menengah ke atas, ia tetap tidak pernah membeli gula di musim dingin. Sebaliknya, Geornia selalu menemani Madam Floyen membeli gula saat musim panas atau musim gugur.

Madam Floyen menyetok banyak gula di gudang penyimpanan. Dia juga memborong madu murni dan sirup buah-buahan agar Geornia dapat mengecap rasa manis setiap harinya. Agak disayangkan ketika Bibi Melisa tetap membuatkan kue manis meski lidah Geornia hanya dapat mendeteksi rasa pahit.

Zoey tampak menikmati makanan dan tempat duduknya. Melihat anak itu sudah mampu memasukkan garpu ke mulut sendiri, Geornia jadi kasihan pada teman-teman Zoey. Tuan Hashe sudah merawat Zoey dengan baik, tetapi teman-teman di luar sana-yang mungkin anak itu rindukan-entah bagaimana kabarnya.

"Zoey. Bolehkah Kakak tanya sesuatu?"

"Iya?"

"Kakak ingin bertanya karena penasaran, tidakkah kamu merindukan teman-teman yang ada di panti asuhan?"

Untuk kedua kalinya, para pelayan dibuat terkejut oleh pertanyaan Geornia. Putri sulung tersebut mengamati wajah ayahnya yang mendadak muram. Ia tidak akan mengerti kalau saja mulut pelayan-pelayan itu tidak berisik.

"Apa aku salah dengar? Nona Besar bertanya seolah-olah ingin Nona Kecil kembali ke tempat menyedihkan tersebut!"

"B-bukan! Ayah, tidak seperti itu! Nia hanya-"

"Lanjutkan saja makanmu, Geornia!" bentaknya, lalu menenangkan Zoey dengan nada lembut. "Tidak apa-apa, Zoey. Kamu tidak akan pernah kembali ke sana. Di sini sekarang adalah rumahmu."

"...." Tubuh Zoey gemetar karena mendengar suara keras Tuan Hashe, namun semua orang mengira bahwa itu ulah Geornia. Ia telah mengingatkannya pada tempat yang sangat buruk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top