Masa Dewasa 1.2,5 (Revised)

Di sisi lain, Manajer Eric setia mengamati gadis di depannya yang sibuk merenggangkan jari-jari tangan. Pandangan Zoey tampak sayu seolah menerawang jauh ke masa lalu. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

"Nona, apa yang Anda pikirkan?" tanya Manajer Eric.

Zoey menoleh ke sumber suara. "Bukan hal penting," balasnya.

"Bukan hal penting apa yang Anda pikirkan?" tanya Manajer Eric lagi.

Rupanya dia bersikeras. Kalau sudah bersikeras seperti ini, biasanya Manajer Eric akan terus mengejar jawaban Zoey sampai dapat. Benar-benar melelahkan.

"Ck! Aku hanya memikirkan tikus tanah," jawabnya melantur.

Sering kejadian hal serupa. Saat Zoey sakit, ia tidak jarang melontarkan jawaban asal dan terkesan tidak ingin ditanya lebih lanjut. Namun bukan Manajer Eric namanya kalau mudah menyerah.

Manajer Eric pun menaikkan sebelah alis. "Tikus tanah?"

Zoey mengangguk lemah. "Ayahku pernah membongkar kolam air mancur tua di belakang rumah. Di bawahnya ada lubang tanah seperti terowongan. Aku pikir itu sarang ular, jadi aku ingin melihat lebih dekat. Tiba-tiba makhluk aneh tanpa mata muncul dari sana. Aku benar-benar takut karena baru pertama kali melihatnya—"

"Pfft!" Manajer Eric menahan tawa.

"Tertawalah sepuasmu."

"Maaf, Nona. Saya baru saja menangkap hal lucu. Saya tidak bermaksud menghentikan cerita Anda."

Zoey mengedikkan bahu. "Tidak apa-apa, bukan cerita penting juga. Syukurlah kalau bisa membuat Manajer Eric tertawa."

"Sekali lagi maaf, silahkan lanjutkan ceritanya." Manajer Eric menyeka sudut matanya yang berair akibat tertawa.

Zoey mendengus kasar. "Sudahlah, aku sedang tidak mood bercerita."

"Yah, mau bagaimana lagi kalau Anda tidak mood? Tapi saya penasaran kenapa Anda lebih takut dengan tikus tanah daripada sarang ular. Anda sesuatu yang langka."

"Aku hanya takut pada hal-hal di luar harapan," jawab Zoey datar.

Zoey pun berusaha menarik napas dalam-dalam. Kalau tidak, mungkin kepalanya bisa pecah. Masalah hidup yang datang bertubi-tubi seolah ingin menghancurkan hidup Zoey secara bersamaan. Reputasi turun, dihujat massa, dimasukkan ke daftar hitam oleh seluruh agensi, kematian Ayah akibat penyakit kronis, balas dendam Geornia, hingga penglihatan yang tak berfungsi.

Semua cobaan datang silih berganti dalam kurun waktu singkat. Dalam satu tahun, usahanya bertahan hidup dengan bayang-bayang sebagai protagonis novel bak kertas yang terbakar, lalu kertas itu berubah menjadi serpihan-serpihan hitam, menjelma sebagai abu dan dilempar angin.

Ia mengembuskan napas dengan perlahan. Seketika pikirannya menjadi lebih jernih. Di balik deretan peristiwa itu, di mana orang-orang yang dalam sekejap mengalihkan atensi mereka ke idola lain, Zoey bersyukur masih mempunyai seorang manajer di sisinya. Namun, apalah arti manajer tanpa kontrak agensi. Mimpi kecilnya sebagai bintang bersinar perlahan-lahan meredup.

"Manajer Eric," panggilnya.

"Ya, Nona."

"Bukankah aku mirip tikus tanah?" tanya Zoey muram.

"Tidak. Menurut saya, tidak mirip. Bahkan jauh berbeda."

"Tikus tanah punya mata, tapi dia tidak bisa melihat. Dia sama sepertiku."

"Tikus tanah memang punya mata dan tidak bisa melihat, tapi dia sama sekali tidak mirip seperti Nona," kekeuhnya.

Bagaimana bisa seseorang membandingkan manusia seindah Zoey dengan tikus tanah! Itulah yang dia pikirkan.

"Yah, kamu benar," ujar Zoey. "Setelah kupikir-pikir, aku memang tidak mirip."

'Baguslah, tapi kenapa dia sedih?' batin Eric mengernyit.

"Mungkin aku lebih buruk," lanjutnya tambah murung. 'Tikus tanah sadar kalau dia terlahir buta, sedangkan aku baru sadar sekarang. Ternyata dari dulu mataku tertutup sampai-sampai tidak bisa membedakan mana musuh mana teman.'

"Nona, perbandingan seperti itu tidak masuk akal."

Sedetik yang lalu Eric lega karena Zoey berhenti menyamakan dirinya dengan tikus tanah. Sekarang dia malah membuat perbandingan dengan hewan yang jelek.

"Manajer Eric," panggilnya lagi.

Lelaki berambut blonde itu mengangkat kepala. "Ya."

"Kamu bisa pergi mencari pekerjaan lain, untuk kontraknya sudah tidak berlaku karena aku bukan lagi aktris."

Eric tersenyum meski Zoey tidak dapat melihatnya. "Sepertinya akan sulit, Nona. Saya tidak bisa meninggalkan Anda sebelum masa kontrak kerja saya berakhir. Yang bisa membatalkan kontrak ini hanya Kakak Anda."

"Gila," katanya.

Zoey tertawa keras, namun sangat singkat. Tak sampai satu detik. Geornia mungkin berniat mengawasi Zoey dari dekat melalui Manajer Eric.

"Saya minta maaf. Kalau saya mengajukan batal, maka saya yang rugi karena harus membayar uang penalti."

Zoey menggigit ujung kuku. Geornia benar-benar kejam! Uang penalti yang ditanggung Eric adalah sejumlah lima kali lipat dari gaji yang dijanjikan.

"Berapa lama sampai kontraknya selesai?"

"Karena sekarang sedang berjalan enam bulan sepuluh hari, berarti sisanya kurang lebih empat setengah tahun."

"Apa Manajer Eric betah berada di sampingku terus?" tanya Zoey penasaran. "Lima tahun bukan waktu yang singkat. Aku mengatakan ini karena murni peduli."

"Terima kasih, Nona. Saya akan berusaha sebaik mungkin." Manajer Eric tersenyum.

Mendengar nada formal tersebut, membuat Zoey merasa terbebani. "Aku suka semangat juangmu, Manajer. Sayangnya aku tidak lagi berguna. Kamu lihatlah aktris pengangguran sepertiku, bahkan industri hiburan mendepakku tanpa memberikan uang pesangon. Karirku hancur! Kamu juga akan rugi jika terus bersamaku. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Kalau menurut isi kontrak, saya seharusnya mengurus semua keperluan Anda sampai benar-benar pulih. Setelah itu, mencarikan Anda pekerjaan seperti biasa."

Zoey tidak bisa menahan genangan air di pelupuk matanya. Gadis itu setengah tertawa dan setengah menangis. "Ya Tuhan, aku jadi ingin memelukmu Manajer."

"Sepertinya menyenangkan dipeluk Nona. Apa Anda serius?" Eric menunjukkan taringnya.

Tawa Zoey terhenti. "Aku hanya bercanda. Lagipula, Manajer Eric tidak bisa melakukannya, tapi aku berharap fobia Manajer bisa sembuh."

"Saya bisa memeluk Nona kalau memang ingin."

"Ayolah, jangan bercanda lagi." Zoey tertawa lagi. Kali ini lebih garing.

Mendengar jawaban Zoey, Eric sedikit kesal. Fobia sentuhan itu hanya dibuat-buat sebab Eric tidak suka bersentuhan dengan orang lain. Jika Zoey setuju, dia bisa langsung mendekap wanita itu. Kedua sudut bibirnya tertarik. Tiba-tiba, terlintas ide menarik untuk dimainkan.

"Nona, saya akan memanggil perawat. Setelah itu, saya harus keluar membeli makanan. Anda tidak masalah, kan, kalau saya tinggal sebentar?"

"Ada perawat?" Jujur saja, Zoey masih tidak percaya kalau ini di rumah sakit.

"Kita di rumah sakit, Nona. Tentu saja ada perawat." Tatapan Eric menelisik jauh ke dalam netra hitam yang pekat.

Zoey cukup peka, tapi kepekaannya itu berguna di hadapan laki-laki bermaga Natch. Gadis itu mengangguk paham.

"Tolong sekalian minta perawat itu melepas perbanku di pergelangan kaki. Rasanya gatal dan membuatku kurang nyaman. Sepertinya sudah kotor."

"Baiklah, akan saya sampaikan. Saya permisi."

Setelah itu, Eric izin keluar untuk memanggil perawat. Namun faktanya, Eric berpura-pura membuka pintu, lalu menutup pintu seolah-olah ia sudah pergi. Di wajahnya terukir senyuman miring sembari memperhatikan raut cemas Zoey.

Gadis itu memilih berbaring karena kepalanya pusing. Suasana ini sedikit membuatnya was-was apalagi dirinya merasa diperhatikan entah dari mana. Tempat ini sangat sepi, seperti tak ada orang lain selain Zoey.

"Kenapa lama sekali?" gumamnya setelah beberapa menit.

Eric pun membuka pintu lagi dengan agak kasar, membuat Zoey refleks mengubah posisi berbaring menjadi duduk.

"Manajer Eric?" panggilnya ragu. Namun beberapa detik sudah berlalu, tidak ada jawaban. Ruangan terasa hening.

'Mungkinkah pintunya rusak dan terbuka sendiri?'

Zoey hanya bisa menebak sebab ia tidak merasakan hawa keberadaan seseorang. Biasanya ia mendengar suara ketukan sepatu, mencium aroma parfum, atau napas seseorang.

"Perawat?" tebaknya lagi. Namun tak ada sahutan.

Eric berjalan pelan menuju meja penyimpanan. Ia sengaja melepas alas kaki sehingga suara langkahnya tidak terdeteksi oleh telinga Zoey. Lalu ia menciptakan keributan dengan mengacak-acak isi laci hanya untuk melihat reaksi Zoey. Dia langsung menoleh takut ke arahnya. Hal itu membuat Eric tersenyum kecil.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top