Cuek
"Hali...."
"Hn?"
"Kamu sayang sama aku tidak?"
"Hn, sayang."
"Benaran sayang?"
"Iya."
"Tapi kok tidak perhatian sama aku sih?"
Lagi dan lagi, pertanyaan itu terus dilontarkan olehnya. Aku menghela napas, menghentikan aktivitas membaca buku lalu menatapnya dengan dingin dan tajam.
"Kenapa kau selalu melontarkan pertanyaan itu?" tanyaku dengan dingin
Gadis itu memainkan jarinya sambil menatapku dengan ekspresi ngambek, "Habis kamu cuek terus denganku, jadinya kutanyakan saja pertanyaan itu. Takut kamu sudah bosan denganku dan perasaan sayang itu tidak ada."
Aku menghela napas lelah, ku benarkan posisi duduk lalu memangku dagu dengan tangan. "Aku masih sayang denganmu, [Name]. Berhentilah menanyakan hal itu lagi," pintaku dengan nada datar.
[Fullname] atau biasa dipanggil [Name] mendengus sebal, ia bersedekap sambil memasang ekspresi yang sama. Pipinya yang tembam itu ia gembungkan dengan mata [e/c] sedikit berkaca-kaca, hal itu membuat kadar keimutannya bertambah.
"Hmp! Kalau masih sayang kenapa tidak menunjukkan perhatianmu padaku?" tanya [Name] kesal.
"Haruskah aku menunjukkan sikap itu, [Name]?"
"Tentu saja harus! Kalau kamu menunjukkan sikap perhatian padaku berarti kamu sayang denganku!"
Aku hanya menghela napas lelah, gadis itu benar-benar kekanak-kanakan. Padahal selama ini aku selalu perhatian dengannya, walau lewat tindakan yang sangat kecil sekali untuk diketahui.
[Name] menatapku dengan raut wajah kesal, ia bangkit dari duduknya lalu pergi tanpa pamit. Aku hanya bisa memandangi kepergiannya lewat manik mata ruby, sekali lagi ku menghela napas. Tanganku bergerak melepaskan topi yang bertengger di kepala, menggaruk-garuk kepala dengan bingung. Jengah, kesal dan bingung, itulah yang kurasakan saat ini.
Aku merasa heran, kenapa aku bisa mempunyai pacar seperti [Name]? Gadis yang berparas cantik namun bersikap kekanak-kanakan selalu membuatku kesal. Ku pakai lagi topi lalu membawa buku dan pergi menuju rumah.
Cuek
Boboiboy Halilintar x [Name]
[Name] is You
Ting!
Suara notifikasi dari ponsel membuat atensiku beralih ke ponsel. Sejenak ku diamkan sebentar, mengalihkan atensi pada buku yang sedang kubaca.
Ting! Ting!
Lagi... suara notifikasi terus menerus berdeting, kututup buku, meletakkan di atas meja belajar lalu mengambil ponsel dan membaca pesan. Ternyata yang mengirimkan pesan itu adalah [Name], pacarku yang imut namun menyebalkan. Ku buka pesan tersebut dan mulai membaca dalam hati.
[Name]
Hali, kamu masih sayang denganku kan?
Hali
Oy!
Masih
Kalau begitu tunjukkan perhatianmu! Agar aku bisa yakin kalau kamu masih sayang denganku
Ku menghela napas sebentar, memikirkan jawaban apa yang pantas ia kirimkan untuknya. Setelah memikirkannya, segera ku ketik jawaban yang berusaha untuk tidak menyinggungnya.
Akan ku tunjukkan, [Name].
Datanglah ke taman nanti sore pukul 4.00
Jangan sampai terlambat.
Oke! Kutunggu perhatianmu!
Aku menggelengkan kepala, bingung kenapa masih bertahan berpacaran dengannya. Daripada memikirkan hal yang membuatku stress, lebih baik aku bersiap-siap untuk sore nanti.
Skiptime
Aku melangkahkan kaki pergi menuju taman, tangan kananku membawa tas yang berisi gitar di dalamnya. Ya, aku akan bernyanyi sebuah lagu untuknya, lagu bahwa aku selalu memberikan perhatian padanya walau ia tak melihat ataupun sadar sama sekali.
Kakiku berhenti melangkah, manik ruby menatap tajam ke arah taman. Aku melihat sesosok yang sangat kukenali, [Name] sedang duduk di bangku taman sambil bermain dengan ponselnya. Aku menarik napas lalu menghembuskannya sejenak, melanjutkan langkahku ke arahnya.
"[Name]...," panggilku saat berada tepat di depannya.
[Name], gadis itu langsung menatap ke arahku dengan berbinar. Manik [e/c] nya mengeluarkan sinar kebahagiaan begitu melihat diriku, dengan nada ceria ia menyambut panggilanku. "Halii!!!" sahutnya sambil memelukku. Aku balas pelukannya dengan tangan kiri mengelus punggungnya dengan lembut.
Setelah berpelukan, ia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan tatapan 'Aku menagih sikap perhatianmu' atau 'Mana sikap perhatian yang kamu janjikan padaku?'
"[Name] aku akan menyanyikan sebuah lagu untukmu, kuharap kau mengerti maksudnya."
Gadis itu mengangguk lalu segera duduk dengan rapi. Sedangkan aku mengeluarkan gitar dari tasnya, menyetel nada yang pas untuk aku bernyanyi. Setelah dirasa pas, aku mulai memetik dawai gitar membentuk sebuah melodi lagu.
[silakan putar lagu di atas]
Kadang ku kesal dengan sikapmu
Yang s'lalu bertanya mana perhatianku
Mungkin kau tak pernah merasakan
Apa yang kulakukan di setiap pengorbananku
[Name] terlihat serius mendengar aku bernyanyi, terlihat dari raut wajahnya. Aku tersenyum kecil melihatnya.
Mana ada aku cuek
Apalagi gak mikirin kamu
Tiap pagi malam ku s'lalu
Memikirkan kamu
Bukalah pintu hatimu
Agar kau tahu isi hatiku
Semua perjuanganku
Tertuju padamu
Aku terus memetik dawai gitar, menikmati alunan yang begitu harmoni di telinga. Aku berharap semoga [Name], gadis itu mengerti makna lagunya, mengerti bahwa aku selalu menyayanginya, perhatian padanya walau tindakanku tidak ia rasakan sama sekali.
Mana ada aku cuek
Apalagi gak mikirin kamu
Tiap pagi malam ku s'lalu
Memikirkan kamu
Bukalah pintu hatimu
Agar kau tahu isi hatiku
Semua perjuanganku
Tertuju padamu
Ho-oo-oo-ah, yeah
Ho-oo-oo
Ho-oo-oo-ah, yeah
Ho-oo-oo
[Name] perlahan menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang begitu manis. Ia terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya, menikmati lagu yang kubawakan. [Name] memejamkan matanya, tangan mungilnya ia tepuk-tepuk seperti memberikan applause pada penampilan sebuah konser.
Bukalah pintu hatimu
Agar kau tahu isi hatiku
Semua perjuanganku
Tertuju padamu
Aku berhenti memetik dawai gitar, membungkuk sebentar lalu tersenyum lembut. [Name] berdiri sambil bertepuk tangan, ia begitu ceria dan bahagia sekali.
"Kereenn!! Hali benar-benar keren! Ah aku tidak bisa percaya ini! Ternyata pacarku yang tsundere, dingin bisa bermain gitar dan bernyanyi dengan hebatnya!" pekik [Name] riang.
Aku sedikit merona mendengar pekikan [Name] dengan segera aku berdeham dan menyembunyikan rona kecil di pipi. "Terima kasih, [Name]."
[Name] membalasnya dengan anggukan, wajah cerianya masih terpancar. Aku tersenyum tipis melihatnya, ah sepertinya aku semakin menyayangi dan mencintainya. Namun, wajah cerianya berubah menjadi murung. Aku mengernyitkan dahi bingung, "[Name] ada apa?"
"Aku... minta maaf," lirihnya yang semakin membuatku bingung.
"Maaf?" beoku dibalas anggukan kecil darinya.
"Iya, maaf. Aku minta maaf telah menanyakan pertanyaan yang sama untukmu. 'Mana perhatianmu padaku? Kamu masih sayang tidak sih sama aku?' Aku... benar-benar minta maaf, Hali." [Name] menundukkan kepalanya, rambut [h/c] menutupi sebagian wajahnya.
Aku semakin tersenyum, dengan lembut ku pegang dagunya agar ia menatapku. Aku menatap manik [e/c] nya dengan lembut, senyumku masih terpatri di wajah.
"Aku maafkan kau, [Name]. Aku juga minta maaf telah bersikap dingin sehingga kau menganggapku tidak sayang denganmu," maafku sambil tersenyum.
[Name] angguk pelan, senyum manisnya mulai terpatri di wajah. Ku lepaskan dagunya, menatap penampilan yang begitu menggemaskan dan manis. Dress selutut dengan warna [f/c], rambut panjang berwarna [h/c] yang digerai membuatnya manis.
"[Name], kau terlihat manis." Wajahku yang merona tipis mengalihkan pandangan sambil menggaruk pipi, canggung.
"A-ah... te-terima kasih, Hali. Ka-kamu juga terlihat cool," puji [Name] gugup dengan wajah yang aku yakin merona.
Aku kembali menatap [Name] lalu mengulurkan tanganku padanya, terlihat ia kebingungan akan hal itu.
"Terimalah uluran tanganku, akan kubawa kau pergi ke suatu tempat. Sebagai bentuk perhatianku padamu," pintaku yang dibalas senyuman cerah darinya.
[Name] menerima uluran tanganku dan menggenggamnya dengan erat, aku mengambil tas yang sudah kumasukkan gitar ke dalamnya lalu mulai pergi meninggalkan taman menuju ke suatu tempat. Aku menghela napas lega, akhirnya [Name] mengerti bahwasannya aku selalu perhatian padanya walau ia tak menyadarinya sama sekali.
Di balik sikap cuekku, ada sifat perhatian yang selalu kuberikan padamu. Hanya saja kau harus peka akan hal-hal yang ku lakukan lewat tindakan sangat kecil dan hampir tidak dirasakan.
Boboiboy Halilintar
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top