Starlight

31 Desember, 2022
#prompt: Malam Tahun Baru

Type: Cerpen [705 kata]

Status: Xiran x Armando x Dominic from HHF series

***

Kau pernah bertanya kenapa aku sering memandang langit di malam hari dan menyukai bintang. Kala itu aku tidak bisa memberimu jawaban karena aku pun tidak tahu.

Bila sekarang kau ada di sini dan bertanya lagi, aku sudah punya jawabannya.

Di mana pun kau berada. Kau dan aku berada di bawah naungan langit dan melihat bintang yang sama. Bila kau melihat kemilau bintang paling terang di langit malam, ketahuilah bahwa saat itu aku mengingatmu.

Jadi, apa pun yang terjadi tersenyumlah karena kau adalah bintang untukku.

***

Ranko dan Armando memutuskan menghabiskan tahun di bawah tenda langit malam bertabur bintang. Mereka menyiapkan segala kebutuhan pesta akhir tahun dan dibawa ke taman terbuka di lantai dua.

"Jangan sampai gosong lagi!" Pesan yang lebih mirip perintah meluncur begitu saja dari mulut Ranko. Dirinya kesal karena satu bungkus marshmallow hangus dan tidak bisa dimakan.

"Iya, iya ...."

Armando mendapat tugas untuk memanggang marshmallow, sementara Ranko sibuk mencelupkan apel pada sepanci karamel. Seperti biasa, Xirina memaksa untuk membuat permen apel karamel. "Xiri, tolong batasi memakan ini. Ingatlah kau menumpang padaku!"

"Gigimu tetap saja akan rusak, cepat atau lambat. Jadi, apa bedanya?"

"Xiri ...!"

"Berisik." Ketidakpedulian Xirina dibuktikan dengan mengambil satu potongan apel karamel dan memaksa mulut Ranko untuk menguyahnya. "Bagaimana? Enak, kan?"

"Tidak!"

Armando hanya memerhatikan peperangan dalam satu tubuh. Untuk sesaat dirinya tidak bisa tertawa geli melihat tingkah sepupu dan makhluk astralnya.

"Paman Ryu, kau lihat mereka?" Armando memegang kalung.

Seketika senyum terbit di wajahnya akibat satu kesadaran lain telah bermanifestasi. "Ya. Terima kasih, Haruki."

"Ah ..., sudah lama sekali tidak ada yang memanggilku dengan nama itu, Paman Ryu." Haruki adalah nama yang disandangkan pada Armando sejak lahir oleh sang ibu.

"Dia ... sangat mirip dengan Shin."

"Ya, seperti hasil fotokopi. Sayang sekali dia hanya mewarisi sifatmu saja."

"Maksudmu, seorang gentleman?"

"Jangan membuatku tertawa, Paman Ryu. Untuk apa menjadi gentleman, tapi tidak bisa melindungi wanita yang kau cinta sepenuh hati, hah?"

Kepala Armando menunduk dalam. "Haru, tolong jaga dia untukku dan ... Shin." Ryu menghilang dan tidak menggunakan mulut Armando lagi.

"Hanya itu yang bisa kau lakukan? Selalu lari seperti pengecut, hah?" Armando mendongak dan menatap kerlip bintang yang paling terang. Seketika senyumnya berubah kecut. "Kenapa nasib keluarga ini selalu saja begini ...."

***

"Xiri ... kumohon, sudah ... gigiku tidak kuat lagi ...." Ranko mengelus-elus pipi, meski gelenyar ngilu berasal dari dalam rongga mulutnya.

"Iya, ini yang terakhir! Kita tidak boleh membuang-buang makanan, kan?" balas Xirina sambil melahap permen apel karamel terakhirnya.

"Ren, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Aku akan kembali ke sana dan ikut wajib militer."

"Umurmu saja belum tujuh belas, Yang Mulia Tuan Muda Ren," cibir Armando.

"Ck. Kalender kita berbeda berarti." Ranko malas menjelaskan pada Armando, lagipula tidak mungkin sepupunya tidak tahu mengenai perhitungan usia dari negara ibunya berasal.

"Kenapa tidak ditunda, Ren?"

"Untuk apa? Toh, cepat atau lambat aku harus menunaikan kewajibanku. Besok atau berapa tahun lagi, apa bedanya? Bukankah semakin cepat, semakin baik?"

"Ran hanya mencari pelarian supaya tidak memikirkan Dom. Itulah alasan sebenarnya."

"Kenapa kau terdengar seperti baru diputuskan seseorang. Siapa namanya, Dominic Dawson?"

"Ya, karena Ran aku tidak bisa menghabiskan tahun ini bersama Dom!"

"Diamlah. Kalian membuatku pusing!"

Armando berdiri dan merangkul bahu Ranko. "Kalian berdua, say cheese ...!"

Bertepatan dengan lampu blitz menyala, kembang api meluncur dan meledak di angkasa, menciptakan bunga api aneka warna yang berpencar.

***

Di tempat lain, Dominic menatap langit luas yang bertaburan bunga api raksasa. Dentuman demi dentuman membahana, berbagai cahaya dan warna silih berganti menghiasi langit malam yang cerah, tapi suram untuknya.

Tahun lalu, ia bersama Ranko masih bisa menikmati pesta kembang api untuk menyambut pergantian tahun dengan meriah. Namun, tahun ini ... meski para pengunjung yang berjejal di tepi danau lebih dari cukup untuk memberitahu dirinya tidak sendiri, tetap saja ada yang hilang.

Tidak ada tepuk tangan ala penguin atau singa laut seperti di pertunjukan wahana air yang pernah mereka datangi. Tidak ada sorakan bising yang membuat si pemilik serak setelahnya. Tidak ada yang memintanya meminjamkan bahu untuk dinaiki dalam sebuah konser dari musisi kesayangan. Tidak ada yang merengek dibelikan permen apel karamel. Tidak ada yang mengajaknya menyalakan kembang api dan berpura-pura saling lempar matra sihir.

Dominic dan Ranko memang berdiri di tempat yang berbeda. Namun, keduanya menatap langit dan kerlip bintang paling terang memanggil seulas senyum di wajah mereka.

"Selamat Tahun Baru!"

- The End -

Note: Prompt untuk event Denting bulan Desember yang diadakan oleh Blackpandora_Club telah berakhir dan berakhir pula challenge menulis harian ini. Terima kasih untuk yang yang sudah membaca, komen, dan memberi vote. Sampai jumpa di lain kesempatan.

Hiya, hiya. Ini juga akan menjadi tulisan saia yang terakhir di tahun 2022 ini. Akhir kata, SELAMAT TAHUN BARU!!! Semoga resolusi kalian yang belum tercapai tahun ini bisa ditumpuk ke tahun 2023 (biar makin banyak tuh PE ER), tentunya dengan resolusi yang lebih keren lagi pastinya. Tahun Baru, semangat baru, nasib baru, ga jomlo lagi ✌😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top