Before Ragnarök

30 Maret, 2024

#prompt: Terjebak bersama MC favorit
#monthly writing (February) for Blackpandora_Club

Type: Cerpen (fantasi) min. 500 kata [811 kata]

Status: Aku x MC God of War [Kratos, Atreus, Mimir, Huldra Bros]

***

Selesai ....

Aku menangis untuk melampiaskan rasa frustrasi sekaligus lega setelah berhasil menamatkan permainan yang baru kubeli setelah diskon besar. Sejak kemunculannya pada tahun 2018, aku selalu menunggu permainan ini akan pindah ke PC suatu hari nanti. Ya, setelah menunggu enam tahun, akhirnya kesampaian juga wishlist yang satu ini.

Aku mengakhiri perjalanan--terkutuk atau berkah, entahlah--bersama Kratos dan Atreus. Kami telah mencapai puncak gunung tertinggi di Jötunheim untuk menebar abu dari Faye, seorang Jötunn atau giant. Wanita pemilik asli dari kapak bernama Leviathan Axe ini merupakan guardian giant terakhir yang ada di Midgard. Peperangan dengan para dewa Aesir yang tinggal di Asgard menjadi salah satu penyebab bangsa giant menjadi langka dan sulit dijumpai.

Dari titik inilah tersingkap alasan bocah lelaki yang bertualang bersama Kratos tidak menyandang nama Loki. Istri Kratos sepakat dengan suaminya untuk meminjam nama seorang prajurit Sparta, Atreus, sebagai nama putra mereka. Ya, aku sudah tahu, tapi mekanisme permainan selalu menghilangkan suaraku sewaktu mencoba membeberkan seluruh pengetahuan tentang dunia yang lahir dari Studio Santa Monica ini. Mungkin efeknya mirip dengan apa yang dilakukan oleh Freya terhadap kepala Mimir yang tergantung di pinggang Kratos.

Setidaknya Mimir sadar dan tahu siapa si Dewa Perang dari pantheon Yunani yang tinggal sejarah. Apa lagi? Yunani sudah totally wiped out karena ulah Kratos. Pelajaran berharga bagi para dewa-dewi untuk berhenti bermain-main dengan nasib para mortal atau Kratos akan datang.

Jangan sampai dia muncul dengan Blade of Chaos tergenggam dan berkata, "Dengan kekuatan Kratos, akan menghukummu."

Aku tidak akan membahas duo bapak dan anak yang secara tidak langsung memulai Ragnarök ini, tapi mengapa aku bisa masuk ke dunia mereka!

***

Menamatkan alur utama saja tidak bisa dianggap sebuah pencapaian besar karena sebagaimana sebuah permainan yang banyak side quest, aku bertekad untuk mendapatkan hasil 100%. Jadi, sebelum menapaki puncak gunung di realm para giant alias Jötnar menuntun Kratos dan Atreus kembali ke Midgard untuk melengkapi misi lain.

Salah satu misinya adalah realm tear yang berbentuk seperti lubang yang melayang-layang di banyak tempat. Ketika Kratos mengulurkan tangan ke dalam lubang ini, ia bisa menarik sesuatu yang berguna. Namun, yang ditarik keluar pertama kali pastilah musuh dari realm lain. Jenis mereka beragam dan auh lebih kuat daripada musuh yang pada umumnya dihadapi. Ini bisa dilihat dari warna di atas kepala mereka.

Apa jadinya kalau realm tear tersebut tehubung dehgan realm di luar sembilan realm? Sial. Sudah, satu kata ini mewakili apa yang kualami.

Sewaktu menekan 'E' pada papan ketik, aku melihat  tangan Kratos terulur ke dalam realm tear di salah satu tempat yang pernah menjadi perkemahan para dwarf. Ok, saatnya siaga dan menyiapkan strategi untuk musuh apa pun yang akan ditarik tangan besar nan kekar pria berkepala plontos dan bertato merah ini.

Sudah banyak realm tear yang tertutup dan aman-aman saja hingga terjadi sesuatu di luar nalar dan absurd. Seabsurd Sadako yang merangkak keluar dari televisi.

***

Yang ini kelihatan berbeda," ujar seseorang. Suaranya khas bocah lelaki berusia 11 atau 12 tahun.

"Apa dia mati?" timpal yang lain. Kalau yang ini, aku yakin milik orang dewasa. "Senjatanya aneh, berhati-hatilah, jangan sampai terkecoh dengan penampilannya, Brother."

"Aku tahu."

Pemilik suara yang menjawab singkat juga tidak asing di telingaku. Hanya saja, ada yang lebih penting daripada main tebak-tebakan pemilik suara yang entah sedang membahas apa.

Berjinjit di ujung jempol tanpa pijakan sama sekali tidak membuatku setara dengan seorang pebalet. Yang ada aku justru kesulitan bernapas akibat sesuatu menjerat leherku. Jangan-jangan inilah penyebab kenapa kesadaranku timbul tenggelam setelah tangan seseorang tiba-tiba muncul di layar komputer dan menarikku.

Terdengar gila, tapi memang inilah yang kualami. Dahiku terbentur layar komputer. Cengkeraman pada kerah baju tidak juga mengendur meski sempat kugigit, bahkan semakin erat. Pipiku sampai menempel pada permukaan datar yang sekarang hitam total. Semoga saja tidak rusak.

Pertarunganku dihahisi oleh suatu tarikan kasar bertenaga besar. Sensasi berputar-putar dalam spiral tanpa ujung, seakan memilin jiwaku. Mungkinkah aku akan berakhir memiliki tubuh yang terpilin seperti rumah siput?

"Mimir, kau tahu itu makhluk apa? Di catatanku, aku tidak menemukan pernah mencatat Hel-walker sepertinya."

Aku tersentak. Sinar matahari langsung menusuk mata hingga harus kupejamkan kembali sambil menunduk. Namun, sepersekian detik, indra penglihatan ini menangkap sosok berkepala botak licin, berjanggut tebal, dan tato merah di salah satu sisi kepala.

"Kra-Kratos?!"

"Wooow, Brother. Mungkin ini saatnya kau melepasnya dulu?"

"Aku setuju dengan Mimir, Ayah."

Ketiga orang ini dikagetkan oleh kemunculan duo dwarf yang dikenal sebagai Huldra Brothers, Brok dan Sindri.

"Benda apa itu?" tanya Brok sambil menunjuk pada joystick di tanganku. Matanya dipenuhi rasa antusias yang meluap-luap.

Sambil terduduk dan  terbatuk-batuk, aku menjelaskan perihal benda yang kupakai untuk mengontrol Kratos selama permainan.

"Dugaanku benar, Brother. Senjatanya lebih mematikan daripada dua senjatamu dan palu Mjölnir milik Thor."

"Ya. Magick yang menguar berasal dari realm asing, bukan dari sembilan realm kita. Kau dari mana, piece of turd?"

"Indonesiaheim," jawabku asal sebelum segalanya buyar.

Kuharap ketika bangun, mimpi buruk ini berakhir.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top