Bab 3
Caleste membaca buku di tangannya dengan seksama. Ada beberapa hal yang baru ia ketahui tentang darah emas. Benda yang setiap minggunya dikirim oleh istana pada seluruh bangsawan. Ada beberapa obat yang hanya bisa dibuat menggunakan darah emas. Seperti obat regenerasi tubuh dan penghentian penuaan.
Itu sedikit menakutkan untuk Caleste. Membayangkan tubuhnya yang terpotong, kembali tumbuh. Atau saat mengetahui jika orang yang ia ajak bicara adalah lelaki tua bau tanah yang telah menghentikan penuaan pada tubuhnya.
Dari catatan sejarah, Leira bukanlah sebuah nama melainkan sebutan untuk pemilik darah emas. Sebelum Leira yang ia kenal, ada beberapa Leira yang telah hidup lima puluh tahun lalu. Namun mati mengenaskan karena darahnya di peras dengan membabi buta, untuk kepentingan peperangan.
Darah emas juga digunakan sebagai obat untuk kutukan kematian. Namun darah yang dibutuhkan harus benar-benar banyak, untuk dicampurkan kedalam bak mandi berisi air suci. Atau dengan kata lain, menukar kehidupan pemilik darah emas dengan orang yang terkena kutukan.
Inkarsia telah membuat banyak varian obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, yang berbahan dasar darah emas. Ada juga racun yang digunakan sebagai senjata saat peperangan dua tahun lalu. Hanya sedikit goresan dan lawan akan langsung mati setelah tiga kali tarikan nafas.
Caleste ingat tentang racun itu. Ia menolak memakainya, karena terlalu beresiko untuk ikut terkena. Ia lebih memilih memotong langsung kepala lawannya dibandingkan menggunakan racun.
"Itu menjijikkan, aku baru tahu tentang hal ini." Caleste membuka halaman selanjutnya.
Darah emas saat ini digunakan sebagai obat-obatan dan pencegah penuaan usianya. Lebih seperti mencoba untuk membuat manusia abadi.
"Bukankah penggunaan darah emas untuk membuat seseorang abadi, menentang hukum alam dan Dewi yang berlaku? Apa orang-orang tidak takut suatu saat mereka mendapatkan hukuman dari mereka?"
"Saya rasa tidak akan ada hal seperti itu. Orang seperti Anda saja tidak kunjung mendapatkan hukuman." Alberto menjawabnya dengan senyuman.
"Kau benar. Tapi tetap saja itu menjijikkan. Orang-orang meraih kehidupan abadi, sedangkan ada Leira yang menanggung rasa sakit karena darahnya terus diambil."
"Sejak kapan anda mulai peduli pada hal-hal seperti ini?"
"Aku memang selalu sepeduli ini." Caleste mendengus. Ia kembali melanjutkan membaca buku yang telah ia pinjam dari istana.
Ada beberapa catatan yang mengatakan jika Leira selalu ditakdirkan untuk menjadi pelindung umat manusia. Tidak peduli bagaimana keadaan dunia, ia harus menyerahkan jiwa dan tubuhnya untuk melayani umat manusia.
Dan secara kebetulan juga, semua anak yang terkahir dengan darah emas memiliki hati yang lembut. Jiwa mereka suci karena kekuatan Dewi mengalir ditubuh mereka. Tidak peduli apapun yang manusia lakukan padanya, Leira akan selalu memberikan toleransi dan memberikan pengampunan.
Ah, itu alasannya.
'Semua Leira terlahir dengan rambut hitam, mata biru dan kulit yang putih pucat. Namun seiring berjalannya waktu, rambut mereka akan berubah menjadi putih karena berbagai hal.
Seratus tahun lalu, Leira yang hidup sampai usia dua puluh tujuh tahun tercatat sebagai Leira paling tua yang pernah ada. Alasan kematiannya adalah bunuh diri dengan melompat ke kawah gunung berapi, setelah sebelumnya mengalami stress berat karena anaknya terbunuh dengan kejam.'
Mengerikan.
Keserakahan manusia bahkan mampu membunuh Leira yang terlahir dengan jiwa suci, putus asa akan hidup mereka.
Jika orang-orang ingin hidup dengan tubuh muda atau menumbuhkan kembali bagian tubuh yang terpotong, ada beberapa cara yang dapat dilakukan tanpa menginjak kehidupan makhluk lain.
Ksatria yang telah melewati dinding kesadaran manusia, memiliki kekuatan yang mampu menunda penuaan yang terjadi pada tubuh mereka. Namun tantangan untuk melewati dinding itu, benar-benar sulit. Hanya situasi yang mengancam nyawa yang mampu menjadi pendorong untuk melewati dinding itu.
Pendeta suci agung yang telah hidup ratusan tahun, memiliki energi suci yang melimpah sampai-sampai bisa menumbuhkan kembali bagian tubuh yang terpotong—selama bukan kepala.
Namun saat ini, bangsawan dengan mudah mendapatkan tubuh abadi dan kekuatan yang dihasilkan oleh darah emas.
"Ngomong-ngomong, Anda terlihat tertarik dengan darah emas belakangan. Anda menyukai Nona Leira yang ada di istana?" Alberto bertanya tepat sasaran.
Caleste menghentikan gerakan tangannya. Ia memutar kepalanya, mengulas senyum yang sangat Alberto kenali.
"Apa yang ada di kepala mu, ada jawabannya."
Alberto mengangguk paham.
"Ngomong-ngomong, carikan aku seekor kucing."
"Untuk apa?"
"Kau terlalu banyak tanya, carikan saja!"
Alberto menaikkan sebelah alisnya bingung. Yang ia ingat, Caleste dan kucing adalah musuh bebuyutan. Tuannya membenci kucing, sejak pertama kali ibunya membawa hewan itu kedalam hidup tuannya.
Mungkin bukan hanya manusia saja yang menyadari keanehan Caleste, kucing juga memiliki kepekaan yang hebat. Hewan itu mencakar lengan Caleste dengan kejam saat ia berusaha mengelusnya. Bekas cakaran itu benar-benar panjang dan mengerikan.
Alberto ingat bagaimana wajah Caleste saat kecil yang terkejut sebelum akhirnya menangis, dan berguling-guling di tanah. Anak itu berhenti tiga puluh menit kemudian saat sadar jika tingkahnya benar-benar memalukan. Dengan baju yang kotor oleh tanah, Caleste kecil melarikan diri ke kamarnya. Meninggalkan ibunya yang masih terpaku melihat putra semata wayangnya bertingkah sehisteris itu.
"Hah, baiklah." Kembali dari kenangan masa lalu, Alberto hanya mampu mengiyakan keinginan Caleste.
***
Leira tidak pernah memiliki sebuah kesibukan menyenangkan setelah ia menjadi pemilik darah emas. Kehidupannya monoton dan menyakitkan. Satu-satunya hal yang sering ia lakukan adalah membaca dan berjalan-jalan di sekitar istana. Hal yang paling Leira inginkan adalah berkeliling pasar seharian, atau mati dengan segera.
"Salam kepada Bintang Inkarsia." Leira menunduk pada wanita dihadapannya. Hari ini Leira berjalan-jalan disekitar istana sendirian, agar tubuhnya tidak terlalu kaku. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Putri Inkarsia, sekaligus tokoh utama perempuan dalam novel.
"Leira, kebetulan sekali kita bertemu disini. Mau berjalan bersama?" Hellen, menawarkan dengan senyum ramah. Beberapa pelayan yang berdiri di belakangnya menatap Leira dengan permusuhan.
"Sebuah kehormatan bagi saya." Menolak tawaran keluarga kerajaan merupakan hal yang tidak sopan. Leira sedang malas mencari masalah dengan orang-orang seperti mereka.
Leira berjalan berdampingan dengan Hellen. Meskipun tubuhnya lemah dan mudah sakit, Leira cukup tinggi untuk kebanyakan perempuan. Ia bisa menyamai tinggi badan Helena yang memiliki tubuh sehat.
"Aku jarang melihatmu akhir-akhir ini, apa semuanya baik-baik saja?"
"Sejujurnya saya tidak pernah benar-benar memiliki hari baik, saya selalu sakit setiap harinya."
Leira yang berjalan berdampingan dengan Hellen, terlihat benar-benar mencolok. Diantara kemewahan dan warna cerah yang Hellen pakai, benar-benar membanting penampilan Leira yang hanya menggunakan gaun putih polos. Di lengannya hanya ada sebuah perban yang melingkar di sepanjang pergelangan tangan dan lehernya, bukannya sebuah perhiasan permata yang langka
"Yah, tidak jauh berbeda denganku."
Leira hanya menghela nafas. Hellen terlahir dari seorang penyihir kuat, tubuhnya di aliri oleh mana yang melimpah. Namun karena kekuatannya, Hellen sering mendapatkan kiriman pembunuh bayaran dari saudaranya. Hellen dianggap sebagai penghalang oleh saudara laki-lakinya. Kehidupannya tidak lebih bagus dari Leira.
"Setidaknya anda terlihat jauh lebih sehat dibandingkan saya. Tidak seperti saya." Leira bergumam pelan. Ia baru saja sembuh dari demam tinggi semalam.
"Aku harus selalu sehat, agar tidak menjadi wanita lemah yang hanya bisa pasrah dengan keadaan." Nadanya sinis dan penuh kebencian.
Sejujurnya, Leira sudah tahu sejak bertahun-tahun lalu. Hellen membenci eksistensi Leira di istana, yang menjadi prioritas raja dan bangsawan. Orang-orang mengabaikan keberadaannya sejak kemunculan Leira yang dikenal orang sebagai pemilik darah emas.
Di dalam novel, Hellen berkali-kali tersingkir dan gagal karena keberadaan darah emas lebih penting dibandingkan bakat alami yang hebat sepertinya. Leira yang hanya tampil di publik saat acara keagamaan saja selalu menjadi pusat perhatian karena penampilannya selalu terlihat agung dan suci.
Meskipun Leira dalam novel bukan karakter antagonis, Hellen memiliki dendam pribadi padanya sejak keci.
"Itu terdengar menyenangkan." Hanya itu yang bisa Leira ucapkan.
Meskipun sebenarnya ada beberapa makian yang ingin ia ucapkan seperti;. Jalang menyebalkan, wanita berhati dengki, kau jelek menjauh dariku! Silahkan bicara dengan kakiku, mulutmu bau jadi jangan bicara padaku.
Leira memiliki hati yang cukup lapang, untuk tidak memuntahkan semua makiannya.
"Tapi meskipun begitu, wanita lemah terkadang lebih disukai oleh laki-laki. Mereka terlihat manis dan cantik." Leira bersenandung. Di dalam novel ini, ia menyadari jika tokoh utama perempuan tidak lebih cantik karakter sampingan lainnya.
"Omong kosong, tidak semua laki-laki seperti itu." Hellen mendengus.
"Tapi yang seperti itu, sudah pasti laki-laki."
"Laki-laki juga menyukai wanita tanpa cacat ditubuhnya, mereka membenci melihat bekas luka. Kau bisa melanjutkan perjalanan mu sendiri." Mata Hellen memindai tubuh Leira, sebelumnya akhirnya mendengus dan pergi meninggalkan Leira.
Ah, ya. Itu sering terjadi pada Leira. Ia menjulurkan tangannya, menatap penampilan mereka yang tertutup oleh perban. Saat kain itu dibuka, akan ada banyak bekas luka mengerikan yang tidak kunjung hilang. Laki-laki memang tidak akan menyukai sesuatu yang cacat.
"Setidaknya aku masih lebih cantik dari orang-orang."
Leira melanjutkan jalan-jalannya di istana dengan suasana hati yang ringan. Matahari pagi benar-benar cocok untuk tubuhnya. Rasanya ia ingin berguling-guling di bawah sinar matahari pagi. Hangat dan menenangkan.
Leira menjatuhkan tubuhnya ke atas rumput dibawah sinar matahari, di taman yang sering ia kunjungi. Leira benar-benar menyukai cuaca dan suhu hari ini.
Untuk sesaat, kantuk menyerangnya. Leira menatap sekitar. Ini adalah taman yang hampir tidak pernah dikunjungi, karena terletak jauh dari bangunan utama istana. Selain itu juga, posisi taman yang tersembunyi membuat orang-orang hampir tidak mengetahui istana bagian ini.
Leira beringsut mendekati sebuah pohon besar. Ia berniat untuk tidur sebentar. Saat tidur Leira harus memastikan tidak akan ada orang yang dapat melihatnya. Ia sedikit malu dengan posisinya tidur, jika seseorang melihatnya.
Tidak butuh waktu lama untuk Leira jatuh tertidur. Mimpi dengan cepat mengambil alih kesadarannya.
Entah hanya Leira yang benar-benar sadar, atau mimpi yang ia alami benar-benar nyata. Lelaki tinggi dengan senyum menawan itu membelai rambutnya dengan lembut, membisikkan serangkaian kalimat manis yang begitu memikat.
"Tidak peduli kemana dan dimana kau lahir, jiwaku akan selalu mengikuti mu dan kembali jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya."
***
Thanks yang udah mampir<3
Selamat berlibur!
See u next chapter╰(⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)╯
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top