How These Three Met

"Sometimes I'll start a sentence and I don't even know  where it's going. I just hope I find it along the way" - Michael Scott

***

Ranti bertemu Salsa dan Alva saat SMA. Dulu, Salsa adalah teman sebangku Ranti. Awalnya pertemanan mereka hanyalah sebatas tukeran PR, selfie bareng, dan ngobrol basa-basi di kelas saja.

Suatu hari Ranti menemukan Salsa sedang menangis. Ranti tidak begitu dekat, tidak juga tahu harus berbuat apa, tapi dia menghampiri Salsa. Tidak menanyakan kenapa, dia hanya duduk di sebelah Salsa dan memastikan keberadaannya kalau-kalau Salsa butuh cerita.

Tanpa ditanya Salsa pun mencurahkan segala isi hatinya. Salsa baru putus. Berkali-kali Salsa mengatai dirinya sendiri, merasa bodoh karena mudah percaya sama cowo. Ranti diam dan terus mendengarkan Salsa menumpahkan isi hatinya. Sampai Salsa tidak lagi bicara dan hanya terisak, barulah Ranti bersuara.

"Gue orangnya paling takut kalo naksir cowo." Salsa memelankan tangisnya dan mulai mendengar Ranti. Ranti tersenyum padanya.

"Gue ngga percaya sama perasaan gue sendiri. Gue juga ngga percaya sama cowo yang gue suka." Tangis Salsa sudah berhenti sama sekali, kini ia penasaran akan apa yang sedang diutarakan Ranti.

"Kalo boleh jujur gue salut sama lo. Menurut gue lo hebat, bisa berani percaya sama orang padahal abis disakitin. Percaya itu susah loh. Jadi jangan ngatain diri sendiri gitu lah, Sal." Ucapan Ranti itu membuat Salsa tertawa. Saat itu juga rasanya kesedihannya terangkat.

"Iya yah, ngapain juga gue ngatain diri sendiri. Bukan gue yang bego, tapi si Aldi! Terus Beno, Alan, Gilang, Rendy ..."

"Kok lo jadi pamer mantan sih, Sa? Gue kan ngga pernah pacaran. Tega amat," Ranti yang tadinya berwajah meneduhkan dan menenangkan langsung berubah memelas.

"Hah?! Lo ngga pernah pacaran?!?!" Tanya Salsa kaget. Kentara sekali di pergaulannya dia tidak pernah mengenal teman yang belum pernah pacaran.

"Eh biasa aja kali! Pacaran tuh bukan kewajibaaann ..." Jawab Ranti sewot.

"Ya tapi mupeng kan pas tau gue punya banyak mantan? Udah santai aja, nanti gue kenalin ke temen gue deh!" Kata Salsa pada Ranti seolah hal ini adalah hal yang darurat. Salsa pun sudah lupa total pada kesedihannya.

"Ngga perluuuu ... gue ngga mau pacaran dijodoh-jodohin gituuu ..." Ranti pun jadi salah tingkah.

Setelah hari itu Ranti dan Salsa seperti tak terpisahkan. Mereka gabung OSIS bareng, nongkrong bareng, sampai ke toilet pun bareng. Salsa sering mengajak Ranti kemanapun dia pergi dan Ranti asik-asik saja mengikuti. Menurut Ranti, Salsa itu teman yang baik dan seru diajak ngobrol. Ranti mau meracau soal pelajaran, film, kepengurusan OSIS, sampai pertanyaan-pertanyaan random seperti 'kenapa kita lebih gampang ngitung mundur daripada ngeja alfabet dari Z ke A?' pasti diladeni oleh Salsa. 

Saat mereka naik kelas 11 dan Salsa sudah punya pacar baru, Salsa pun masih suka mengajak Ranti jalan bareng kemanapun dia mau nongkrong. Jadi mereka jalan bertigaan. Ranti selalu jadi obat nyamuk. Tapi Ranti juga selalu saja mengiyakan ajakan Salsa.

***

"Ayo dong, Raaaannn ..."

"Aduh, gue kan udah pernah bilang gue ngga suka yang begituan."

"Mana tau suka apa ngga, kan belom dicoba."

"Ya justru itu, kenapa harus dicoba?"

"Biar tau suka apa ngga laaah ... Kenapa sih, Ran, lo anti banget pacaran?"

"Ngga anti banget, Sa ..."

"Tapi?"

"... gue cuma ngga mau ngerasa kalo gue harus pacaran biar happy. Gue itu udah happy biarpun jomblo. Makanya lo ngga usah maksa deh."

"Ih, gue ngga maksa lo pacaran. Cuma kenalan aja, kalo ngga suka ya ngga apa-apa. Anaknya baik kok," Salsa nyengir. 15 menit sudah dia berusaha meyakinkan Ranti dan masih belum menampakkan hasil. Ranti memicingkan mata curiga. Mengingat definisi cowo baik bagi Salsa itu amat luas, Ranti merasa tidak percaya.

"Ini temen sekelasnya Rekha, Ran. Anak baik-baik kok ..." Salsa kembali membujuk Ranti.

"Si Rekha kok tiba-tiba mau ngenalin temennya ke gue?"

"Ya ngga apa-apa dong, justru bagus. Nanti kita bisa double date katanya."

"Ah, bilang aja Rekha bete gue ngintilin lo berdua pacaran melulu. Tuh Sa, udah gue bilang lo kalo pacaran berdua aja sana! Ending-endingnya jadi gue deh yang kena..."

"Apaan sih, Raaaan ... ngga ada hubungannya kaliii ... kalo berdua doang mana asik pas gue mau shopping??" Kata Salsa merajuk.

"Dia yang sering pacaran kok dia juga yang 'oon soal pacaran sih?" Batin Ranti.

"Coba kenalan dulu dong, Ran ... namanya Alva. Vokalis band. Lo juga suka nyanyi kan? Lumayan deh tuh kalian bisa duet bareng. Kalo ngga suka ya temenan aja bisa dooong ... yah? Yah?" Salsa makin gencar membujuk.

"Duuuh, yaudah iya deh!" Ranti akhirnya menyerah. Paling susah menghindari Salsa kalau sudah bawel dan rewel begini. Mending diikuti saja maunya. Salsa pun tersenyum lebar penuh kepuasan.

"Lagian kan belom tentu juga cowonya suka sama gue," pikir Ranti ringan.

***

Seminggu sudah Ranti berkenalan dengan Alva dan diajak double date secara paksa oleh Salsa. Herannya, Alva selalu tampak santai dan senang diajak nge-date bareng. Padahal Ranti ragu kalau Alva beneran suka padanya.

Keraguan Ranti pun berganti menjadi keyakinan ketika dalam dua hari terakhir dia sering menangkap Alva mencuri-curi pandang ke arah Sofia saat mereka nongkrong di kantin pada jam istirahat.

Ranti tersenyum puas. Alva itu suka banget ngegombal. Seminggu ini pun tiap ketemu pasti Ranti tidak pernah absen digombali. Itu adalah cara Alva untuk menghidupkan suasana. Gombalannya bukan tipe flirty ala player melainkan tipe celetukan ala pelawak. Ranti dan Salsa pasti tertawa kalau celetukan gombal Alva sudah keluar. Dia seperti perpaduan Sule yang jago nyeletuk dan Deny Cagur yang jago ngegombal. Ranti ingat saat mereka baru kenalan di kantin.

"Yah ... es teh gue abis," sahut Ranti saat dia sedang makan bareng Alva, Salsa dan Rekha di kantin.

"Tapi cinta aku ke kamu ngga akan abis kok," tanpa sebab dan tanpa akibat, Alva tiba-tiba ngegombal dan membuat tiga orang lainnya tertawa terbahak-bahak.

"Maksudnya gue masih aus tau, Va." Balas Ranti setelah puas ketawa.

"Mau gue siramin dengan kasih sayang?" Jawab Alva lagi yang spontan
membuat tawa ketiga temannya itu meledak lagi.

"Yang kayak gini kok lo jodohin ke gue sih, Sal??" Bisik Ranti pada Salsa saat Alva dan Rekha mengobrol.

"Kenapa, lo ngga suka?" Bisik Salsa balik.

"Suka ... tapi suka ngetawainnya. Kalo gini kan jadi gue yang diketawain." Jawab Ranti cepat sebelum Rekha dan Alva curiga.

Itu seminggu lalu. Hari itu Ranti akhirnya punya kesempatan untuk bebas berteman dengan Alva tanpa risih merasa kalau dirinya sedang didekati.

"Va, lo ngapain sih di sini sama gue?" Tanya Ranti pada Alva saat Salsa dan Rekha pergi membeli minuman.

"Kenapa emang, Ran? Ngga boleh ya deket sama cewe semanis lo?" Jawab Alva.

"Hahahaaa ... eneg lo, Va! Udahlah ... cuma kita berdua di sini. Ngaku aja, lo lebih milih di sini sama gue atau nyamperin Sofia di seberang sana?" Tanya Ranti jahil.

"Apaan sih, Ran. Ngga lah, mata gue cuma ngeliat lo kok." Alva berusaha mengelak. Ranti mulai mual lagi dengar gombalan Alva, jadi dia tidak tertawa dan buru-buru menyampaikan poinnya.

"Va, serius deh, gue ngerti kok lo ngga enak sama Salsa dan Rekha yang udah sok-sok nyomblangin kita. Tapi jangan bego juga. Tuh liat Sofia, dari tadi juga dikit-dikit ngeliatin lo. Dia nyadar kali lo suka merhatiin dia."

"Hahahahaa ... ngga lah, gue seneng beneran kok deket sama lo."

"Oh iya gue tau, gue anaknya emang asik. Tapi bukan berarti lo mau jadi cowo gue kan?"

"Hemm ..." Alva nampak bingung menjawab. Ranti menebak mungkin Alva takut kalau pertanyaannya itu hanya pancingan.

"Udah tenang aja, gue juga cuma nganggep lo temen. Mending kita temenan aja dan lo kejar cewe yang beneran lo suka." Kata Ranti meyakinkan Alva.

"Ran ..."

"Udah sanaaa ... daripada liat-liatan doang lo berdua."

"Thanks ya, Ran. You're the best!" Alva pun beranjak dan Ranti menepuk pundaknya untuk memberi semangat. Alva pun langsung menyebrangi kantin, menghampiri perempuan cantik dengan gerak-gerik yang lembut. Dalam hati Ranti malu juga sempat berpikir Alva bisa benaran suka padanya. Anak gaul seperti Alva pasti seleranya ya seperti Salsa dan Sofia begitu; cantik sekali lirik.

"Lah, Alva mana?" Tanya Rekha membuyarkan lamunan Ranti.

"Nyamperin calon bini tuh," jawab Ranti sambil mengarahkan mata Salsa dan Rekha ke arah Alva yang sudah tertawa-tawa bersama Sofia.

"Lah, gimana sih?!" Kata Rekha.

"Elo yang gimana. Katanya temen, tapi selera cewenya aja ngga tau. Dasar ..." jawab Ranti membela Alva.

"Yaaah ... sorry ya, Ran," Salsa memandang Ranti dengan eajah menyesal.

"Hahahaa ... santaaaiii, gue juga ngga suka sama dia. Mending temenan deh," kata Ranti mengulang apa yang dia ucapkan ke Alva tadi. Sekilas dia melihat Alva yang ternyata sedang melirik ke arahnya. Ranti tersenyum seperti menyemangati dan Alva membalas senyumnya.

Sejak saat itu, Alva pun menjadi satu-satunya laki-laki yang sangat dekat dengan Ranti. Dia menjadi satu-satunya sahabat laki-laki Ranti.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top