9. CRUSH HOUR
Dari segi usia, Seda Dactari memang bukan 'kakek tua' seperti yang Odessa nyatakan di dalam hatinya. Seda jelas dewasa, tak terlalu tua dari segi usia bagi Odessa. Hanya saja Odessa ingin memberi cap pada pria itu sebagai yang lebih tua darinya. Sebab sikap kaku yang Seda miliki itu.
"Enak nggak, Des?"
Sedari tadi Odessa menutup mulutnya dengan punggung tangan kanannya dan posisi kepala yang tidak bisa diam di satu titik karena Seda sibuk 'mengeksploitasi' diri Odessa di bawah sana.
Kaki Odessa dilebarkan, ditekuk sedemikian rupa hingga rasanya udara yang berembus di kamar mereka merasuk ke dalam kewanitaan Odessa karena begitu lebar dirinya terbuka untuk sang suami.
"Uhm, iya."
Untung saja Odessa tidak menolak ajakan cheating day bersama suaminya tadi. Karena ternyata Seda memberikan daya bercinta yang berbeda malam ini. Jika biasanya pria itu akan grubak grubuk langsung main pada intinya saja, maka malam ini Seda memberikan servis yang sangat menakjubkan untuk Odessa. Sedari tadi lidah dan jemari Seda membuat kepala Odessa pening bukan main. Dia merasa diayun dari tempat tinggi, lalu efeknya membuat ngilu dari perut hingga dada. Mengerti, kan?
"Mmmh-mas ... ah."
Odessa menjerat rambut suaminya dalam kepalan tangan. Antara ingin menarik kepala pria itu atau menekannya semakin dalam. Odessa tidak tahu mana yang ia mau sekarang ini. Rasanya Odessa ingin mengeluarkan sesuatu, tapi takut.
"Mas, lepas dulu. Aku ... ah, aku pengen pipis."
Seda seperti menulikan pendengarannya. Dia tahu Odessa memohon, tapi tak diberikannya begitu saja. Pria itu tahu bahwa yang dimaksud oleh istrinya adalah 'pipis' versi lain. Sangat baru bagi mereka mendapati Odessa yang begini. Biasanya memang Seda tidak menggunakan foreplay apalah itu karena menurutnya memakan waktu. Seda takut mereka akan langsung tertidur ditengah pemanasan karena waktu bercinta mereka memang tak dilakukan diwaktu yang tepat.
"Kalo kamu pulang cepet gini terus, aku bisa bikin kamu pipis terus, Des. Lihat kamu yang meledak, ekspresi kamu seksi banget. Aku belum pernah lihat kamu begitu sebelumnya."
Masih dengan napas terengah, Odessa membalas suaminya. "Ya, karena kamu juga main hajar aja, Mas! Aku juga baru tahu pipis yang tipe begini. Aku kira aku nggak bisa, kukira kamu aja yang bisa muncrat."
Seda menaikkan wajahnya untuk mengulum bibir Odessa. Rangkulan tangan istrinya otomatis tercipta dan mengalungi leher hingga bahu Seda. Tangan lebar pria itu tidak tinggal diam, dirangkumnya buah dada Odessa dan memainkannya dengan jemari. Banyak sekali titik sensitif yang perempuan miliki, Seda jadi ingin menjelajah tubuh istrinya untuk melihat reaksi ledakan Odessa kembali.
"Mulai besok, bisa pulang cepet, Des? Aku kayaknya betah kalo di rumah lebih lama sama kamu buat begini," ucap Seda membuat pipi Odessa merona salah tingkah.
"Belum tahu, Mas."
Odessa menikmati ibu jari Seda yang menekan di pucuk buah dada menegangnya. Lenguhan yang berbagai macam jenisnya sudah lolos dari bibir Odessa. Namun, kepalanya tiba-tiba saja mengulang pembicaraan dengan orangtua Seda.
"Dessa, apa belum ada niatan jadi ibu rumah tangga saja? Atau buat usaha yang bisa dipantau dari rumah. Jadi, nggak terlalu pusing karena dapat tekanan di kantor."
"Mas," panggil Odessa.
"Kenapa?"
"Apa aku keluar dari kantor?"
Seda mengubah posisinya. Ini pembicaraan yang serius. Seda rela menjeda kenikmatan mereka untuk mendapatkan jawaban yang pasti dari istrinya. Bagaimanapun Seda senang mendengar istrinya memiliki inisiatif berhenti dari pekerjaan.
"Yakin? Jabatan kamu sudah manajer, kamu udah mikirin kalo di rumah supaya nggak bosen ngapain?" tanya Seda. "Aku nggak mau di-cap sebagai suami yang suka mengekang istri, Des. Kita nikah memang bukan karena cinta pandangan pertama, tapi aku serius dengan pernikahan ini. Kalo kamu kebanyakan nonton drama nikah kontrak karena dijodohin, aku nggak gitu, Des. Aku suka nikah, apalagi kamu bisa masak, bisa mendesah kayak tadi. Kamu nggak ada niatan bikin drama istri yang tersakiti, kan?"
Odessa memandang takjub pada suaminya. Ternyata membahas mengenai keluar dari pekerjaan membuat suaminya mampu bicara banyak.
"Mas? Mana ada pikiran gitu," ucap Odessa. Perempuan itu mengubah posisi menjadi duduk supaya bisa fokus pada wajah suaminya. Jika telentang di ranjang, yang membayangi pandangannya adalah sosis pria itu.
"Aku kepikiran saran mama Arnis, siapa tahu sarannya emang berguna buat kita. Aku mundur dari kerjaan dan bikin usaha apalah yang bisa dipantau dari rumah. Jadi waktuku buat kamu banyak, Mas."
Seda entah bagaimana merasa bahagia sekali. "Jadi kalo aku cuti dan mau habisin waktu seharian di kamar sama kamu nggak perlu nunggu kamu cuti dari kantor, kan?"
Odessa memutar bola matanya. "Kayaknya seks memang kamu paling suka, ya, Mas."
"Lebih tepatnya seks dengan kamu, Des. Kalo cuma seks nya aja, aku bisa cari yang lain. Tapi kalo bukan sama kamu aku nggak sukalah!"
Odessa kembali salah tingkah. "Kamu kenapa tiba-tiba jadi pinter ngomong, sih, Mas? Gemes aku!"
Seda memajukan wajahnya. Sengaja bicara tepat di bibir istrinya. "Kalo gemes kamu uyel-uyel aku, Des."
Sial. Odessa kenapa jadi terpancing begini?
[ Kangen nggak, sih? Kubaca ulang kisah ini bikin gereget juga😝 pelan-pelan aja kita garap lagi, ya.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top