3. CRUSH HOUR
Berada di kantor memang menjadi rutinitas yang Seda lakukan bahkan sebelum menjadi suami Odessa. Pekerjaannya adalah asyik dalam dunianya sendiri. Makanya, untuk mencari pasangan saja dia enggan. Orangtuanya yang sudah begitu paham sifat sang anak juga tidak merasa khawatir ketika memutuskan andil dalam penentuan pasangan Seda, sebab anak mereka itu tipikal yang tidak macam-macam. Sangking tidak macam-macamnya hingga tidak mau repot mencari pasangan hidup.
"May!" panggil Seda pada asistennya itu.
Ya, Mayang masih bertugas menjadi asisten Seda sebelum ada penggantinya.
"Iya, Pak." Ruangan mereka hanya tersekat dinding kaca yang tidak kedap suara. Lebih memudahkan Seda jika membutuhkan bantuan dari asistennya.
"Katanya hari ini ada calon asisten kamu yang lagi kamu bantu menjelaskan tugas, kan?"
Mayang menggangguk. "Betul, Pak."
"Mana orangnya?"
"Sedang di ruangan HRD, Pak. Katanya masih ada berkas yang harus dipenuhi buat apa, gitu."
Seda menghela napas. "Itu udah pasti apa belum? Kenapa masih kekurangan berkas?"
"Oh, bukan dari pegawai barunya, Pak. Tapi pihak HRD kita punya regulasi baru. Makanya agak ribet kalo masuk jadi karyawan baru sekarang."
Seda menatap Mayang dengan alis yang dinaikkan. "Siapa yang bikin regulasi baru?"
"Ya, bapaklah--" Mayang langsung membekap mulutnya karena kelepasan bicara.
Seda ini memang terkadang menjadi pribadi yang sangat menyebalkan karena suka sekali marah-marah. Namun, diluar itu semua Seda memang baiknya tidak terkira. Kontras sekali, ya?
"Kalo kelamaan kamu yang kasihan. Kapan bisa fokus buat program hamilnya kalo belum ada yang gantiin juga."
Nah, kan! Mayang selalu heran dengan jalan pikiran atasannya yang selalu mudah berubah itu. Mungkin karena lebih sering bekerja dan tidak banyak menghabiskan waktu untuk melepas stres, makanya sering marah kepada para karyawan. Ya, walaupun dalam hal ini Seda memang selalu marah pada kinerja bawahannya yang salah, sih. Diluar itu Seda selalu memberikan penghargaan pada karyawannya yang memiliki hasil kerja yang baik.
"Besok sepertinya bisa mulai kerja, Pak. Saya setengah hari bakalan ngasih tahu semua tugas-tugas yang akan dia ambil alih."
Seda mengiyakan melalui anggukan. Lalu, dia meminta Mayang memesankan makan siang padahal makan siang sudah berlalu.
"Bapak belum makan siang tadi?"
"Sudah." Jawab Seda santai.
Mayang mengernyitkan kening. "Terus bapak mau dipesankan makanan berat atau cemilan?"
"Makanan berat, May! Kamu ini kenapa nanya terus? Saya bilang resto Tantrik. Itu resto yang isinya makanan utama semua, kan? Pesankan menu seperti yang biasanya."
Tidak mau kena semprot lagi karena sepertinya mood atasannya kembali jelek, Mayang segera kembali ke mejanya dan memesankan menu kesukaan Seda.
"Kayak orang ngidam, sih, Bos?" gumam Mayang di mejanya sembari mengetikkan pesanan di aplikasi online.
*
Pulang dari kantor, Seda menemukan istrinya yang berada di dapur sepertinya menyiapkan sesuatu.
"Des."
"Eh?" Odessa yang bergerak dengan terburu-buru menjatuhkan ponselnya yang berdampingan dengan piring yang sudah disiapkannya di meja dapur.
"Aduh, hapeku!" Odessa mendesah panik. Dia buru-buru mengambil ponselnya dan memeriksa apakah ponsel itu masih bisa menyala atau tidak.
"Rusak?" tanya Seda yang mendapati layar ponsel istrinya yang tak menyala juga meskipun sudah dicoba untuk diaktifkan.
"Kayaknya, sih, gitu, Mas. Duh, gimana ini? Isinya nomor penting. Masih bisa dibenerin, nggak, ya?"
Seda menarik ponsel itu dari genggaman Odessa. "Ini hape udah lama juga. Beli baru aja. Soal kartu dan yang lainnya biar aku minta orang urusin. Aku punya kenalan yang paham soal provider."
Memang apa pun itu selalu mudah bagi Seda. Tidak ada hal yang dibuat rumit oleh suami Odessa itu.
"Mas? Gampang banget kamu bilangnya!" balas Odessa tanpa sadar bersikap seperti anak-anak. Nada merajuk yang keluar dari bibir Odessa adalah hal yang baru untuk Seda dapati.
"Ya, emang gampang, Des. Kamu mau bikin ribet gimana? Sekali-kali, manfaatin suami kamu ini kenapa memangnya? Jangan bersikap keras dan terlalu mandiri, padahal aku bisa kamu jadikan tempat buat manja-manja."
Odessa langsung menoleh pada suaminya. "Mas? Kamu, kok, ngomongnya aneh gitu?"
Seda mengangkat kedua tangannya. "Apa yang aneh? Aku ngomong serius. Kayaknya aku jarang, malah hampir nggak pernah lihat kamu manja ke aku."
Sadar diri, dong, Mas! Kamu aja kakunya begitu.
Odessa tidak menyampaikannya, dia hanya menyimpan dalam hati saja.
"Apa? Kenapa kamu lihat aku begitu, Des?"
Odessa menggeleng, dia memilih pergi menuju kamar setelah mematikan kompor.
Seda melihat dalam wajan yang isinya adalah ayam kecap yang Seda suka. Pria itu memanggil nama snag istri tanpa peduli bahwa Odessa sedang merajuk. Ya, bagaimana Odessa bisa bersikap manja. Seda saja tak mau peduli jika perempuan itu marah dan berniat mendiamkannya. Seda akan selalu memanggil nama perempuan itu dan berinteraksi seolah tidak ada yang salah dengan sikap sang istri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top