28. CRUSH HOUR
"Saya tunggu di atas, kamu langsung aja sama Taya. Biar langsung dieksekusi sama dia." Seda tahu Taya adalah produser program televisi yang disiplin, jadi Deprima mungkin akan lebih tegang berhadapan dengan Taya ketimbang Seda.
"Bapak nungguin saya syuting ceritanya?" tanya Deprima masih mencoba membaca apa maunya sang atasan.
"Nggak. Siapa yang nungguin kamu? Saya pengen nongkrong di sinilah!"
Deprima semakin yakin atasannya ini memang moody-an lebih dari seorang wanita. Belakangan, Deprima memang mendapati Seda lebih banyak uring-uringan, sih. Meski tak begitu kentara dari sifat aslinya, tetap saja ada momen dimana Deprima tak bisa memahami atasannya itu maunya apa.
"Oh ... oke, Pak. Silakan nongkrong sepuas hati, Pak."
Syuting di lakukan di kafe yang memiliki spot di dekat kebun. Romantisme yang tercipta jelas sangat bagus, Seda membayangkan jika dia bisa membawa istrinya ke sana. Menikmati suasana yang sejuk dan nyaman berdua. Terus memperbaiki situasi dalam rumah tangga mereka, itu adalah cara yang ingin Seda dapatkan.
Sebelum Seda naik ke bagian atas kafe, dia sempat menanyakan pada Taya mengenai talent wanita.
"Udah dateng orangnya, Taya?"
"Udah, Pak. Ada di set, lagi di briefing."
Seda mengangguki. "Jadi, nggak dipertemukan dulu sama Deprima?"
"Rencananya nanti, sih, Pak. Ini mas Prima mau di touch up dulu dan dapet briefing singkat, setelah itu kasih mereka waktu kenalan sebentar dan tek tok an gimana caranya supaya chemistry mereka dapet pas di depan kamera."
Sekali lagi Seda menganggukan kepalanya. Dia paham dunia program televisi begini. Tidak ada yang benar-benar asli, semuanya sudah diatur dan bisa dikatakan hanya settingan. Jika semua acara televisi asli, maka penonton di Indonesia tidak akan terhibur.
"Jadi ini bapak sengaja pantau program baru saya?" tanya Taya.
Seda mengangkat kedua bahunya. "Bisa dibilang nggak, bisa dibilang iya. Ya ... intinya saya males kerja juga karena asisten saya—"
"Mbak Taya, ini bajunya nggak ada yang lebih longgar, ya?" asisten Taya muncul dari balik set.
"Loh? Bajunya kurang longgar? Kok bisa?"
"Iya, ini talent nya agak berisi di bagian ...." asisten Taya itu memperagakan dadanya bergerak sebagai kode bahwa pakaian yang mereka sediakan tidak cukup aman jika nantinya melewati bagian sensor yang rewel itu.
"Bukannya ukuran yang dia minta memang segitu? Kenapa malah kacau, sih?"
Perubahan bentuk tubuh memang kadang membuat tim produksi kewalahan juga. Talent yang bertambah isi badannya, akan semakin gemuk di depan kamera.
"Coba gue cek ke sana, deh."
Seda ditinggalkan oleh Taya begitu saja. Dia mengamati pekerjaan Taya yang memang harus taktis meski ada saja kendalanya. Melihat sebagian besar orang di sana sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Seda juga menjadi penasaran, seperti apa sosok Tadaaa yang akan syuting bersama Deprima itu.
Dengan inisiatif yang berganti dari ingin ke bagian atas kafe, malah membawa langkahnya menuju set dimana talent berada. Taya pasti sedang memerintahkan banyak anak kru KopDar untuk menyiasati masalah wardrobe si Tadaaa ini.
Samar-samar Seda bisa mendengar banyaknya orang bicara. Dia menyingkap tirai putih dan mendapati Taya serta beberapa kru mengitari satu kursi berhadapan ke cermin. Karena si Tadaaa tertutupi oleh tubuh mereka, Seda iseng menatap cermin rias. Kenapa juga dia harus penasaran disaat begini? Padahal nanti bisa melihat sendiri seperti apa sosok Tadaaa itu saat syuting.
"Maaf, ya, saya nggak sadar kalo badan saya tambah berisi."
Duaaaarrr!
Seda mendengar suara istrinya, Odessa. Dia mungkin sudah gila, tapi seorang Seda tidak akan lupa bagaimana suara istrinya sendiri.
"Nggak masalah, Mbak. Biar saya carikan yang pas."
"Makasih banyak. Saya benar-benar nggak berpengalaman syuting begini, kerjaan saya dulu nggak berurusan dengan—"
"Des?"
Seketika saja suasana menjadi sangat senyap. Seluruh kru yang berada di sana terdiam karena bingung pada bos besar mereka yang berada di sana dan memanggil nama 'Des' yang tidak mereka ketahui siapa.
Taya menoleh, begitu juga dua orang lainnya yang semula mengurusi talent di depan meja rias. Begitu space nya luas. Barulah Seda benar-benar bisa melihat wajah wanita yang sedang sibuk diurusi oleh kru KopDar adalah ... istrinya!
Mata mereka bertubrukan di cermin, Seda terkejut dengan tebakannya yang benar, dan Odessa yang terkejut bagaimana bisa suaminya berada di sana?
"Mas?" Odessa langsung berdiri dan menghampiri suaminya panik.
Odessa mengingat bahwa suaminya memang memiliki stasiun televisi, tapi tak menyangka bahwa ini adalah salah satu program anak buah Seda.
"Mas ... aku ... aku bisa jelasin."
Seda langsung menutup mulutnya. Dia bisa saja meledak bila membuka mulutnya sekarang.
"Mas aku nggak—"
Seda menghempaskan tangannya yang disentuh oleh Odessa. Dia segera pergi dan membuat seluruh kru kebingungan. Odessa yang sudah cantik menggunakan riasan, kini berantakan karena tahu suaminya marah besar.
"Mbak ... kenal sama bos kami?" tanya Taya meminta kejelasan.
Dengan tangisan Odessa menjawab dan mengambil tas nya. "Dia ... suami saya."
[Nah, kan, Des. Nangis, kan? Dibilangin sama Yasmin ngotot aja, sih. 😥]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top