20. CRUSH HOUR

Seda meminta Deprima memarkirkan mobilnya di area yang jauh dari rumah. Tak mau kejutannya gagal karena mesin mobil yang mungkin sudah diingat oleh istrinya. Dia tadi melakukan panggilan video dengan Odessa dan mengatakan kebohongan. Pulang dua hari lagi? Gila saja! Urusannya dengan orang-orang di sana untuk saat ini sudah selesai. Seda sendiri juga tak bisa memupuk rasa rindu pada sang istri. Bagaimana mungkin Seda menahan diri selama dua hari lagi? Bisa gila dia. Kalau pun urusannya belum selesai, Seda akan dengan egois membawa pekerjaan itu ke Jakarta demi bisa pulang menatap istrinya dan mendengar perempuan itu mengeluarkan banyak desahan, imbas dari kerinduan yang dirasakan.

Sekarang, kakinya sudah menapaki halaman rumahnya. Sebisa mungkin Seda tak mau keberadaannya disadari oleh sang istri. Untungnya rumah memang tidak ramai. Sejak kapan juga rumahnya ramai? Pekerja di sana sudah menyelesaikan jatah mereka dan berhenti sebelum jam enam sore. Itu sudah menjadi keputusan Seda. Kecuali nanti ketika ada anak yang kebutuhannya memang lebih rumit. Seda akan meminta pekerja rumah tangga mengurus segalanya supaya Odessa tidak kelelahan.

Sepi menyerang. Tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang di ruang tamu. Begitu pula di ruang keluarga yang mereka sebut sebagai ruang santai karena mereka belum menggenapi poin-poin keluarga. Saat ini mereka masih menjadi pasangan, belum keluarga.

Seda berjalan dengan berjinjit supaya tidak ada bunyi yang terdengar dari langkah kakinya. Mengendap-endap sudah seperti maling di rumah sendiri. Ya, demi memberikan kejutan untuk sang istri. Baru kali ini Seda melakukan kejutan semacam ini setelah jalan hidupnya selama 38 tahun biasa-biasa saja. Perempuan yang dikenalnya sebelum Odessa kebanyakan memilih mundur karena memang Seda terlalu biasa saja. Ya, bagaimana? Perempuan yang dikenalkan atau dekat dengannya dulu juga memiliki latar belakang yang oke; cantik dan kaya, tak jarang pandai. Jadi, wajar saja tak mau memilih Seda yang biasa saja itu.

Jika dia mau membicarakan pernikahan yang digelar di Disneyland, dia mungkin mendapatkan perempuan secerah Sandra Dewi. Atau jika saja dia bisa lebih romantis, Seda bisa mendapatkan wanita seunik Syahrini. Sayangnya, Seda tidak semenarik itu. Sudah pasti Seda juga enggan memiliki pasangan dari dunia hiburan. Jadi, perempuan seperti Odessa-lah yang cocok untuknya. Yang tidak menuntut pesta mewah bak princess, juga bukan perempuan yang ingin liburan dengan fasilitas yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas. Ketimbang semua itu, Seda senang mendapatkan Odessa yang menikah dengan apa yang ada saja. Juga liburan yang bisa dinikmati bersama tourist yang lain. Itu adalah kehidupan yang normal bagi Seda.

Kembali pada rencana yang dibuatnya atas usulan Deprima, pria itu membuka pintu dengan sangat hati-hati. Sedikit terkejut dengan apa yang terjadi di sana karena pakaian berceceran, ranjang berantakan, dan semua itu jauh dari sikap Odessa yang biasanya. Odessa paling tak suka jika ada pakaian yang tidak dimasukkan ke dalam keranjang kotor. Tempat tidur yang berantakan? Oh, itu bukan istrinya yang biasa.

Dengan sedikit rasa cemas, karena tak menemukan istrinya dan kondisi kamar yang berbeda dari biasanya, Seda melupakan apa rencana semula. Dia buru-buru mencari keberadaan Odessa. Jantungnya berdetak lebih cepat membayangkan sesuatu terjadi pada istrinya. Jangan sampai keamanan di rumah mereka menjadi permasalahan yang dilewatkan.

Begitu membuka pintu kamar mandi, ketakutannya menghilang dihempas dengan betapa mengagumkannya pemandangan yang dilihatnya saat ini. Odessa yang sedang berendam dengan bahu perempuan itu yang terlihat. Ada bluetooth earphone tersangkut di telinganya, mungkin itu yang menyebabkan Odessa tak mendengar apa pun selain sibuk menggumamkan nada lagu yang didengarnya seraya memejamkan mata.

Begitu menyenangkannya mendengar lagu hingga Seda yang mulai membuka pakaiannya pun tak akan pernah diperkirakan oleh Odessa. Begitu air meluap dan seseorang menyentuh kakinya, barulah perempuan itu membuka mata dan panik. Seda tertawa dengan hal tersebut. Ah, jika saja Odessa tak terkejut dan bingung, perempuan itu sudah terperangah pada tawa suaminya yang tiba-tiba saja menjadi scene favoritnya.

"Mas???" seru Odessa melepaskan earphone dan menyimpannya pada kotak penyimpanannya dengan baik.

"Hai, Des!" sahut Seda santai.

"Hai, Des? Kamu pikir kamu—"

Seda menghentikan apa pun yang akan keluar dari mulut istrinya dengan memajukan tubuhnya guna mencium bibir perempuannya tanpa menunggu apa pun lagi. Tubuh mereka sudah bebas dari kain apa pun, tak sulit untuk membagi rasa pada kulit yang bertemu kulit. Rasanya mereka akan mendidih di dalam air yang dingin itu. Odessa yang sudah dalam pelukan suaminya, juga tak akan peduli pada tangannya yang mungkin keriput jika melakukannya di sana. Setidaknya, ini adalah sensasi baru yang akan mereka rasakan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top