2. CRUSH HOUR


Begitu Seda terlelap dengan mudahnya karena kelelahan, Odessa memilih menghabiskan waktunya untuk membuka kembali laptop pribadinya dan mencari pekerjaan yang sekiranya bisa dia lakukan di rumah. Odessa benar-benar tak bisa beristirahat dengan betul karena sepertinya tingkat stres membuatnya sulit untuk tidur.

Stres. Ya, begitulah kurang lebihnya. Kata orang-orang, seks akan menjadi obat untuk kadar stres seseorang. Namun, tidak begitu berpengaruh pada hidup Odessa. Semenjak menikah, jadwal menstruasinya memang tidak teratur, pekerjaan bukan menjadi tempat yang dihindari justru menjadi pelarian karena tidak mendapatkan sesi mesra dengan sang suami, dan parahnya mereka belum mendapatkan sinyal keberadaan bayi dalam rumah tangga mereka. Itu semua membuat Odessa tanpa sadar tertekan.

Pukul sepuluh malam. Niat Odessa ingin menilik aplikasi Madam Rose yang belakangan dia gunakan di ponselnya secara diam-diam. Seda tak pernah mengecek ponselnya. Entah untuk alasan jaga-jaga atau apa pun, pria itu terlalu masa bodo dengan urusan ponsel istrinya.

Ya, Odessa yakin hal itu dikarenakan Seda hanya perlu teman ranjang untuk pelepasan. Istri yang tetap pengertian memanjakannya akan masakan dapur mereka sendiri. Dan, sudah. Begitu saja yang diperlukan pria itu.

Tadaaa: kamu sibuk ga? aku butuh temen cerita.

Tadaaa adalah nama aneh yang Odessa gunakan pada nama akun Madam Rose-nya. Memilih menutupi jati diri karena memang bukan pasangan yang dirinya cari, melainkan sosok pelampiasan yang tak pernah Odessa dapatkan dari suaminya.

Tidak ada pertanda akan balasan. Maka Odessa memilih kembali terbenam dengan berkas-berkas pekerjaan. Dia keluar dari perpesanan di aplikasi tersebut dan memfokuskan diri.

Belakangan, teman yang asyik untuk dia ajak bicara dan bercerita itu memiliki waktu yang semakin minim untuk membalas pesan. Padahal, pada minggu pertama saling menemukan Deprima ini sangat cepat dan gencar membalas semua pesan Odessa. Namun, kini semakin ditilik semakin memiliki jam-nya sendiri.

"Apa Deprima ini orang TV atau seni gitu, ya? Kok, kayaknya lebih luang jadwal di jam kerja kantor biasa." Odessa menggumam sendiri dengan jari dan mata yang fokus pada laptopnya.

Seda juga termasuk orang TV, tapi dia pemilik sahamnya. Untuk program dan yang lainnya, Seda tak pernah tahu dan enggan menjelaskan. Toh, pria itu juga punya usaha yang lain. Sudah pasti menyerahkan tugas pada asistennya saja cukup.

"Kamu bukannya tidur malah ngerjain begituan?"

Yang dibicarakan dalam hati oleh Odessa ternyata terbangun dan memilih berjalan ke dapur mengisi air di gelas. Matanya terlihat mengantuk, tapi memaksakan diri karena haus. Jika Odessa di kamar, pasti dia yang diminta untuk mengisi air tersebut.

"Iya, Mas." Balas Odessa singkat.

"Masih banyak kerjaan?" tanya Seda yang berjalan menuju pintu kamar mereka.

"Iya. Sebenarnya nggak tenggat waktu, sih. Tapi--"

"Yaudah, kerja lagi. Aku nggak ganggu." Potong pria itu tanpa berminat mendengarkan jawaban Odessa.

"Selamat tidur, Mas." Bahkan ucapan manis itu saja tidak dibalas dengan anggukan atau apa pun. Sangat kaku.

Mas, mas. Coba kamu seperhatian Deprima.

*

"Hoi!" Odessa terkejut dengan sapaan yang sengaja mengejutkan itu.

"Mi! Kenapa suka banget ngagetin, sih?!"

Yasmin, yang terbiasa dipanggil Ami oleh Odessa itu memanjangkan lehernya guna mengintip ponsel sang teman yang masih asyik saja dalam genggaman.

"Mentang-mentang sekarang udah mau naik jabatan jadi ibu manajer, bisa jadi alasan sibuk sama hp lebih lama, ya?" sindir Yasmin telak.

"Eh? Apaan? Aku baru buka hp ini. Lagian udah mau jam makan siang. Kerjaan aku juga udah selesai."

Bantahan Odessa membuat kening Yasmin berkerut.

"Essa, gue kasih saran supaya lo cari hal yang bikin lo bahagia itu bukan dengan selingkuh. Banyak cara lain. Mungkin lo bisa ajak pacaran suami lo itu, ketimbang sibuk selingkuh."

Tak terima dengan tuduhan tersebut, Odessa membalas dengan geram. "Siapa yang selingkuh?? Aku nggak melakukan itu! Justru aku mencari kesenenangan supaya seperti kata kamu, nggak stres! Kamu yang kasih saran, kenapa aku yang kamu salahin??"

Yasmin tak menyalahkan Odessa sama sekali, tapi dia kecewa karena ucapannya disalah artikan oleh temannya itu.

Menghela napasnya. Yasmin tak bodoh untuk bicara dengan volume suara yang tidak tinggi untuk mendesak jawaban Odessa.

"Dapet dari mana lo aplikasi begituan?" tanya Yasmin.

Odessa tahu dari hasil tak sengaja mengintipnya saja. "Waktu itu... lihat Bagas pake sambil senyum-senyum." Dengan menunduk Odessa menjawab.

Yasmin menepuk keningnya. "Polos banget, sih! Orang senyum-senyum gara-gara aplikasi itu terus lo ikutan, Essa??!"

Mau tak mau Odessa mengangguk. "Suami lo tahu lo install app dating begitu?" Odessa menggeleng.

Yasmin menepuk keningnya lagi lebih kuat.

"Masalah! Kacau! Kacau gue punya temen sepolos lo, Essa! Kacau!"

Odessa tak mengerti, tapi yang jelas dia merasa jauh lebih rileks memiliki tempat pelampiasan bernama Deprima. Jadi, Odessa akan menjadi sangat keras kepala untuk menolak ide Yasmin agar menghapus aplikasi Madam Rose.

Si polos dan pemikiran dangkalnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top