Part 6 - HEAVEN

Aku ingin kau tetap aman. Aku penjagamu, dan kau...

Kau adalah penyembuhku... Adil kan kalau penjaga melindungi penyembuhnya? Jikalau pun tidak, katakan saja itu adil.

----------------------🍁🍁🍁--------------------

Vote first before you read the story.

Silahkan tinggalkan vote dan komentar sebelum kamu baca storynya.

(100 vote for next chapter)

----------------------🍁🍁🍁----------------------

Brukk!

Ernest tergeletak lemas begitu sampai ke kediamannya yang berada jauh di perut bumi. Tempat dimana iblis tinggal sesuai dengan kodratnya.

August sendiri sudah membantunya untuk berbaring meskipun wajahnya tampak acuh pada sahabatnya itu. Dia berulang kali berdecih dan mengomel sepanjang perjalanan mereka pulang tadi untuk sampai ke rumah Ernest.

"Sudah aku katakan padamu tadi kan, kau memang keras kepala. Tak pernah mau mendengarkan aku sedikitpun. Dasar bebal!" Gerutu August yang hanya di balas cengiran tanpa dosa oleh Ernest.

"Jangan membelanya karena kalian miliki takdir yang mirip, kawan. Memiliki takdir menyakitkan itu sangat menjijikkan karena membuatmu terlalu dramatis dalam menanggapi segala hal." Ujar Ernest.

"Aku sedang tidak membela siapapun disini. Apa kau lupa, kalau beberapa detik yang lalu kau hampir meregang nyawa di tangan Chanyeol?! Dia memang berasal dari atas dan memiliki kekuatan yang hampir setara dengan kita. Tapi memancing kemarahannya akan membuat kekuatannya jutaan kali lebih besar dari sebelumnya. Harusnya kau sadar tentang itu. Dasar bodoh!"

Ernest terdiam, ucapan August memang sepenuhnya benar. Dia bahkan merinding mengingat bagaimana cengkeraman kuat tangan Chanyeol hanya dengan satu tangan yang bisa meninggalkan bekas yang begitu kentara di leher Ernest.

"Kenapa? Kau baru saja sadar dengan kesalahanmu tadi?" Tanya August dengan nada sinisnya.

"Jangan mengoceh, kau seperti manusia yang terus menyalahkan orang lain tanpa berkaca pada dirinya sendiri. Dengar August, nasibmu bahkan tidak lebih baik dari aku ataupun Chanyeol. Jadi jangan mencoba mengguruiku sekarang."

"Pergilah, keberadaan mu disini membuatku semakin pusing dan emosi." Usir Ernest yang langsung di turuti oleh August. Iblis itu segera keluar dari kediaman Ernest dan menghilang menuju ke satu tempat. Tempat dimana penyembuh atau penyiksanya tinggal sekarang.

-------------------------🍁--------------------------

"Kok bisa hujan sih. Tadi kayaknya panas banget, duh.. hujannya makin deras lagi. Gimana mau belanja di warung kalau begini." Ucap Putri yang masih terdiam di depan rumahnya dengan baju yang setengah basah karena terkena air hujan.

Seperti yang sudah diketahui, hujan yang turun sekarang berasal dari amarah Chanyeol yang begitu besar pada iblis kecil bernama Ernest. Entah Chanyeol harus bersyukur karena tidak jadi membunuh Ernest dan menambah hukumannya atau malah harus mengutuk Putri dengan kalimat kasar karena sudah merusak konsentrasinya yang baru saja akan menghabisi nyawa iblis brengsek itu.

Chanyeol kini berdiri tepat di hadapan Putri yang hanya berjarak beberapa langkah dari gadis itu dan membiarkan tubuhnya terguyur hujan yang dia ciptakan sendiri.

Lelaki itu menatap Putri dengan pandangan yang sangat sulit di artikan, lalu menunduk.

"Aku benci padamu, kau menghancurkan segalanya." Gumam Chanyeol dan segera akan beranjak, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara gadis itu yang merintih kedinginan sambil memeluk dirinya sendiri.

Lelaki itu berbalik, tapi kemudian menghilang seiring dengan hujan yang berhenti dan berganti dengan sinar matahari terang yang menyebarkan kehangatannya di tempat itu. Sampai Putri bisa merasakan hangatnya matahari yang mulai mengeringkan bajunya sedikit demi sedikit hingga tubuhnya kembali hangat.

"Cuacanya aneh, tadi hujan lebat dan sekarang panas seperti di gurun." Putri memutuskan untuk keluar dan melanjutkan rencananya untuk menuju ke sebuah toko kecil. Sekedar untuk membeli kebutuhan rumah yang sudah habis.

....

Plok plok plok..

Suara tepukan itu terdengar dan membuat Chanyeol menoleh, ada Jongdae disana yang menghampirinya dengan senyum miring.

"Mau apa kau kemari." Ucap Chanyeol

"Justru harusnya aku yang menanyakan itu padamu Yeol. Untuk apa kau kemari? Bukannya kau membenci gadis itu, yang di sebut sebagai penyembuhmu itu?" Ujar Jongdae lagi

"Bukan urusanmu." Sergah Chanyeol

"Tentu saja itu jadi urusanku. Kau tahu, aku adalah malaikat pelindungnya sekarang. Aku ditugaskan khusus untuk melindungi Putri... Gadis yang ditakdirkan menjadi penyembuhmu itu selama dia hidup di dunia." Jelas Jongdae dan Chanyeol membulatkan matanya.

"Apa?!! Kau jangan main-main, Dae. Sejak kapan peraturan itu berlaku? Dan lagi, siapa yang memberikanmu perintah juga ijin untuk melakukan hal semacam itu. Dia penyembuhku, bahkan namaku tertulis di telapak tangannya sebagai pendampingnya. Bukan kau! Jangan macam-macam.." Chanyeol kembali tersulut emosi dan hampir saja menjatuhkan Jongdae kalau ibu Chanyeol tak muncul di saat yang tepat.

"Aduh.. bisa tidak kau tak berteriak sekali saja Yeol. Ibu pusing mendengar suara lengkinganmu itu." Keluh sang ibu sambil memijit pelipisnya dan muncul di hadapan keduanya.

"Sejak kapan ibu disini?" Tanya Chanyeol, "Ibu berkomplot dengannya untuk membuat aturan aneh lagi? Apa lagi sekarang, setelah yoora sekarang jongdae juga ibu seret ke dalam masalahku? Astaga Bu, aku sudah katakan kalau aku--"

"Kalau kau membencinya dan tak menginginkan dia di sisimu. Kalau tak salah, 10 menit yang lalu kau mengucapkan itu dengan sangat yakin di bawah guyuran hujan. Ibu benar kan?" Chanyeol mendengus.

"Demi Tuhan, ibu..." Chanyeol rasanya muak dengan segala ucapan ibunya.

"Dengar Yeol. Apa tindakan ini salah untuk melindungi dia? Gadis itu penyembuhmu, calon menantu ibu dan calon ibu dari anak-anakmu. Keturunan keluarga kita. Bagaimana mungkin ibu membiarkan gadis itu tanpa perlindungan sama sekali jika kau sendiri yang adalah pasangannya justru tak peduli dan membencinya, sampai membiarkan dia berada dalam bahaya?" Ucap sang ibu.

"Bu, apa ibu tidak lihat tadi. Bagaimana aku menghajar dan hampir membunuh iblis brengsek yang berani menyentuhnya dan hampir mencelakai gadis itu? Aku juga bahkan menurunkan hujan untuk membuatnya menjauh dari sana dan membiarkan matahari muncul agar gadis itu kembali hangat dan tak kedinginan lagi?! Apa ibu tidak lihat bagaimana caraku melindungi dia, lalu aku harus bagaimana bu..." Jawab Chanyeol frustasi. Dan ibunya mengulas senyum tipis begitu mendengar penuturan putranya itu

"Oh, jadi hujan dan matahari itu perbuatanmu? Pantas saja perubahan cuaca begitu ekstrim terjadi baru saja. Ibu pikir ada dewa hujan yang sedang murka tadi." Ujar ibunya santai.

"Ibu!!"

"Jongdae, pulanglah. Nanti kita bicarakan lagi mengenai tugasmu. Dan kau anak tampan, ayo ikut ibu dan kita selesaikan tugas kita semalam yang tertunda." Ajak ibu Chanyeol dan menarik paksa tangan anaknya. Terkutuk lah semuanya, yang membuat Chanyeol begitu lemah di hadapan makhluk bernama ibu ini bagaimanapun keadaannya.

-------------------------🍁---------------------------

Putri berjalan belum cukup jauh, saat dia menemukan apa yang dia cari.

"Permisi..." Ucap Putri dengan nada cukup keras dan memanggil pemilik toko itu keluar.

"Oh, iya.. apa kau mau membeli sesuatu?" Tanya pemilik toko itu ramah.

"Uhm.. iya Bu, saya mau membeli mie instan, telur, dan sabun cuci baju." Ucap Putri. Gadis itu lalu mengeluarkan uang pecahan 50 ribu dari sakunya.

"Oh iya, telurnya berapa?"

"Telurnya seperempat, mie instan goreng 2, mie instan rebus 2, sabun cuci bajunya yang sachet 5. Sudah itu saja. Berapa semuanya Bu?"

"Tunggu sebentar ya, biar ibu timbang dan masukkan ke kantong dulu ya nak.. kau tinggal di sekitar sini?"

"Iya, aku tinggal di ujung jalan sana Bu..."

"Sendirian?"

"Iya Bu, sendirian..."

"Oh, wah.. berarti kamu mandiri ya nak. Bahkan kamu belanja kebutuhan kamu sendiri seperti ini." Ujar pemilik toko itu lagi.

"Biasa aja Bu. Sudah kebiasaan saja." Ucap Putri dengan senyum. Dan sesaat kemudian, pemilik toko itu memanggil seseorang.

"Chanyeol!! Sini nak." Panggil pemilik toko yang adalah ibu Chanyeol sendiri yang tengah menyamar sekarang.

Chanyeol kini muncul tepat di sebelah ibunya tanpa bersuara. Dan membuat sang ibu kembali berteriak.

"Chanyeollll!!" Teriaknya lagi walaupun dia tahu putranya itu berdiri di sampingnya.

"Apa Bu.." jawab Chanyeol dengan nada malas.

"Ini, antarkan gadis ini ke rumahnya dan juga bawakan belanjaannya ya." Ucap ibu Chanyeol yang menjadi pemilik toko itu sambil menyerahkan kantong belanjaannya pada Chanyeol. Lelaki jangkung itu mendelik dan menatap ibunya seolah berkata 'yang benar saja!' pada sang ibu.

"Ehh, tidak usah bu. Saya bisa bawa sendiri kok. Lagipula rumah saya gak terlalu jauh dari sini. Nanti merepotkan." Tolak Putri halus.

"Udah, gak apa-apa kok nak. Jalanan cukup ramai disini. Lagipula, hari ini panas sekali seperti neraka... Kasihan kalau kamu harus membawa belanjaan ini sendirian dan memakai tongkat. Biar putra ibu yang mengantarkannya dan menjagamu sampai ke rumah." Paksa ibu Chanyeol dan membuat Chanyeol mendengus.

"Lagipula, anak ibu lagi gak ada kerjaan. Daripada ongkang-ongkang kaki di rumah. Iya kan nak.."

"Biar aku yang bawakan, ayo..." Ucap Chanyeol dan tangannya segera menarik tangan Putri berlalu dari sana. Sementara ibunya kini tersenyum penuh kemenangan menatap punggung putranya yang menghilang di ujung jalan.

--------------------------🍁--------------------------

"Terima kasih banyak sudah mengantar aku sampai rumah dan membawakan belanjaanku. Maaf.. aku merepotkan mu." Ucap putri pada Chanyeol.

"Kau tinggal sendirian?" Tanya Chanyeol yang masih penasaran dengan kondisi gadis itu, dan putri mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Chanyeol.

"Benar-benar sendirian? Maksudku, kau kan tidak bisa melihat. Jadi bagaimana caramu menjalani hari-hari selama ini kalau kau sendirian seperti ini." Perkataan Chanyeol sungguh di luar kendalinya, rasa penasaran lelaki itu membuat bibir tebalnya itu mengucapkan kalimat yang cukup menusuk hati Putri mengenai kondisi fisiknya sekarang

"Iya, aku memang buta. Tapi aku biasanya mengerjakan semuanya sendiri jadi itu bukan hal yang terlalu sulit untukku." Jawab Putri, Chanyeol sendiri sepertinya tak menyadari ucapannya yang salah dan menyinggung hingga dia dengan santai berjalan melewati Putri dan masuk ke dalam rumah gadis itu tanpa permisi.

....

"Tunggu, apa yang mau kau lakukan di rumahku?" Putri panik, setelah merasakan lelaki itu melewatinya danasuk ke dalam rumah. Tanpa menunggu putri segera menyusul lelaki itu dengan langkah cukup cepat hingga hampir saja kakinya terbentur kaki meja di dalam rumahnya.

"Menaruh telur dan mie instan pada tempatnya. Aku jamin kalau telur ini pasti bisa pecah kalau kau membawanya dengan cara seperti itu, nona--"

"Putri.."

"Ahh, benar. Nona Putri... Kau bilang sudah terbiasa tapi aku cukup teledor ya, lihat isi kulkas mu. Ada banyak saus dan kecap yang bahkan sudah melewati masa kadaluarsa di dalam sini. Apa kau masih memakainya? Memakan ini semua selama ini?" Cerocos Chanyeol tanpa dosa.

"Aku kan memang tidak bisa melihat, apa kau buta? Sampai tak bisa melihat dengan jelas kalau aku memang gadis yang buta! Kenapa kau memarahiku sembarangan begitu hanya karena saus dan kecap kadaluarsa. Lagipula, siapa kau sampai berani mengatakan hal semacam ini padaku?! Masuk ke ruamhku sembarangan, membuka kulkas dan memeriksa isi kulkas ku. Mengatai aku lalu memarahi aku seenaknya. Kau kira aku tidak sakit hati mendengarnya?!!!" Teriak putri yang sudah terlanjur emosi dengan ucapan Chanyeol.

Chanyeol cukup terkejut dengan suara tinggi yang di keluarkan oleh gadis itu, "Kau menbentakku? Kau baru saja menbentakku?!" Tanya Chanyeol.

"Iya, dan sekarang aku juga akan mengusirmu. Terimakasih sudah mengantarkan aku dengan selamat, dan sekarang. Aku harap kau bisa pulang dan keluar dari rumahku sekarang juga!" Tegas Putri geram.

"Kau! Kau benar-benar gadis yang tidak tau terima kasih. Apa kau tidak tahu kalau aku baru saja menyelamatkan nyawamu dari--" ucapan Chanyeol terpotong dan terhenti, dia meninggikan suaranya bahkan membuat telinga Putri rasanya sakit mendengar suara pria jangkung itu.

"Menyelamatkan apa?!" Tanya Putri. Dan Chanyeol kini baru merutuki mulutnya yang mudah berucap seperti ini.

"Dari iblis..." Gumam Chanyeol lirih tanpa bisa di dengar jelas oleh Putri.

"Apa?!" Tanya Putri sekali lagi, "Tidak. Bukan apa-apa. Kau gadis menyebalkan dan tidak tahu terima kasih yang pernah aku kenal." Jawab Chanyeol dan segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Putri yang masih mematung menetralisir kemarahannya dan tangis yang kini sudah jatuh keluar dari kedua pelupuk matanya.

....

Brakk!!

Seluruh mata kini menatap ke arah Chanyeol yang baru saja sampai ke markas.

"Tumben kau baru muncul Yeol. Aku kira kau masih sakit, kemarin Sehun bilang kau pulang dengan bersimbah darah." Tanya Junmyeon.

"Aku baik-baik saja Hyung." Jawab Chanyeol malas.

"Ya.. aku bisa lihat sih, kau pasti baik-baik saja. Secara fisik, tapi kalau pikiranmu.. aku rasa, kau tidak baik-baik saja. Benar kan Baek?" Ucap Minseok yang di angguki Baekhyun, lelaki dengan jari lentik itu kini masih sibuk dengan game di laptopnya sampai dia tak terlalu mengurusi kehadiran Chanyeol yang terlihat berantakan itu. Sahabatnya sudah biasa datang dengan keadaan seperti ini. Bahkan bisa jauh lebih buruk lagi.

Tapi Kyungsoo sepertinya berpikiran berbeda, lelaki bermata bulat itu kini mendekati Chanyeol yang masih memejamkan matanya dan menaruh kwitansi pembelian laptop baru yang beberapa hari lalu di banting oleh Chanyeol sampai remuk.

"Ini apa?"

"Baca!" Jawab Kyungsoo datar dan membuat Chanyeol memicingkan matanya.

"Kau beli laptop baru? Woww.. harganya fantastis." Komentar Chanyeol dan Kyungsoo menghela nafasnya.

"Transfer uangmu ke rekeningku sekarang juga sejumlah uang yang di tulis di kwitansi itu. Aku tunggu sampai besok Yeol." Ucap Kyungsoo yang membuat Chanyeol terhenyak.

"Kau gila?! Kau yang membeli laptopnya, kenapa aku yang harus membayar tagihannya?" Protes Chanyeol dan Kyungsoo mengeluarkan sebuah kardus dari dalam tas ranselnya. Tepat dihadapan Chanyeol, lelaki itu menunjukkan serpihan laptop yang di hancurkan oleh Chanyeol.

"Kau lupa Yeol. Ini hasil karya siapa? Aku baru saja membeli benda ini 3 hari dan kau langsung meremukkan benda berhargaku dalam hitungan detik. Dan sekarang, kau bilang aku gila karena memintamu mengganti ini semua?!!" Kyungsoo bicara dengan nada sangat tinggi dan Chanyeol terdiam. Lelaki itu memang garang, tapi kalau dibandingkan dengan amarah Kyungsoo. Chanyeol rasa, dia lebih baik mengalah di bandingkan harus di hajar habis oleh lelaki bermata bulat ini.

Chanyeol mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu, setelahnya... Dia langsung menunjukkan bukti transfer pada Kyungsoo dan di jawab anggukan singkat oleh Kyungsoo.

"Bagus!" Ujar Kyungsoo dan kembali duduk di sebelah minseok untuk menonton filmnya lagi.

"Wow... The power of Kyungsoo!" Celetuk Baekhyun sambil cekikikan. Sedangkan Chanyeol hanya mendengus kesal melihat reaksi teman-teman laknatnya yang membuat dirinya semakin stress sekarang.

....

Kita berbeda, seluruhnya berbeda. Bahkan aku tak mengerti kenapa kita harus di takdir kan bersama.

Aku masih berdiri di tempat yang sama, dengan perasaan yang sama...

Membencimu, sangat...

--------------------------🍁🍁🍁-------------------

Satu chapter selesai! Silahkan tinggalkan vote dan komentar agar penulis lebih semangat.

Terima kasih

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top