Part 5 - WATCH

Kau bodoh! Benar benar bodoh!

Apa kau tak tahu, bagaimana caranya menutup sebuah luka? Kau harus menetesi luka itu dengan obat paling sakit, agar kau bisa cepat sembuh.

-------------------------🍁🍁🍁-------------------

Vote first before you read the story.

Silahkan tinggalkan jejak vote dan komentar sebelum membaca storynya.

(100 VOTE FOR NEXT CHAPTER)

--------------------------🍁--------------------------

"Halo nak, kamu lagi apa?" Sapa wanita paruh baya yang ada di seberang telepon sana..

"Lagi barusan aja sampai kok Bu. Ini masih di kamar baru aja selesai mandi." Jawab Putri sambil menempelkan telepon di telinganya.

"Sudah makan belum, jangan sampai telat makan ya. Jangan suka lupa waktu kalau sama tugas juga.."

"Iya Bu, gak akan lupa kok. Ibu juga jangan lupa makan ya, jangan tidur terlalu malam dan kelamaan nonton televisi. Obatnya juga jangan lupa di minum, ayah mana Bu?"

"Ayahmu masih ke rumah depan, ada yang pindahan baru. Jadi ikut bantu-bantu disana, kamu mau nyambung?"

"Iya sih Bu, kalau ayah gak sibuk. Tapi kalau ayah masih begitu. Gampang nanti aja deh nyambungnya. Titip salam aja buat ayah ya Bu. Bilangin, kalau Putri kangen sama ayah dan ibu juga..." Ibu putri kini tertawa renyah di ujung teleponnya.

"Iya nak, nanti ibu sampaiin sama ayah. Ya udah, istirahat dulu sana. Nanti telpon lagi." Ujar ibunya lagi.

"Iya Bu, aku tutup dulu ya..." Putus Putri dan segera memutuskan sambungan teleponnya dengan sang ibu. Gadis itu melemparkan ponselnya ke samping dan merebahkan tubuhnya hingga jatuh tertidur.

...

Malam sudah larut saat gadis itu terbangun dari tidurnya dan merasakan lapar.

"Jam berapa ini.." ucapnya melalui google assisten.

"01.15 dini hari." Jawab google dan putri menghela nafas. Dia masih cukup mengantuk, tapi sial baginya karena perutnya terus meronta ingin di isi dengan makanan atau sekedar pengganjal rasa laparnya.

Putri terus berjalan ke arah kulkas dan membukanya, meraba permukaan dalam kulkas yang terasa begitu dingin. Gadis itu mencoba mencari dan merasakan apakah masih ada bahan makanan yang tersisa atau sekedar makanan yang masih layak untuk dimakan meskipun hanya sedikit.

Tapi... Nihil...

Kulkas itu kosong dan hanya ada satu botol air mineral dingin yang ada disana. Sepertinya putri lupa untuk membeli bahan makanan atau mungkin tidak punya cukup uang untuk sekedar membeli mie instan? Ya.. teleponnya tadi dengan sang ibu, adalah saat dia ingin meminta untuk bisa dikirimi uang saku. Karena dia sudah tak punya pegangan lagi untuk besok. Tapi belum sempat Putri mengucapkan niatnya, ibunya sudah menceritakan tentang bagaimana kondisi keuangan mereka sekarang yang sedang tidak terlalu baik.

Banyak keperluan dan kebutuhan mendadak yang membuat keuangan keluarga itu cukup miris meskipun masih terhitung tanggal muda. Yap, ibu putri sakit dan putri jelas akan lebih memilih untuk mengobati ibunya di banding harus menuntut uang bulanan untuk dirinya.

Sampai...

"Oh iya!!" Putri seolah mengingat sesuatu dan segera menuju ke tempat dimana cucian kotornya menumpuk disana. Gadis itu mencoba untuk merogoh saku baju kotornya dan...

Voilla!! Tebakannya tepat, uang kembalian yang tadi di berikan oleh supir taksi itu masih ada disana.

Jari Putri meraba bagian khusus untuk tunanetra dan menghitung...

"50 ribu, 10 ribu, 5 ribu... Wahh, masih ada dan cukup. Syukur ya Tuhan..." Ucap gadis itu sambil bernafas lega. Putri memeluk lembaran uang yang telah usang itu ke dadanya dan tersenyum. Saat itu juga, rasa lapar yang sebelumnya menggerogoti dirinya segera lenyap begitu saja. Putri berjalan kembali ke arah kamar dan menyimpan uang pecahan 50 ribu itu baik-baik di dalam dompetnya. Dan menyimpan pecahan uang lain di tempat yang berbeda.

"Hmm.. kalau aku berhemat, pasti bisa cukup untuk satu minggu ke depan. Sampai ayah bisa mengirim uangnya lagi... Hehe" ujar gadis itu sambil terkekeh. Kehadiran supir taksi yang dengan baik hati mengembalikan uangnya itu memberikan berkah sendiri baginya sekarang.

"Waktunya tidur lagi putri.. ayo tidur." Gumam gadis itu dan membaringkan tubuhnya lagi di ranjang. Sampai tak lama, sebuah cahaya muncul memasuki jendela kamarnya yang gelap dan berubah menjadi sosok familiar.

...

"Dasar bodoh, mana mungkin kau bisa bertahan selama seminggu hidup dengan uang itu." Ujar Chanyeol yang kini menatap nanar isi kulkas Putri yang kosong.

Lelaki itu memejamkan matanya dan berusaha berkomunikasi dengan seseorang...

"Ibu... Ibu..." Panggil Chanyeol. Dan...

Plupp!! Wanita paruh baya yang masih begitu cantik dengan wajah bersinar itu datang tepat di sebelah putra kesayangannya.

"Kau memanggil ibu?"

"Aku boleh pakai jariku untuk ini?" Tanya Chanyeol sambil menunjuk ke arah kulkas itu.

"Astaga, kau memanggil ibu hanya untuk masalah sepele begini?"

Chanyeol menghela nafasnya, "Bu... Aku masih dalam masa hukuman, ibu juga yang mengatakan kalau aku tak boleh sembarangan menggunakan kekuatanku selama disini kan?" Jelas Chanyeol.

"Oh ya? Wah.. putra ibu memang penurut, lalu bagaimana dengan kau yang suka seenaknya menghilang di tengah perjalanan pulang? Bagaimana dengan kau yang suka memindahkan barang hanya dengan telunjukmu saja? Apa itu yang kau sebut dengan 'tidak menyalahgunakan kekuatan' sayang?" Tanya ibu Chanyeol dengan nada sindiran. Hingga putranya itu balik menatap tajam sang ibu.

"Bu! Astaga, ini bukan waktunya untuk mengungkit kesalahanku. Aku bahkan tidak sengaja melakukan itu."

"Oke.. oke, kita akan bahas itu nanti bersama ayahmu. Jadi tadi kau mau bilang apa?"

Chanyeol kini memutar malas bola matanya. "Ini.. apa aku harus belanja sendiri dan mengisinya atau aku hanya perlu menggunakan jariku dan..."

"Ide bagus! Ayo belanja, ibu temani." Chanyeol membulatkan matanya dan menatap ibunya dengan penuh pertanyaan.

"Bu, ini sudah hampir dini hari. Mana ada supermarket yang buka di jam seperti ini?" Ucap Chanyeol.

"Hmmm.. sebenarnya ada, tapi memang akan aneh kalau kita belanja di jam seperti sekarang. Tapi, kalau kau mengunakan jarimu. Itu juga akan lebih aneh, kau tahu kan gadis itu bukan gadis bodoh yang semudah itu menerima pemberian seseorang?"

Chanyeol rasanya kesal dengan monolog ibunya yang sama sekali tak berguna dan membuang waktu baginya sekarang.

"Bu.. ak--"

"Oh benar!!" Teriak ibunya dan Chanyeol segera mendekap bibir sang ibu agar tak membangunkan Putri.

"Ibu jangan berisik, dia masih tidur Bu.. ya Tuhan." Protes Chanyeol.

"Hmmpphh.. kau kurangajar sekali sih, jangan pegang mulut ibu begitu Chanyeol!" Ucap ibunya sambil mengusap bibirnya sendiri.

"Ya sudah, ibu cepat katakan bagaimana caranya. Jangan berteriak." Jawab Chanyeol sebelum ibunya mulai mengomel lagi.

"Besok kita belanja," tegas sang ibu tanpa ragu.

"Lalu?"

"Lalu.. kita antarkan ke rumah ini. Berikan pada gadis itu dan.. selesai!" Jelasnya lagi.

"Bu.. tadi ibu yang bilang kalau dia tidak akan semudah itu menerima pemberian orang lain, tapi ibu justru memberikan ide itu. Kalau begitu lebih baik aku--"

"Ssttt..." Telunjuk ibunya kini menempel di bibir tebal Chanyeol. "Jangan banyak protes, ibu tahu apa yang harus ibu lakukan. Tunggu saja besok. Dan ah.. satu lagi, antarkan gadis itu besok ke kampusnya dengan selamat. Kau tahu kalau dia sudah tak punya uang kan?"

"Ya sudah, terserah ibu saja. Aku mau pulang sekarang." Ucap Chanyeol sambil beranjak dari tempat itu. Namun, langkahnya terhenti begitu dia melewati kamar Putri yang kebetulan pintunya terbuka. Chanyeol segera masuk dan mendekat ke arah gadis yang tengah meringkuk sambil memeluk guling ya dengan erat.

Lelaki itu memperhatikan lekat wajah gadis yang ada di hadapannya dan menghela nafas sebelum tangannya terulur untuk menyelimuti tubuh mungil itu.

Ssrrttt

Putri bergerak sedikit dan tangannya menyentuh tangan Chanyeol. Bukan, bukan hanya menyentuh... Tapi gadis itu bahkan menggenggam jari Chanyeol meskipun tidak erat.

Membuat tubuh Chanyeol membeku sekaligus lemas seketika, hal yang paling dia benci ketika menjadi lemah di hadapan orang lain. Tapi bodohnya Chanyeol atau memang lelaki itu juga menginginkannya... Dia bahkan tidak menolak atau melepaskan jari putri dari tangannya dan justru duduk di samping ranjang si gadis perlahan, dan ganti menggenggam erat jari putri ke dalam tangannya yang besar dan hangat.

"Kau.. makhluk macam apa kau, sampai aku bahkan tak bisa menolak mu meskipun aku tidak sepenuhnya menginginkan dirimu, hmm?" Monolog Chanyeol sekali lagi sambil memandang wajah Putri.

Dan diam-diam, ibu Chanyeol tersenyum memandang putranya yang mulai luluh. Kedua jari nya menjentik dan menghentikan waktu secara tiba-tiba.

"Nikmati waktumu dengannya nak." Ujar ibu Chanyeol dan menghilang seolah di tiup angin. Membiarkan Chanyeol disana, menghentikan waktu dan memberikan banyak waktu untuk Chanyeol malam itu.

-------------------------🍁------------------------

"Euunggh.." putri melenguh dan menggeliat kecil di ranjangnya. Dia merasakan sinar matahari yang mulai masuk dan menghangatkan kamarnya.

"Astaga!! Jam berapa ini?!" Ucap putri dengan nada panik. Sampai akhirnya suara dering telepon menginterupsi kegiatannya.

'tuutt tuutt'

"Halo?!!"

"Astaga putri, jangan teriak. Kau dimana sekarang?" Tanya Dinda yang mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Di rumah.. aku terlambat ya, jam berapa sekarang. Ya Tuhan, aku kesiangan Din. Gimana ini? Ada tugas dan lagi harus di kumpulkan sekarang."

"Woww woww.. sabar cantik. Aku justru mau memberitahumu kalau dosen hari ini sedang rapat dan hampir semuanya. Jadi jadwal kita hari ini kosong." Jelas Dinda, hingga terdengar hela nafas lega dari Putri.

"Benar? Kamu gak bercanda kan?"

"Benar.. makanya aku mencarimu, aku mau mengajakmu ke toko buku. Novel baru yang aku katakan padamu itu, sudah terbit! Ayo beli. Aku kesana ya, aku jemput sekarang." Ajak Dinda dengan penuh semangat. Dan Putri hampir saja mengiyakan ajakannya kalau dia tak ingat tentang kondisi keuangannya.

"Uhmm.. aku ingin, tapi tugasku masih ada yang belum selesai. Aku mau mengerjakan tugasku saja dulu... Tak apa kan?"

"Kau yakin? Apa kau mau menitip untuk membeli novel juga yang seperti biasa?" Tanya Dinda.

"Ahh, gak usah. Aku mau konsentrasi ke tugasku dulu sebelum membeli novel atau semacamnya."

"Benar? Ada Novel yang khusus untuk pengguna tunanetra juga lho. Bagus!" Ujar Dinda. Dan ya.. Putri biasanya akan memekik senang dan segera menghambur ke toko buku. Tapi tidak untuk sekarang.

"Tidak, aku sedang tidak ingin. Maaf ya..." Ucap putri lagi.

"Oke oke.. ya sudah, nanti aku hubungi kau lagi ya.." tukas Dinda dan mengakhiri telepon mereka.

....

Putri kini mulai membereskan kamarnya dan membuka jendela. Membiarkan angin pagi itu menyapa ruang sempit miliknya yang terasa pengap. Dan sekali lagi, tanpa Putri tahu... Gadis itu sedang di awasi oleh seseorang atau sesuatu dari luar jendela kamarnya.

Chanyeol? Bukan... Dia mirip tapi bukan Chanyeol.

"Ada yang menarik? Apa dia mainan baru?" Tanya makhluk lain yang muncul mendadak di samping orang yang mengawasi Putri.

"Apa kau tak bisa kalau tidak muncul secara tiba-tiba di sampingku begini? Kau mengganggu kesenanganku sekarang." Ucap August sarkas.

"Mck, kau pikir itu hanya kesenangan untukmu? Mengganggu apa yang menjadi milik mereka juga termasuk kebahagiaan untukku kau tahu?" Ucap Ernest... Makhluk kecil yang berhawa panas itu.

"Aku tidak mengganggunya. Aku hanya melihat dia dari jauh" jawab August dan di angguki oleh Ernest.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang mengganggunya? Kita lihat, apa yang akan di lakukan oleh makhluk itu jika aku menyentuh penyembuhnya.." ucap Ernest dan August baru saja akan mencegah, tapi makhluk tengil itu sudah terlanjur masuk ke dalam rumah Putri dan mulai menjalankan rencananya. Meninggalkan August yang kini mulai khawatir apa yang akan terjadi pada sahabatnya itu di dalam sana kalau sampai tertangkap basah.

---------------------------🍁-------------------------

"Uhm.. cucian sudah selesai. Tinggal di jemur dan semuanya siap." Gumam Putri, bermonolog dengan dirinya sendiri. Gadis itu mengangkat keranjang yang berisi cucian itu menuju ke bagian belakang rumah untuk di jemur. Tapi...

"Aaaa!!!"

Bruukk!!

Gadis itu tersungkur di tanah dan wajahnya sukses mencium lapisan paving keras hingga kaki dan tangannya lecet juga jangan lupakan hidung Putri yang membentur dan membuatnya mendapatkan luka di sana hingga bengkak.

"Aduuhhh.. sshh.. sakit.." gumam putri mencoba bangkit, tapi...

Bruukk!

Dia kembali jatuh dan tersungkur cukup keras karena air cucian yang menggenang disana dan membuatnya terpeleset. Jangan tanyakan lagi bagaiman bentuk cucian baju Putri yang sudah bersih itu. Baju-baju gadis itu kembali kotor dan bahkan lebih kotor dari sebelumnya.

"Aduh ya Tuhan Putri... Ceroboh banget sih, astaga..." Gerutu gadis itu pada dirinya sendiri. Air matanya menggenang di kedua pelupuk mata Putri dan dia hampir saja terisak karena menahan sakit di tangan, kaki juga hidungnya. Di tambah mengetahui bahwa semua cuciannya jatuh hingga tak berbentuk lagi.

"Hiks.. hiks..." Rasanya stress merasakan dia yang membuat banyak kesalahan dalam waktu hampir bersamaan dan menghancurkan segalanya sekarang.

....

Di sudut tempat itu, Ernest terkekeh kecil sambil memandangi Putri yang tengah menangis terisak tanpa mengeluarkan suaranya. Iblis kecil itu menatap jari besar miliknya yang berlubang dan penuh luka itu dengan pandangan puas.

"Cih! Gadis lemah, kau hanya tersandung dasar bodoh! Begitu saja kau menangis, apa itu yang di sebut dengan penyembuh?" Ucap Ernest yang tentu saja tak akan bisa di dengar oleh Putri sedikitpun.

Lalu dengan menjentikkan jarinya, Ernest menghilang untuk kembali menghampiri August.

Iblis kecil itu nampak begitu senang meskipun itu tak berlangsung lama. Karena saat dia baru saja akan menghampiri sahabatnya, ada makhluk lain yang menabraknya dan membuatnya tersungkur ke tanah.

"Brengsek!! Siapa kau! Keluar cepat!" Teriak Ernest kesal dan berdiri, tapi dia kembali terjatuh saat baru saja akan mengangkat tubuhnya.

Bruukk!!!

Sebuah hantaman besar yang membuat dadanya sakit dan nyeri hingga darah keluar dari mulutnya keluar.

"Kau makhluk brengsek!! Keluar!!" Teriaknya lagi.

Tapi bukannya muncul, Ernest sekali lagi tersungkur dan tak bisa berdiri bahkan hanya untuk duduk. Sampai hembusan angin dingin bertiup dan sosok yang membuat Ernest terjatuh itu menampakkan dirinya.

"Hihihi.. rupanya kau." Komik Ernest sambil menatap Chanyeol sengit.

Kkrrttt!!

Chanyeol mendekat dan mencekik leher Ernest sangat kuat hingga wajah iblis kecil itu memerah dan pucat.

"Chan!!"

Chanyeol sama sekali tak menjawab panggilan dari Ernest maupun August yang kini berada di dekatnya, lelaki itu tetap pada posisinya dengan tangan yang mencengkeram kuat pada leher Ernest.

"Le..pass!!" Mohon Ernest karena rasanya dia sudah hampir mencapai ajalnya sendiri sekarang.

"Chanyeol!!!"

Brakk!!

August menyentuh Chanyeol dan berusaha membuat lelaki itu melepaskan tangannya tapi Chanyeol menepis lengan August hingga iblis itu terpelanting. Kedua mata Chanyeol memerah dan dia sudah di penuhi oleh amarah sekarang. Dia sudah siap menerima hukuman kalau dia sampai harus mencabut nyawa iblis brengsek di hadapannya. Tapi amarahnya lenyap saat dia mendengar langkah kaki seseorang di ujung jalan.

Putri...

Gadis itu keluar rumah dan bersiap untuk menuju ke suatu tempat hingga membuat perhatian juga pandangan  Chanyeol teralihkan.

Dan cengkeraman Chanyeol melemah, tangannya terlepas dan membiarkan Ernest langsung menjauh dari jangkauan lelaki itu.
Baru saja Ernest akan bernafas lega, chanyeol kembali menjentikkan jarinya dan membuat hujan turun dengan begitu lebat dan mengguyur tubuh dua iblis yang berada di dekatnya. Untuk manusia, ini hanya hujan biasa.. tapi untuk August dan Ernest, tetesan air hujan ini adalah siksaan kejam yang membuat keduanya kesakitan setengah mati, hingga keduanya memutuskan untuk menghilangkan dari sana sebelum mendapat amukan yang lebih besar dari Chanyeol.

Pandangan Chanyeol kini kembali pada Putri yang nampak kembali ke rumah dengan tergesa begitu tahu hujan turun saat itu.

....

Aku tak ingin kau di sekitarku. Kau menganggu! Kau bahkan aku anggap seperti seekor serangga yang harus aku enyahkan dari takdir dan kehidupanku.

Tapi hatiku...

Dia selalu mengatakan kalau kau adalah kunang-kunang. Yang memiliki penerang sendiri di kala gelap.

Bodohnya, aku mengikuti itu.

------------------------🍁🍁🍁-------------------

SATU CHAPTER SELESAI!

SILAHKAN TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMENTAR YANG BAIK. KARENA VOTE DAN KOMENTAR KALIAN ADALAH PENYEMANGAT KU UNTUK MELANJUTKAN MENULIS.

MAKASIH.

WITH LOVE,
AUTHOR

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top