Part 18 - STAY OR LEAVE

Aku ingin pergi... Menjauh darimu dan kembali ke tempatku yang semula.

Aku pikir aku mampu, aku harap aku bisa...

Kenyataannya, semakin aku pergi menjauh. Semakin sesak terasa, disini...

Di hatiku...

------------------------🍁🍁🍁--------------------

Silahkan tinggalkan vote sebelum kamu baca storynya

Please vote first before you read the story.

(100 vote for next chapter)

-----------------------🍁🍁🍁----------------------

Satu bulan...

Satu bulan sejak kejadian mengerikan yang putri alami, gadis itu sudah kembali pada aktifitasnya seperti sedia kala. Dia kuliah, berkumpul dan mengobrol dengan seluruh sahabatnya, mengerjakan tugas, dan semua yang biasa dia lakukan sebelum bertemu dengan Chanyeol.

Kecuali satu hal, menemui Chanyeol atau berkirim pesan dan bertukar kabar dengan lelaki itu.

Chanyeol benar-benar menepati janjinya untuk membiarkan gadis itu menjauh tanpa memaksa putri untuk bisa mendekat apapun yang terjadi. Meski putri tahu, atau bahkan merasakan kehadiran lelaki itu selama ini di dekatnya.

Putri sepertinya selalu mempertimbangkan mengenai masalah ini. Kenyataan bahwa Chanyeol bukanlah manusia seperti dirinya, telah melukai putri begitu dalam. Tanpa bisa putri elak entah dengan cara apapun. Dia tak tahu, bagaimana harus bersikap pada seseorang yang... Ah, bukan. Chanyeol bukan orang atau manusia. Intinya, dia tak mengerti harus bersikap pada Chanyeol jika suatu saat mereka berinteraksi lagi seperti dulu.

Belum siap, atau tak akan pernah siap

Putri bahkan mulai membiasakan diri untuk melepaskan perasaannya pada Chanyeol yang sudah terlanjur tertanam begitu dalam di hatinya.

Tapi semakin dia menjauh dari mencoba melupakan. Saat itu juga, suara Chanyeol seolah kembali memanggil namanya untuk kembali. Kembali pulang, ke sisi Chanyeol.

....

"Jadi gitu puu, menurut kamu gimana?" Lisa menutup bukunya dan memandang putri. Dia baru saja selesai menjelaskan materi ujian yang akan mereka jalani satu jam lagi di kampus. Tapi konsentrasi gadis yang ada di hadapannya mungkin sedang tidak 100 persen.

Putri terdiam, hingga Lisa menyenggol tangannya dan mengejutkan putri. "Puu!" Panggil Lisa sekali lagi, sedikit menyentak putri tentu saja.

"Eh? Oh.. maaf, kenapa tadi? Kamu bilang apa?" Putri sedikit gelagapan dan mencoba meraba sekitarnya. Mencari buku catatan miliknya yang sebenarnya sudah berada tepat di hadapan gadis itu sejak tadi.

Lisa menghela nafasnya, "Chanyeol lagi ya?" Tanyanya to the point, namun putri menggeleng. Gadis itu mulai membaca setiap huruf braille di dalam catatannya, seolah tak mendengar nama yang di sebutkan oleh Lisa barusan.

Ssrrttt

Lisa menarik buku milik putri, dia menutup buku itu dan menggenggam tangan sahabatnya. "Cerita, aku dengerin. Kamu gak akan bisa belajar juga kok, kalau pikiran kamu gak karuan begini." Ucap Lisa dan akhirnya putri menyerah. Sudah cukup, dan dia tak mau lagi berusaha terlalu keras untuk belajar. Saat otaknya di penuhi oleh satu nama.

Chanyeol... Park Chanyeol.

......
"Huuuhhh..." Putri menghela nafasnya dalam dan cukup panjang. Dia menutup wajahnya ke dalam lengan dan memejamkan matanya.

"Gak pulang puu?" Tanya Lisa yang baru saja memasukkan semua barangnya ke dalam tas dan putri menggeleng sebagai jawaban. "Balik aja, yuk. Udah sore lho. Nanti keburu di tutup tuh gerbang kampus." Ucap Lisa lagi sembari menyentuh kepala putri.

"Nanti... Oh, jangan di singkirin tangannya ya. Enak banget kepala aku di pegang sama kamu." Ucap putri dan Lisa hanya berdecih.

"Dasar! Aku juga mau pulang puu. Pacar aku udah nungguin di depan tuh." Gerutu Lisa.

"Ya... Pulang aja sana, aku nanti pulangnya. Masih pengen disini. Besok juga gak ada ujian kok." Jawab putri.

Lisa mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas yang cukup sepi dan kembali berbisik. "Jangan kemaleman, awas nanti di gondol setan kamu." Putri berjengit dan bersiap memukul Lisa yang dia yakini berada di hadapannya.

Tapi kosong, tak ada siapapun disana. "Clear banget perginya tuh anak." Gumam putri dan kembali menelusupkan kepalanya di antara lengannya sendiri. Memejamkan matanya barang sejenak, membuang penat yang dia rasakan setelah selama hampir 2 minggu mengikuti ujian di kampusnya.

Sampai...

Grrtt

Ada seseorang yang duduk di hadapan gadis itu. Melarikan tangannya untuk menyentuh kepala putri dan mengusapnya perlahan, menyalurkan setiap rasa hangat disana. Dan membuat gadis itu semakin nyaman dengan posisinya saat ini.

"Kamu balik lagi Lis?" Putri memiringkan kepalanya dan masih memejamkan mata. "Tangannya jangan di pindahin dulu. Aku suka." Ucap putri lagi, dan setelahnya. Dia bisa merasakan tangan itu terus mengusap lembut kepalanya sampai putri kembali tertidur begitu lelap.

--------------------------🍁-------------------------
"Hoooaaammhh..." Putri menggeliat kecil dan meregangkan tubuhnya. Dia berbalik dan memeluk erat guling yang ada di sebelahnya. Menutup rapat tubuhnya dengan selimut karena hari ini dia masuk siang untuk kuliah.

Memeluk guling...

Merapatkan selimut...

Tunggu..!

Putri membuka matanya cepat dan meraba setiap benda di sekitarnya. Hingga dia menyadari dan yakin sesuatu... Dia berada di kamarnya. Di rumahnya!

Putri mengerjapkan matanya dan menggeleng beberapa kali, mencoba mengingat apa yang dia lakukan semalam. Atau kemarin.

Tangannya langsung menggapai ponsel yang kebetulan berada di dekatnya dan menghubungi seseorang

....

"Halo...?"

Suara di seberang sana langsung menyapa.

"Lis, ini aku..."

"Iya tahu puu, keliatan kok di hp aku. Ada nama kamu disini." Jawab Lisa yang membuat putri mendengus.

"Aku ketiduran kemarin ya dikelas? Kok kamu--"

"Iy--, tunggu! Kamu ketiduran dikelas dari kemarin sore abis ujian?!!! Kok bisa sih, terus sekarang kamu dimana? Masih di kampus? Astaga puu, kamu tuh ceroboh banget. Untung kamu gak kenapa kenapa. Kslau ada orang jahat gimana?" Cerocos Lisa tanpa henti namun membuat putri sadar sesuatu.

Bukan Lisa, bukan dia orangnya. Yang telah memindahkan putri dan membawa gadis itu kembali ke rumahnya dengan selamat semalam.

Pikirannya melayang pada satu nama, yang kemungkinan besar bisa melakukan hal semacam ini sendiri. Bahkan tanpa diminta...

Chanyeol... Nama lelaki itu membuat putri bersemu, bahkan setelah gadis itu menyadari. Bahwa parfum chanyeol dan aroma tubuh lelaki itu melekat pada dirinya meskipun sudah semalam dia pergi.

-------------------------🍁--------------------------

"Kau baru saja menemui putri?" Tanya ibu chanyeol yang dibawa anggukan oleh lelaki itu. "Sudah satu bulan lebih Yeol. Apa dia tetap tak ingin kembali padamu? Kau tak mencoba bicara dengannya lagi, meyakinkan dia bahwa semuanya baik-baik saja begitu?" Tanya sang ibu lagi.

"Aku tak mau memaksa Bu. Ini bukan tentang perselingkuhan atau hal semacam itu yang lumrah dalam percintaan. Ini tentang dunia kita yang berbeda jauh. Tentang semua perbedaan yang terlihat begitu jelas di antara kami berdua dan membuat tembok besar sebagai pembatas di antara kita." Jawab Chanyeol.

Ibunya kini menatap lekat sang anak yang keadaannya sangat... Mengenaskan? Mungkin, jauh lebih buruk ketimbang Sehun yang baru saja di racun beberapa waktu yang lalu. "Dia tahu tidak, kalau kamu selama ini mengikuti dia?" Tanya sang ibu dan Chanyeol kembali menggeleng singkat.

"Ya Tuhan, Chanyeol..." Chanyeol tak menjawab, dia hanya melenggang masuk ke dalam kamar. Tapi sepersekian detik kemudian kembali keluar dengan membawa jaket tebal miliknya dan segera keluar.

"Mau kemana Yeol??!!!" Teriak ibunya.

"Gadisku!!!" Jawab Chanyeol sembari menghilang dari balik pintu.

"Putri lagi ya?" Tanya ayah Chanyeol. Dan di jawab anggukan oleh ibunya. "Semoga gadis itu bisa secepatnya kembali kesini. Kasihan dia," ucap ayah chanyeol sekali lagi.

Dan dari lantai 2, Sehun menatap nanar semua kejadian itu. Bayangan masa depan kembali melintas di otaknya dan dia mneggeram kesal karena tak bisa menghentikan semuanya.

-------------------------🍁------------------------
"Chanyeol... Hiks.." tangis putri terdengar begitu memilukan dan terasa begitu menyesakkan hati. Hingga Chanyeol datang dalam waktu sekejap dan mendekati putri. Berlutut di hadapan gadis itu dan memeluk erat tubuh kecilnya

"Ada apa? Kenapa nangis? Ada yang nyakitin kamu? Kamu sakit? Luka? Atau kenapa? Bilang sama aku, ada apa puu..." Tanya Chanyeol dengan nada panik dan khawatir yang terdengar begitu jelas. Dia mengusap lembut punggung putri terus menerus dan memperhatikan sekeliling. Siapa tahu ada yang menjadi penyebab gadis itu menangis seperti ini.

"Jangan... Pergi..."

Dua kata...

Hanya dua kata dan di ucapkan dengan di selangi isakan yang cukup membuat hati Chanyeol hancur seperti di rajam.

"Aku gak pernah pergi puu..." Ucap Chanyeol dan putri segera mengeratkan pelukannya tanpa berniat melepaskan tubuh Chanyeol sedikitpun.

"Tapi kamu gak ada, Chan... Kamu gak ada disini..." Ucap putri dan kembali terisak, tapi dibalik itu. Chanyeol memperlihatkan senyumnya. Senyum yang beberapa waktu ini tak terlihat sama sekali di wajahnya.

Chanyeol mereganggkan pelukannya dan menatap lekat gadis yang kini masih menunduk sembari terisak.

"Coba sentuh, aku disini kan?" Ucapnya dan putri terdiam, dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Chanyeol. Memastikan bahwa pelukan itu memang miliknya. Milik lelaki jangkung yang dia rindukan.

"Chanyeol..." Gumam putri

"Benar, Chanyeol. Aku chanyeol. Sekarang kamu percaya kan, kalau aku disini?" Tanya Chanyeol dan terkekeh, merapihkan rambut putri yang terlihat berantakan. Dan membersihkan air mata yang mengalir membasahi wajah putri.

"Ayo masuk dulu, di luar gerimis. Nanti kamu kedinginan terus sakit. Kita masuk sekarang ya, aku temenin kamu..." Ujar Chanyeol dan menuntun putri masuk ke dalam rumahnya.

.....

"Minum dulu, badan kamu dingin semua." Pinta Chanyeol dan mengulurkan coklat hangat yang dia buat dari persediaan dapur milik putri. Tapi belum sempat putri mengambil alih gelas dari tangannya, lelaki itu sudah duduk di samping putri dan meminumkan coklat hangat itu langsung dari tangannya. "Biar gak panas tangan kamu." Ucapnya.

"Makasih, aku bisa sendiri kok." Sergah putri. Tapi sekali lagi Chanyeol menolak. Lelaki itu kembali memaksa dan meminumkan coklat itu dengan tangannya sendiri.

"Chan..." Panggil putri.

"Hmm?"

"Kamu..." Putri menggantung ucapannya dan menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. Sementara Chanyeol sudah menatap lekat gadis yang kini memenuhi benak dan juga pikirannya serta mengambil semua perasaannya.

"Ada apa puu?" Tanya Chanyeol.

"Uhm... Kamu, itu... Sebenarnya, apa..?" Tanya putri dengan terbata-bata. Takut kalau ucapannya menyinggung Chanyeol.

Lama tak ada jawaban dari Chanyeol hingga putri merasa cukup bersalah dan canggung. Gadis itu menyentuh tangan Chanyeol dan membuat lelaki itu berjengit kaget. "Jangan di jawab, aku gak maksa kamu kok. Aku.. cuma tanya. Kalau kamu gak mau jawab juga gak apa-apa kok Chan. Aku ngerti..." Ucapnya lagi dan membuat Chanyeol tersenyum.

"Aku bukan gak mau jawab puu. Tapi aku bingung harus gimana jelasinnya sama kamu dan pakai bahasa kayak apa biar kamu ngerti posisinya." Jawab Chanyeol. Tak ada nada marah disana. Hanya dapat lembut dan hangat???

"Ya udah, gak usah di jawab. Intinya, kamu bukan manusia biasa kayak aku. Gitu kan? Kamu bisa menghilang, bisa jalan cepet, atau terbang mungkin? Atau... Kamu bisa apa aja?" Tanya putri lagi dan Chanyeol terkekeh.

"Astaga, kamu lucu banget sih. Gini aja, kamu tanya aja apa yang kamu mau tahu soal aku. Dari rumah aku, orang tua, saudara aku, sahabat aku, masa kecil aku. Dan... Tentang hubungan kamu sama aku. Juga kenapa aku ada disini. Gimana?" Putri mengangguk, gadis itu menghela nafasnya sebentar sebelum akhirnya mengucapkan satu pertanyaan pada Chanyeol.

"Kamu.. malaikat?" Tanya putri.

-------------------------🍁---------------------------
August terdiam dan menatap balik Ernest yang kini duduk di hadapannya. Penampilannya begitu berantakan, tak lebih baik dari beberapa jam lalu. Saat August menyelamatkan iblis itu dari cengkeraman Lumos.

"Kenapa kau menyelamatkan aku, August? Kau tak perlu melakukan itu. Aku masih mampu--"

"Mampu menahan rasa sakit yang jutaan kali lebih sakit dari yang kau rasakan sekarang dan masih bisa mati untuk menyusul adikmu ke neraka?" Lanjut August yang menohok Ernest saat itu juga. "Apa kau tak ingin mengucapkan terima kasih padaku? Setidaknya aku pantas mendapatkan itu setelah aku menyelamatkan nyawamu." Ucap August lagi.

"Aku tidak ingin selamat atau pun hidup lagi di dunia ini." Jawab Ernest yang kini menunduk dengan penuh kemarahan.

"Kau mau mati?" Tanya August dan Ernest mengangguk.

"Hahahaha.... hahahahaha..." Tawa August terdengar begitu keras, dia bahkan memukul lengan Ernest sambil terus tertawa. "Bodoh! Kalau kau memang mau mati, kenapa kau harus merintih kesakitan seperti itu?? Ha??!! Kenapa kau memohon Lumos menghentikan siksaannya padamu, jika kau memang mau mati. Dasar bodoh!!!" Ucap August dan sekali lagi tertawa.

"Kau pikir itu tidak sakit??!" Teriak Ernest dan seketika tawa August terhenti.

"Sakit?" Tanya August. "Kau bilang apa tadi, sakit???!!!" August mendengus. "Lalu bagaimana dengan gadis yang tidak berdosa itu jika kau berhasil meracuninya. Bagaimana dengan Sehun yang tak tahu apa-apa, saat kau menghantam kepalanya. Bagaimana sakitnya saat Chanyeol tahu dia kehilangan penyembuh yang juga orang yang paling berharga untuk hidupnya?!! Sakit??!!! Kau pikir hanya kau yang tidak boleh merasakan sakit! Dan orang lain boleh?!! Atau kau pikir, hanya kau yang boleh menyiksa? Tanpa pernah bisa merasakan siksaan??!!"

"Kau membela Chanyeol? Membela pengkhianatan itu?" Tanya ernest.
August menggebrak meja dan membuat Ernest tersentak.

"Siapa disini yang berkhianat? Aku, Chanyeol, atau kau???!" Tanya August

"Kau..."

"Kejadian ini menyadarkan ku akan satu hal Ernest. Bahwa bukan Chanyeol yang bersalah selama ini. Bukan juga Lumos yang membuat kesalahan hingga membuatnya membenci Chanyeol. Ini semua, bermula dari satu titik. Dan titik itu adalah kau!!! Kau Ernest!! Kau yang berkhianat dan mengadu domba kami semua!! Membuatku dan Chanyeol saling membenci! Membuat Lumos menyerang dan hampir membunuh Chanyeol juga seluruh keluarganya! Kau Ernest!!!" Teriak August dengan amarah yang membara.

......

"Chan..." Putri meraba tempat di sampingnya dan mencari sosok Chanyeol yang ternyata masih ada di sampingnya, memeluk tubuhnya erat dan mendekap tubuh putri begitu hangat

"Tidur lagi sayang, masih malam. Aku gak pergi kemanapun kok." Jawab Chanyeol.

Putri mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Chanyeol.

"Kau mau kita mengulangi yang baru saja kita lakukan ya?" Ucap Chanyeol dengan suara berat khas miliknya, membuat putri merona karena mengingat bagaimana kegiatan mereka tadi.

"Jangan di bahas!" Chanyeol terkekeh. Lelaki itu mencium kening putri.

"Aku harap dia tumbuh dengan baik di dalam. Supaya aku bisa segera melihat putraku lahir..." Putri mengerjapkan matanya dan...

"Chanyeol!!! Kita cuma tidur pelukan ya, gak lagi macam-macam!" Teriak putri dan Chanyeol terkekeh.

"Iya iya.. cuma pelukan, sambil ciuman juga tadi. Sedikit," ucap Chanyeol sembari terkekeh. "Puu, bibir kamu manis banget. Boleh cium lagi gak?"

......

Lupakan mereka.

Aku disini.

Lupakan mereka.

Kamu disini.

Di sisiku...

Di hatiku...

Di hidupku...

Selamanya....

------------------------🍁🍁🍁--------------------

Satu CHAPTER DONE!

Silahkan tinggalkan vote dan komentar, makasih...

Oh ya, jangan mikir macem2 ya, chanpuu gak ngapain kok. Wkwkwksk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top