Part 17 - DEVIL vs DEVIL part 2

Kau milikku! Aku yang menjagamu.

Meski nyawaku menjadi tebusan untuk menyelamatkan hidupmu.

Kau... Prioritas ku di atas segalanya.

----------------------🍁🍁🍁---------------------

Vote first before you read the story

Silahkan tinggalkan vote sebelum kamu baca storynya.

(100 vote for next chapter)

---------------------🍁🍁🍁-----------------------

Sehun ambruk dan seketika itu juga Jongin segera mengejar entah benda atau makhluk yang menyerang adik bungsunya secara tiba-tiba. Putri, yang tak melihat apapun dan tak mengerti apa yang terjadi. Segera di tarik masuk oleh Chanyeol sementara ibu dan ayahnya membawa Sehun juga untuk masuk ke dalam rumah mereka.

.....

"Kamu tunggu disini, ya.. nanti aku anterin pulang kalau semuanya udah tenang." Ucap Chanyeol sembari memeluk Putri sebentar. Wajah gadisnya itu memucat dan kedua manik mata Chanyeol menatap pilu kondisi Sehun yang juga tak lebih baik dari putri sekarang.

Grepp

Putri menahan tangan Chanyeol yang akan beranjak dari sisinya. Hingga akhirnya lelaki itu kembali merunduk dan mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan putri yang tengah duduk.

"Kenapa, hmm?" Tanya Chanyeol, begitu lembut

"Kamu mau kemana? Sehun kenapa? Dia gak apa kan? Jongin mana? Ibu sama ayah kamu mana? Aku takut Chan, jangan pergi. Aku gak mau sendirian..." Suara putri bergetar, dia tahu ada yang tak beres dan bahkan membahayakan. Nafas Chanyeol yang menderu dan suara lelaki itu yang terdengar tak tenang, membuat putri semakin yakin kalau ada hal besar yang terjadi sekarang.

"Putri.." Chanyeol merintih memohon agar putri mau membiarkan dirinya pergi, sebentar saja.

Tapi kenyataannya, gadis itu tak mau Chanyeol beranjak dari sana. Keluar dari rumah, "Aku gak mau kamu kayak Sehun." Jawab gadis itu, tangannya semakin erat menarik lengan Chanyeol. "Jangan pergi, aku tahu semuanya gak baik-baik aja Chan. Aku gak mau kamu terluka, Sehun. Jongin, atau bahkan orang tua kamu terluka. Kalau sampai kamu kenapa-kenapa, nanti aku--" putri tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya, tangisnya kini pecah dan Chanyeol segera menarik tubuh putri ke dalam dekapan hangatnya.

"Oke, jangan nangis lagi. Aku mohon, kamu jangan nangis lagi, kamu tunggu sini aja tapi ya. Ini di kamar aku, kamu duduk sini dan aku mau lihat kondisi Sehun dulu sama Jongin ya, sayang..." Chanyeol mengusap lembut punggung tangan putri dan segera mengecup sebentar tangan juga kening putri sebelum akhirnya keluar ruangan dan menemui kedua orang tuanya.

.....

"Yeol, Sehun belum bangun juga. Kita harus bawa dia ke rumah kita disana, kita gak bisa obati dia disini." Ibu Chanyeol kini terlihat begitu panik dan menangis melihat kondisi Sehun yang tak karuan. Sementara ayah Chanyeol rupanya mengikuti Jongin untuk mengejar penyerang Sehun saat ini.

Dan saat Chanyeol baru saja akan mendekati Sehun, yoora muncul dan menyentuh tangan Sehun. "Bawa putri kesini Yeol." Ucap Yoora,

"Apa? Untuk apa Noona?" Yoora tak menjawab Chanyeol namun hanya menatap tajam ke arah adiknya dan Chanyeol pun segera mengerti hingga membawa putri ke tempat dimana Sehun berada sekarang.

--------------------------🍁-------------------------

Brakkk!!!!

Jongin melemparkan tubuh Ernest hingga terjungkal dan menarik rambut iblis itu hingga kepalanya tertarik ke belakang dengan sangat kencang dan membuat Ernest berteriak kesakitan.

"Kau iblis brengsek!!!!" Jongin kembali menarik rambut panjang Ernest dan sekali lagi membuat Ernest meringis kesakitan.

Iblis itu tertawa sinis, "Seharusnya bukan adikmu yang terluka, bodoh!! Harusnya, perempuan itu yang mati sekarang. Tapi adikmu terlalu bodoh dan melindungi perempuan buta yang tak berguna itu, sampai--"

Bugghh!!!

Sebuah pukulan keras kini melayang mengenai wajah Ernest, sekali lagi Ernest terpental jauh dari cengkeraman kuat Jongin yang juga ikut terkejut. Dia pikir, itu kakaknya Chanyeol atau mungkin sang ayah yang memukul ernest. Namun kenyataannya, justru sosok lain yang sekali lagi kembali mengejutkan Jongin hingga hampir membulatkan matanya.

"August..." Gumam Jongin dan kini menatap Ernest yang sudah terkapar dengan darah yang mengucur deras dari wajahnya.

"Kau iblis brengsek!" August mendekati Ernest dan menarik iblis itu hingga wajahnya cukup dekat dengan wajah August.

"Kau..."

"Iya, aku. Aku yang memberikanmu pukulan di wajahmu. Aku yang membuat wajahmu hancur dan akan lebih aku hancurkan saat kau berani menyentuh keluarga Chanyeol meskipun hanya seujung kuku." Ucap August sengit dan sekali lagi membuat Ernest mengernyit.

"Dia bukan temanmu lagi, kau bahkan terperdaya olehnya lagi, August.." ucap Ernest dengan nafas tersengal karena leher nya yang di cekik kuat oleh August.

Tapi August membalasnya dengan seringaian menakutkan, "Kau bodoh, asal kau tahu Ernest. Adikmu sekarang sudah meninggal, dia sudah mati dan dia.. dibunuh oleh orang yang kamu percaya akan menyelamatkan hidupmu juga keluargamu. Ernest..." Ucapan August sontak membuat Ernest terkejut, tubuhnya yang sedari tadi lemah tiba-tiba menegak. Dan membuat August melepaskan cengkeramannya dari leher Ernest.

"Apa? Kau terkejut Ernest?" Tanya August sekali lagi dan tentu saja Ernest terpaku. Dia hampir melontarkan kalimat kasar pada August sebelum sahabat, oh bukan. Mantan sahabatnya itu mengatakan satu hal lagi yang membuat nyawa Ernest seolah di cabut saat itu juga. "Mayatnya sekarang sedang di bawa oleh anaknya buahku ke rumahmu. Maaf, karena aku terlambat menyelamatkannya tadi." Ucap August dan seketika itu Ernest menghilang dari hadapannya dan juga Jongin yang masih terdiam. Mencoba mencerna apa yang terjadi di hadapannya barusan.

August kini menghadap ke arah Jongin dan mendekati lelaki muda itu yang nampak masih penuh emosi dan rasa khawatir. "Berikan ini pada Sehun. Dia akan sembuh begitu meminum ini. Dan.. kau, ayah ibumu, juga Chanyeol dan gadis itu. Harus meminumnya juga. Untuk melindungi kalian semua." Ucap August sekali lagi dan segera di turuti oleh Jongin tanpa banyak bertanya lagi

....

Sementara itu, di rumah Chanyeol nampak kondisi semakin tak karuan. Tubuh Sehun semakin dingin dan wajahnya semakin memucat, bibirnya berubah warna menjadi biru. Persis mayat yang sudah beberapa hari meninggal dunia. Hal yang aneh dan tak seharusnya terjadi pada makhluk seperti mereka.

"Pegang tangannya puu.." pinta yoora dengan lembut begitu putri sampai ke tempat Sehun berada. Chanyeol membulatkan matanya, dia bukan cemburu. Bukan! Tapi dia hanya bingung, bukankah putri adalah penyembuhnya? Tapi kenapa justru Sehun sekarang?, "Kita harus tahu benda apa yang masuk ke dalam tubuh Sehun agar bisa mengeluarkannya segera. Itu sebabnya putri disini." Jelas Yoora lagi yang membuat semuanya mengerti dengan maksud juga tujuan gadis itu.

Putri kini menggenggam erat tangan Sehun. Demi apapun di dunia ini, tangannya sangat dingin. Sedingin es atau bahkan jauh lebih dingin lagi hingga putri sedikit berjingkat karena terkejut dengan apa yang di rasakan, gadis itu sedikit ragu untuk menyentuh Sehun lagi. Sampai akhirnya Chanyeol meyakinkan gadis itu dengan berkata, "Tak apa, aku disini. Jangan takut, aku akan jelaskan semuanya setelah ini selesai. Tapi tolong adikku dulu..." Pinta Chanyeol yang begitu lembut dan lirih, tangannya terulur dan ikut menyentuh tangan Sehun juga tangan putri yang kala itu bergetar ketakutan. Tapi akhirnya, gadis itu menuruti permintaan chanyeol.

---------------------------🍁------------------------

Tubuh Ernest ambruk seketika, saat melihat jasad adik perempuan satu-satunya yang dia cintai sudah kaku tak bernyawa. Guratan bekas cekikan di leher iblis perempuan kecil itu cukup terlihat jelas hingga Ernest tahu pasti, siapa yang melakukan perbuatan kejam ini pada adiknya.

Sementara itu, August yang melihat dari kejauhan bagaimana tangisan Ernest yang menyayat hati hanya bisa diam. Lelaki itu kecewa, kecewa yang begitu dalam pada sahabatnya itu. Pengkhianatan yang Ernest lakukan, rupanya bukan hanya kali ini saja. Bukan hanya satu kali ini saja. Tapi dia pernah melakukan hal yang sama dan bahkan berakibat lebih buruk lagi pernah di lakukan olehnya

"Sehun selamat, tuan muda." Lapor seseorang yang diketahui sebagai salah satu anak buah August kala itu.

August melirik ke arah anak buahnya dan menghela nafas sebentar, "Bagaimana dengan gadis itu?" Tanyanya.

"Saya rasa, dia akan segera tahu identitas tuan muda Chanyeol juga keluarganya sekarang tuan muda. Ini tak bisa di hindari lagi sekarang. Sehun yang membuat semua tabir ini terbuka dengan sendirinya." Jawab iblis itu dan August menanggapinya dengan anggukan.

"Aku rasa, aku tak bisa menemui lelaki itu sekarang." Ucapnya sambil berlalu, membiarkan Ernest meratapi kesedihan dan penyesalan yang amat dalam atas kecerobohan juga pilihannya yang salah saat ini. August tak ingin lagi memaksa Ernest untuk sadar akan kesalahannya. Karena itu tak ada gunanya lagi saat ini.

......

Chanyeol berlutut di hadapan putri. Di dalam kamarnya, hanya berdua. Gadis itu masih menangis tersedu setelah mendengar segala pengakuan Chanyeol dan semua cerita tak masuk akal yang di lontarkan dari bibir lelaki itu.

"Maafkan aku, kau.  Boleh pergi menjauh dariku kalau kau memang tak ingin disini. Aku tak akan menghalangimu tapi ijinkan aku untuk melindungi mu meskipun itu dari kejauhan..." Putus Chanyeol yang membuat tangis gadis itu semakin kencang.

Sakit......

Sakit yang begitu dalam kini Chanyeol rasakan, saat air mata putri menetes dan membasahi punggung tangannya. Dia akan menerimanya....

Menerima segala konsekuensi dan juga hukuman apapun setelah ini. Asal bukan gadisnya lah yang memberikan hukuman itu untuknya nanti.

Chanyeol menghapus air mata putri dengan begitu lembut menggunakan kedua ibu jarinya. "Ayo pulang, aku akan mengantarmu sampai ke rumah dengan selamat." Ucap Chanyeol dan segera bangkit dari sana.

"Apa kau akan mati?" Tanya putri saat merasakan pergerakan Chanyeol yang menjauh.

"Apa?" Lelaki itu berbalik dan menatap gadis itu.

"Apa kau akan mati kalau aku menjauh? Atau justru, kau akan selamat kalau aku menjauh?" Tanya gadis itu sambil sesekali terisak.

Chanyeol kembali berlutut, "Aku tidak akan mati jika kau tak memberikan aku ijin untuk itu. Meskipun nafasku tinggal satu hela. Jika kau tak memberikan ijin, aku tak akan pernah mati. Kau.. penyembuhku. Ingat?" Ujar Chanyeol

......

"Bagaimana rasanya sekarang?" Tanya ayah Sehun pada putra bungsunya yang baru saja bangun dan sadar setelah meminum penawar yang di berikan August pada melalui Jongin tadi

"Lemas, tapi aku rasa akan segera membaik ayah." Jawab lelaki itu dengan suara serak dan nampak lesu.

"Istirahatlah, ayah dan ibu akan kembali lagi nanti setelah melaporkan kejadian ini dan mengambil tindakan atas apa yang telah terjadi padamu." Ucap ayah Sehun dan kemudian berbalik menatap Jongin. "Jaga adikmu baik-baik. Untuk putri, biar Chanyeol yang mengurusnya, tapi kau juga harus memberitahukan yang lain. Agar membantu Chanyeol menjaga gadis itu. Dia prioritas kita sekarang." Ujar sang ayah yang di angguki Jongin dengan cepat. Lelaki kini mendekat ke arah Sehun dan membiarkan sang ayah keluar kamar menemui ibu mereka.

-------------------------🍁--------------------------

Lumos meradang. Iblis itu kini menghancurkan seluruh apa yang di hadapannya tanpa tersisa sedikitpun. Pengajarannya agar gadis yang menjadi penyembuh chanyeol mati itu kini justru tak berhasil

Ramuan yang di siapkan Lumos selama puluhan tahun untuk membalas dendam pada Chanyeol terbuang sia-sia karena kecerobohan iblis bodoh yang bernama Ernest. Seharusnya, bukan Ernest yang menjalankan tugas ini. Jika saja Lumos memilih iblis lain yang lebih hebat, tugas ini di pastikan akan berhasil dengan sangat baik.

Brakk!!!

Pintu ruangan Lumos terbuka dan Ernest masuk ke dalamnya. Raut wajahnya sudah terlihat membara penuh amarah yang tak bisa di kendalikan lagi. Lumos tahu apa sebabnya, karena dia ingat dengan jelas. Bagaimana dirinya mencekik leher iblis kecil yang adalah adik dari Ernest beberapa waktu lalu.

Ssrrttt

Ernest segera menerjang Lumos dan menyerangnya tanpa ampun. Tapi siapa Ernest? Di banding Lumos, iblis itu bahkan tak ada seujung kuku untuk iblis besar itu. Serangan yang diberikan Ernest justru membuat Lumos tertawa terbahak-bahak dan langsung menyingkirkan iblis kecil itu hanya dengan sekali gerakan.

Membuat tubuh enest terpelanting jauh dan menghantam tembok keras yang mampu meremukkan tubuh Ernest kala itu juga

"Cuih!! Kau iblis brengsek! Kau berani menyerangku, hah?!!!" Lumos berdecih, emosinya kini kembali menguasai.

Sementara Ernest kini tersenyum miris, "Aku iblis brengsek." Ucapnya. "Sudah 3 kali aku di sebut brengsek oleh orang yang berbeda hari ini. Pertama Jongin, kedua sahabatku sendiri, dan yang ketiga adalah kau..." Pandangan Ernest seolah menerawang dan mengingat bagaimana dia disebut hari ini.

"Cuihh!!" Lumos kembali meludahi wajah Ernest, memberikan sebuah penghinaan besar pada iblis itu. "Kau pantas mendapatkan kata yang lebih kotor dari itu. Dasar dungu!" Ucap Lumos sengit. "Bodohnya aku, mempercayakan pekerjaan sepenting ini pada iblis bodoh seperti dirimu. Membuat semuanya jadi kacau dan hancur!!!" Teriak Lumos.

"Bunuh aku." Ucap Ernest.

"Kau bilang apa tadi?" Lumos menatap tajam ke arah Ernest.

"Ku bilang, bunuh aku. Sekarang, aku mohon..." Pinta Ernest sekali lagi yang membuat Lumos membulatkan matanya, tapi satu detik kemudian. Iblis itu nampak tertawa, dia bahkan tak menyangka bahwa Ernest akan meminta kematiannya secepat ini.

Lumos mendekat dan memajukan wajahnya, memberikan tatapan mengerikan yang bahkan Ernest begitu enggan untuk melihatnya walau hanya sekejap. "Ada apa denganmu Ernest?! Apa kau menyesal?!" Tanya Lumos dan Ernest mengangguk.

"Benar... Aku menyesal." Jawab Ernest. "Menyesal, karena telah mengkhianati sahabatku dan mengikuti iblis kejam seperti dirimu!!!" Teriak Ernest sebelum menyerang Lumos secara tiba-tiba.

.....

Jika aku penyembuh, kenapa kau masih merasa kesakitan?

Jika aku penyembuh, kenapa kau masih merasa tak berdaya?

-----------------------🍁🍁🍁-------------------

One chapter done!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top