Part 15 - POISON

You as Me
Me as You
Be safe... I'll always be here for you.

I am your Guardian Angel

------------------------🍁🍁🍁--------------------

Please vote first before you read the story

Silahkan vote terlebih dahulu sebelum membaca storynya.

(100 vote for next chapter)

---------------------🍁🍁🍁----------------------

"Aku rasa, aku harus menjauh dari kamu Chan." Ujar Putri.

"Enggak, aku gak akan menjauh. Kalau kamu menjauh dari aku, silahkan. Tapi aku akan tetap ada di dekat kamu dan membuktikan bahwa apa yang aku rasakan memang benar. Juga, siapapun orangnya yang mengatakan hal keji apapun padamu. Mereka akan menyesal, karena telah menghina dan merendahkan dirimu seperti ini." Ujar Chanyeol

"Chan! Kamu gak ngerti. Gimana perasaan aku waktu dengar ucapan mereka. Hati aku sakit Chan, sakit banget dan aku gak tahan karena nama kamu juga ikut di bawa saat mereka menghina aku. Kalau itu cuma aku, kalau hanya aku yang di rendahkan. Aku gak masalah... Itu sudah biasa, dan aku masih bisa menanggung itu semua. Tapi ini kamu, kamu yang harus ikut merasakan hinaan itu gara-gara aku." Jelas putri dengan berlinang air mata. "Kamu baik Chan, sangat baik dan aku gak mau orang orang menyakiti kamu cuma gara-gara perempuan seperti aku. Mereka benar, tidak seharusnya lelaki seperti kamu harus berdekatan dengan perempuan macam aku. Itu kesalahan Chan..." Lanjutnya.

Chanyeol menghela nafasnya berat, tangannya mengepal kuat dan dia terlihat menahan segala perasaan yang berkecamuk di dalam dada. "Kalau kau tidak pantas, karena fisikmu. Lalu apa memurutmu mereka yang terlihat sempurna itu lebih pantas berada di dekatku dan mendapat kasih sayang, cinta, juga perhatian dariku?" Tanya Chanyeol. "Apa menurutmu, kepantasan seseorang hanya di ukur dari fisik mereka saja? Kalau memang begitu, kenapa Tuhan tidak mengambil kesempurnaan fisik mereka yang mereka gunakan untuk menghina orang lain saja, dan memberikannya pada orang cacat yang bisa lebih menghargai orang lain? Apa menurutmu itu adil?" Lanjut Chanyeol membuat putri terdiam, gadis itu tak mampu menjawab apapun kecuali menunduk dan menahan air matanya.

"Kau bilang tadi, kalau aku adalah orang yang baik. Lalu apa kau orang yang jahat? Apa kau pernah merendahkan orang lain? Apa kau pernah menyakiti seseorang secara langsung seperti apa yang mereka lakukan padamu, saat ini?" Ucap Chanyeol dan putri menggeleng kecil.

"Tapi aku merasa tidak pantas. Aku merasa aku terlalu rendah di banding kamu. Yang seluruhnya sempurna, Chan..." Ucap putri sembari terisak.

Chanyeol kini tersenyum, lelaki itu berlutut di hadapan putri dan meraih kedua tangan gadis itu. Dan menatap lekat kedua manik matanya, serta seluruh lekuk wajah putri yang penuh air mata. "Kau rela menyerahkan lelaki baik seperti aku ke pelukan gadis licik seperti mereka, hmm? Yang mampu melontarkan kata-kata kasar dengan ringannya tanpa berpikir perasaan orang lain? Bagaimana jika kita bertengkar nanti, kau tahu bagaimana aku dulu kan? Aku sempat membentak kamu, menyakiti hatimu dan menyinggung perasaan mu. Aku juga tidak sempurna. Kau tahu kan?" Ucap Chanyeol sangat lembut.

"Jadi... Aku salah? Perasaanku, salah?" Tanya Putri yang mulai bimbang dengan perasaannya sendiri.

"Iya, kau salah. Sangat salah, sudah aku katakan padamu untuk tak merendahkan dirimu jika kau tak bersalah, tapi kau melanggar itu semua. Dan apa tadi, kau bilang aku tak seharusnya di dekatmu? Lalu harus berada di dekat seorang gadis cantik meskipun aku tak mencintai dia?" Ucap Chanyeol. "Aku tidak bisa, tidak akan bisa. Kau tahu kenapa?" Putri menggeleng.

"Karena hatiku sudah ada padamu. Bagaimana bisa aku pergi ke tempat lain, jika hatiku sudah menemukan tempat untuk pulang dan bersandar?" Ucap Chanyeol yang entah kenapa, membuat hati putri menghangat seketika. "Kau tega mengusir hatiku dari dalam sini?" Chanyeol kini menunjuk dada kiri gadis itu dengan telunjuknya. Tak sepenuhnya menyentuh tapi putri mengerti apa yang Chanyeol maksudkan.

"Kamu akan sakit kalau aku mengusirmu pergi." Ucap gadis itu.

"Benar, aku akan sakit dan menangis sepanjang hidupku karena kau mengusir hatiku pergi. Apa kau tega melakukan hal itu?" Tanya Chanyeol sekali lagi.

"Enggak, aku gak mau menyakiti kamu. Aku gak mau kamu nangis dan sakit hati sepanjang hidupmu gara-gara aku, Chan." Jawab putri dan kini Chanyeol tersenyum. Putri memang begitu polos dan naif, hingga sekarang dengan perlahan.. Chanyeol mengusap air mata yang mengalir dari kedua pelupuk mata gadis itu dan mengalir melewati pipinya yang memerah akibat kedinginan.

Lelaki itu kini merengkuh putri ke dalam pelukannya, menghangatkan tubuh gadisnya juga menghangatkan hati gadisnya.

"Jangan pernah berpikir untuk menjauh, karena semakin kamu menjauh dariku. Aku akan semakin mendekat padamu. Kau mengerti kan sayang?" Ujar Chanyeol dan sekali lagi menyentak hati gadis itu. Hingga putri mengangguk kecil dalam pelukan Chanyeol.

----------------------🍁🍁🍁-----------------------

August kini terus mencari sahabatnya yang beberapa hari ini menghilang seolah di telan panasnya api neraka. Atau mungkin dia memang sudah tertelan? Hahaha. Iblis itu menyunggingkan smirknya begitu membayangkan wajah sahabatnya andai dia tahu apa yang August pikirkan saat ini.

"August!!" Panggil salah satu iblis dan membuat August menoleh ke arahnya.

"Apa? Kau sudah menemukan dia?" Tanya August, dan iblis itu menggeleng. Tapi raut wajahnya berubah muram juga ketakutan.

August kini mendekat dan menepuk pundak si iblis kecil yang adalah anak buahnya. "Katakan, ada apa? Aku tahu ada yang tidak beres selama aku pergi. Benar kan?" Ucap August dan akhirnya iblis kecil itu mengangguk lagi.

"Lumos... Dia ternyata telah bebas. Dan, ada yang melihat Ernest pergi bersamanya beberapa waktu terakhir ini. Tapi aku tidak yakin soal itu, maksudku... Tidak mungkin Ernest mau berdekatan dengan iblis seperti Lumos kan? Itu, mustahil. Benar kan?" Yakin iblis itu tapi sepertinya August berpikiran berbeda.

Raut wajahnya segera berubah kaku dan keras, terlihat dia menyimpan kemarahan disana. "Sejak kapan Ernest mengikuti Lumos?" Tanya August.

"Aku.. tidak yakin, tapi kalau dari informasi yang aku dapat. Kemungkinan adalah minggu kedua setelah kepergian mu kemarin." Jawab iblis itu dengan suara bergetar.

August sendiri kini mencoba menghela nafas dan menepuk lagi pundak iblis kecil itu. "Tak ada satupun yang mau berdekatan dengan iblis seperti Lumos. Kecuali dia punya sebuah rahasia besar Agus kepentingan besar di baliknya. Kau tahu itu kan?" Iblis kecil itu mengangguk. "Cari keluarga Ernest, termasuk adik perempuannya. Secara diam-diam dan rahasia, karena aku harus menemui dan memberi peringatan untuk seseorang." Ucap August yang di angguki oleh iblis kecil itu tanpa banyak bicara lagi.

Mereka menghilang begitu saja, setelah sebuah kilatan api terlihat dari tubuh keduanya. Menuju ke tempat yang berbeda.

.....


"Chan, kita kenapa gak langsung pulang? Aku sudah capek." Keluh putri, gadis itu memberengut sembari melipat tangannya di depan dada.

"Kamu gak laper emang? Daritadi belum makan juga, terus kedinginan juga. Iya kan?" Putri mengangguk kecil dan dia terdiam, menajamkan telinganya untuk mengetahui dimana mereka berada sekarang.

"Ayo turun, ada yang mau ketemu sama kamu dan ngobrol sama kamu." Ujar Chanyeol, lalu membantu putri melepaskan sabuk pengamannya. Tapi gerakan tangannya terhenti saat putri memegang tangan Chanyeol. "Ada apa puu? Kenapa?" Tanyanya.

Putri menghela nafas sejenak, "Bilang dulu, kita dimana dan mau ketemu sama siapa sekarang? Kalau cuma mau makan sama menghangatkan badan. Kamu bisa antar aku pulang ke rumah aku, dan aku tinggal membuat teh hangat untuk di minum. Tapi kamu tadi bilang, ada yang mau ketemu aku dan ngobrol sama aku. Siapa? Pacar kamu? Atau.." ucapan putri terhenti saat Chanyeol terdengar tertawa terkekeh cukup kencang sekarang.

"Pacar siapa? Aku gak mungkin punya pacar puu. Di saat kamu ada disini sekarang. Kamu pikir siapa pacaran aku? Kamu kan, bukan perempuan lain." Ujar cahbyeok di tengah kekehannya.

"Iya terus ini kita dimana sekarang Chanyeol? Kamu jangan aneh-aneh begini dong. Bikin aku takut tahu gak." Protes putri.

"Di rumahku." Jawab Chanyeol lalu dengan cepat membantu gadis itu turun dari mobilnya. Menuntunnya masuk untuk menemui beberapa orang yang sudah menunggu di dalam secara tak di rencana.

.....

"Aku pulang..." Teriak Chanyeol yang segera mengundang suara derap langkah kaki si bungsu dari kejauhan.

"Hyung! Kau sudah pul--" Sehun tercekat, saat dia menatap gadis yang berdiri tepat di samping Chanyeol saat ini. Matanya tertuju pada senyum lebar kakak sulungnya yang tak biasanya dan kedua tangan yang saling menggenggam erat di bawah sana.

"Sehun, aku ingin mengenalkan kamu pada seseorang. Dia putri, penyembuhku." Ucap Chanyeol dengan begitu yakin dan sekali lagi membuat lelaki berkulit pucat itu tersentak.

---------------------------🍁-------------------------

"Hahahaha, bagus... Bagus.. Kau memang sangat mampu di andalkan. Hahahaha!!! Bagus Ernest, bagus!!!" Lumos kini tertawa begitu kencang. Dia menepuk punggung Ernest beberapa kali hingga tubuh kecil Ernest hampir oleng karenanya.

"Apa aku boleh membawa pulang adikku? Dia sudah terlalu lama di tempat itu, dia bisa mati." Tanya Ernest dengan hati-hati pada Lumos dan iblis besar itu terdiam sejenak.

Wajah kakinya kini terlihat semakin sangar dan menakutkan. "Hmmhh... Apa kau sedang berusaha kabur sekarang dari cengkeraman ku, Ernest?" Tanya Lumos dan Ernest segera menggeleng.

"Tidak, tidak... Bukan itu, aku akan tetap disini. Di pihakmu. Tapi aku mohon, lepaskan adikku... Aku tak ingin melibatkan dia untuk membalas dendam seperti sekarang." Jelas Ernest hingga Lumos akhirnya kembali berpikir sejenak.

Iblis itu menatap tajam ke arah Ernest. Matanya yang menyala merah membuat Ernest sekali lagi merasakan tubuhnya melemas, dia akui dirinya ketakutan sekarang.

"Berikan satu tetes racun mematikan itu pada gadis bodoh dan cacat yang berada di dekat Chanyeol. Pastikan racun itu masuk ke dalam tubuhnya dan menjalar ke seluruh peredaran darahnya. Setelah itu, saat gadis itu sekarat. Kau akan mendapatkan adikmu kembali. Bagaimana?" Tawar Lumos yang kini membuat Ernest kebingungan.

Racun itu bukanlah racun biasa, jangankan manusia bisa layaknya putri. Bahkan dewa paling kuat pun bisa lemah tak berdaya jika meminum satu tetes racun itu hingga kehilangan seluruh kekuatannya.

Lalu putri? Dia hanya manusia biasa yang artinya dia akan langsung mati begitu rabun itu sampai ke ujung tenggorokannya.

Lumos yang melihat keraguan dari mata Ernest menyunggingkan senyumnya. "Jika kau tak ingin melakukannya, tak apa. Aku tak akan memaksamu... Aku bisa lakukan sendiri atau menyuruh anak buahmu yang lain melakukan hal ini. Tapi..." Lumos menggantung ucapannya. "Adikmu akan menjadi tawanan ku untuk waktu yang sangat lama. Tak terhitung, sampai aku berhasil membalaskan dendam ku pada malaikat brengsek yang sok suci itu. Iblis yang menjelma sebagai malaikat." Lanjut Lumos.
"Berikan aku waktu, aku.. harus memikirkan ini secara matang. Karena--"

"Karena ini perbuatan yang terlarang dan melawan peraturan dari Tuhan. Aku tahu itu, tapi apa aku peduli soal itu? Mereka tak akan mampu menjatuhkan hukuman lagi padaku seperti dulu.

Ernest menggeram, pilihannya sulit. Walaupun seharusnya tak sesulit ini. Seharusnya dia dengan mudah memilih sang adik ingin di bebaskan dan membiarkan gadis buta itu mati tanpa harus berpikir ulang.

Tapi entah kenapa, hati dan pikirannya tak berjalan beriringan. Ernest merasa hatinya tak tega jika harus membayangkan kesakitan yang akan di alami oleh gadis itu seorang diri setelah apa yang dia perbuat, bukan.. bukan dia, tapi Lumos.

"Baiklah, 2 hari. Aku beri kau waktu 2 hari dari sekarang. Atau..." Lumos memberikan isyarat membunuh tepat di hadapan Ernest.

"Aku mengerti..." Jawab Ernest.

.......

"Jadi kau sudah semakin dekat dengan putraku? Wah, rasanya baru kemarin aku mendengar dia mengeluh tentang kau dan mengatakan hal yang tidak pantas di depanmu. Tapi sekarang, lihatlah sayang. Putra kita sudah berani membawa seorang gadis pulang dan menemui kita berdua. Hahahaha.. " ibu Chanyeol kini tertawa lepas melihat bagaimana hubungan yang terjalin antara sang putra dengan putri sendiri. Gadis penyembuhnya.

"Takdir Tuhan tak ada yang tahu. Semuanya bisa saja terjadi di dunia ini atas kehendak Tuhan.." jawab ayah Chanyeol kemudian tersenyum. "Jangan sungkan disini, anggap saja rumahmu sendiri dan kami sebagai orang tuamu. Lalu, Sehun dan Jongin..." Sang ayah melirik ke arah kedua putranya yang tengah fokus pada piring di hadapannya.

"Anggap mereka sebagai adikmu. Kau boleh memarahi mereka atau berteriak jika mereka macam-macam. Karena Chanyeol sendiri yang akan membela dirimu." Jelas ayah Chanyeol dan putri hanya tersenyum tanpa menanggapi.

Gadis itu bingung, harus menjawab seperti apa semua ucapan dari kedua orang tua Chanyeol sekarang. Tangan kirinya selalu di genggam erat oleh chanyeol dan di sembunyikan di bawah meja makan. Itu juga sebabnya senyum putri tak luntur sedikitpun dari wajahnya.

Obrolan hangat itu terhenti saat ada sebuah ketukan yang terdengar dari arah pintu rumah Chanyeol. Membuat semuanya yang ada disana menghentikan gerakan sendok dan garpu masing-masing.

Bukan apa-apa. Rumah Chanyeol yang di maksud bukanlah rumah dalam artian sebenarnya yang terlihat oleh kasat mata.

Karena rumah yang di tuju oleh Chanyeol adalah rumahnya yang tak kasat mata, itu sebabnya aneh jika ada yang mengetuk pintu.

Sampai...

Chanyeol... Keluar sekarang atau gadis itu akan mati sekarang juga!!!

......

Aku akan melindungimu, sungguh...

Kau... Siapa kau sebenarnya!!!

Pergi kau dari hadapanku, dan dari hidupku... Selamanya!!!!

-----------------------🍁🍁🍁--------------------

Satu chapter selesai!

Tulis kesan dan pesan kalian, tekan tombol bintang di kiri bawah.

Nilai?

10-100...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top