Part 12 - FALL WITH YOU
Penyembuh? Bukan, kau bukan lagi penyembuhku. Tapi kau...
Kau adalah Hidupku. Nafasku. Cintaku. Separuh dari diriku....
Kau...
-------------------------🍁🍁🍁--------------------
Vote first before you read the story
Silahkan tinggalkan vote sebelum kamu membaca storynya.
(100 vote for next chapter)
-------------------------🍁🍁🍁-------------------
"Chanyeol, kenapa kau mengatakan semua itu padaku?" Tanya Putri yang masih terdiam di pelukan lelaki itu.
"Aku hanya mengatakan apa yang ada dalam hatiku dan pikiranku, tidak ada yang lain. Maaf kalau itu membuatmu tak nyaman..." Ujar Chanyeol, tapi Putri menggeleng
"Aku bukannya tak nyaman, tapi ini aneh Chan. Maksudku, kita baru saja berkenalan dan kau sekarang mengatakan hal semacam ini. Apa tidak aneh untukmu juga?" Tanya Putri.
"Tidak, kau tahu bagaimana aku kan. Aku tak akan pernah main-main pada setiap apa yang aku ucapkan." Putri tersenyum tipis tapi hatinya masih bimbang, apa yang harus dia lakukan setelah mendengar ungkapan Chanyeol barusan? Haruskah dia menjawab, atau hanya diam saja tanpa membalas apapun?
Seolah mengerti dengan jalan pikiran gadis itu, Chanyeol segera menjawab lagi. "Kau tak perlu mengucapkan apapun puu. Cukup percaya padaku dan sandarkan semuanya padaku. Untuk masalah apapun dan keadaan apapun, kau bisa menjadikan aku tempat bersandar dan tempat untuk berpegangan agar kau tak goyah bahkan jatuh. Karena aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhmu dengan cara yang tidak benar." Ujar Chanyeol sekali lagi sambil membelai rambut panjang si gadis.
.....
"Kepalamu berat!" Keluh Putri yang kini merasakan kepala Chanyeol menjadikan pahanya sebagai bantal.
Iya, lelaki itu langsung membaringkan tubuh besarnya di pasir pantai dengan berbantalkan paha Putri yang cukup kecil. Chanyeol memejamkan matanya, menikmati angin malam yang terus menerpa.
"Belum lima menit puu. Bagaimana mungkin langsung terasa berat?" Sergah Chanyeol.
"Ya mana aku tahu, Chan. Lagipula, nanti kau masuk angin kalau tidur di tempat seperti ini." Balas Putri.
"Hahaha, pemandu wisata seharusnya memberikan pelayanan dan fasilitas yang terbaik untuk tamunya kan. Anggap ini sebagai salah satu pelayanan yang harus kau berikan untukku. Sebagai tamu istimewamu malam ini. Bagaimana, adil kan?"
"Pantas kau jadi dosen, kau pintar sekali memutar balikkan ucapanku rupanya." Chanyeol terkekeh geli mendengar ucapan Putri yang terdengar seperti gerutuan.
"Putri.."
"Hngg?"
"Tetap di sampingku, ya?" Pinta Chanyeol lirih pada gadis itu.
"Maksudnya?" Tanya putri yang tak mengerti apa yang di maksud oleh Chanyeol.
"Maksudnya, jangan pernah pergi, menjauh atau membenciku. Aku takut kalau kau bisa melakukan itu suatu saat nanti." Jawab Chanyeol, pernyataan itu jelas terlontar dari bibir tebal lelaki itu. Mengingat rahasia besar yang berada di balik punggung Chanyeol yang selama ini dia sembunyikan sangat rapat dari Putri. Semua hal, dari mulai status mereka yang sesungguhnya, sampah perbedaan mereka yang begitu kentara. Siapa dan dari apa chanyeol diciptakan, begitu juga sebaliknya.
"Pergi.. menjauh.. dan membenci. Apa aku punya alasan untuk bisa melakukan semua itu padamu?" Tanya Putri balik. Chanyeol terdiam, lelaki itu bingung bagaimana harus menjelaskan situasinya sekarang.
"Chan.. apa kau tidur?" Tanya putri lagi saat tak mendapat jawaban apapun dari Chanyeol. Tapi sepertinya tidak, karena lelaki itu menghela nafas panjang hingga terdengar ke indera pendengaran gadis itu cukup jelas.
"Aku hanya berpikir, apa kau punya alasan untuk melakukan itu atau tidak padaku, puu.." jawab Chanyeol.
"Dan jawabannya?"
Chanyeol menggeleng kecil. "Aku tak tahu, tapi pasti ada. Entah sekarang atau nanti. Ada kalanya kau punya rasa seperti itu padaku. Seperti manusia lain, yang bisa membenci manusia lainnya walaupun sebelumnya mereka saling mencintai dan saling menjaga. Benar kan?" Jawab Chanyeol.
"Iya, tapi tidak untukku. Aku mungkin marah, tapi aku tak akan membencimu semudah itu." Balas gadis itu
"Oh ya? Yakin?"
"Hahaha, iya.. kau baik Chan. Ya meskipun awal pertemuan kita bukanlah awal yang baik, tapi kau sebenarnya orang baik. Kau jujur, kau juga.. uhm.. perhatian?" Ujar Putri.
"Aku harap begitu.." lirih Chanyeol yang dia aminkan sebagai doa dari dalam hatinya sendiri. Dia sungguh berharap, bahwa sekalipun waktu berjalan dan banyak hal yang terjadi padanya juga pada gadis yang ada di sampingnya ini. Tapi tetap saja, dia tak ingin perasaan yang dia bangun susah payah bersama Putri sampai saat ini justru berakhir dengan kehancuran.
"Percaya padaku, aku tak akan pergi dari kamu. Apapun yang terjadi." Tegas Putri sekali lagi, gadis itu berbisik lembut di telinga Chanyeol lalu tersenyum. Membuat hati dan jantung lelaki itu seperti di remas kuat dan begitu sakit.
--------------------------🍁------------------------
"Kau dari mana saja selama 3 hari ini puu. Tak ada kabar, bahkan ponselmu mati terus sampai aku jadi khawatir." Ujar Dian, siang itu di kantin kampus mereka.
"Aku pulang ke rumah ibu. Seperti biasanya kan. Kau tahu sendiri bagaimana aku kalau sudah di rumah." Jawab Putri tenang.
"Sendirian?!!" Tanya Dinda lagi.
"Iya, sendirian. Naik bus." Jawab putri lagi.
"Astaga, putri! Kan aku udah bilang sama kamu. Kalau kamu mau pulang ke rumah ibu kamu harus mengabari kita dulu. Telpon atau chat juga bisa, jangan pergi kesana sendiri. Nanti kalau kamu nyasar atau salah jalan pulang gimana?" Protes Dinda.
"Nyasar sama salah jalan bukannya sama aja ya Din?" Tanya putri yang membuat Dian tertawa sampai hampir terdesak.
"Hahahah... Aku baru aja mau ngomong begitu. Hahahaha..."
"Mck, itu gak penting. Mau sama atau enggak. Yang penting tuh cara kamu pulang. Kamu naik busnya dari mana? Turun dimana? Terus, sampai ke rumah kamu naik apa?" Tanya Dinda sekali lagi dengan nada interogasinya.
"Kan udah di jelasin mbak Dinda... Aku pulang naik bus, jadi aku pasti beli tiket dulu di terminal dan naik bus dari terminal bus Seoul. Terus aku turun, setelah itu... Aku jalan kaki sampai ke rumahku. Gampang kan?"
Dinda menyedot es cappucino di hadapannya dan menatap putri. "Jalan kaki? Maksudnya jalan tuh.. jalan gitu? Beneran jalan?" Tanyanya lagi.
Putri memutar malas bola matanya. "Iyalah, jalan ya pakai kaki dinda sayang, sejak kapan kamu jalan pakai tangan. Kamu gak lagi mau akrobat atau ikut sirkus kan?"
"Hahahahha.." tawa Dian kembali terdengar di tengah percakapan tak penting mereka.
"Tuh, tuh.. aku kan udah bilang. Makanya kamu kalau mau pulang tuh bilang, jadi kita bisa anterin kamu sampai ke rumah dengan selamat. Lagian kamu gaya banget pakai acara jalan kaki segala. Gak capek apa? Kan jauh banget puu. Sampai berapa kilometer coba jarak rumah kamu sampai halte terdekat di sana." Cerocos Dinda lagi dan ya... Putri baru terpikir soal itu sekarang.
Kenapa dia tak merasa lelah sama sekali meskipun dia sudah berjalan sangat jauh dan berkilo-kilo jaraknya seperti itu? Langkahnya kemarin terasa begitu ringan dan tak ada rasa capek atau pegal sedikitpun setelahnya.
.....
"Gimana kuliah kamu hari ini?" Tanya Chanyeol begitu putri masuk ke dalam mobil lelaki itu.
"Baik, lancar dan sedikit membosankan." Jawab Putri.
"Membosankan karena yang mengajar bukan aku. Coba kalau aku jadi dosen disini dan mengajar kelasmu. Aku jamin kelasmu gak akan membosankan." Ucap Chanyeol.
"Hahaha, percaya diri banget kamu. Iya sih, gak ngebosenin. Tapi malah jadi neraka nantinya." Jawab gadis itu sambil terkekeh.
"Neraka? Yang ada malah jadi surga dong nona. Bukannya neraka, gimana sih kamu."
"Yakin? Kamu ajarin aku waktu itu aja galak banget. Gimana sama mahasiswa kamu yang lainnya? Aku yakin ya, mereka pasti sering mengeluh soal cara mengajarmu ke mereka selama ini." Ujar Putri.
"Cih, sok tahu kamu. Oh ya, mau makan dulu atau mau pulang langsung?"
"Terserah kamu aja." Jawab Putri. Oh ya Tuhan, bisakah perempuan berhenti mengucapkan kata-kata 'terserah'??? Itu adalah kata pamungkas yang paling Chanyeol benci dari semua kata yang di ciptakan di dunia ini.
Bagaimana tidak? Katakanlah, jika sang ibu yang mengucapkan ini padanya. Maka seketika, baik Chanyeol ataupun sang ayah juga kedua adik laki-lakinya akan segera berpikir keras bagaimana cara untuk mengerti apa yang ibunya maksud sebenarnya dan jangan sampai membuat ibunya menjadi bad mood atau semacamnya karena salah mengartikan satu kata 'terserah'!
Dan lihat sekarang? Gadis yang duduk di sampingnya justru dengan amat sangat enteng mengucapkan kata 'keramat' itu di hadapan Chanyeol. Ya Tuhan...
"Ya udah, kita pulang aja kalau begitu." Ujar Chanyeol cukup hati-hati, tapi...
"Kok pulang? Katanya tadi kamu ajakin makan dulu. Gak jadi nih?" Tanya Putri balik ke arah Chanyeol yang membuat lelaki itu menghela nafas perlahan.
Lihat kan???
Lihat kan?! Apa yang Chanyeol katakan tadi? Tenang Chanyeol, tenang... Ini baru awal...
"Ya udah, kita makan dulu aja kalo gitu..." Tegas Chanyeol akhirnya.
"Gak usah, pulang aja sekalian. Lagi gak mood buat makan." Jawab Putri.
Chanyeol kini menepikan mobilnya dan mematikan mesin mobilnya hingga putri yang merasakan mesin mobil mati, kini mulai meraba dashboard mobil karena kebingungan.
"Chan, mobilnya kok berhenti sih. Mogok ya?" Tanya Putri dan mencoba menggapai tangan Chanyeol.
Chanyeol yang mengerti akan hal itu segera menggenggam erat tangan putri dan membuat tubuh gadis itu menghadap ke arahnya.
"Mobilnya gak mogok kok. Aku yang sengaja pinggirin mobilnya dan matiin mesin mobil ini. Disini." Jawab Chanyeol, membuat gadis itu semakin mengernyitkan keningnya bingung.
"Kita mau apa? Kamu gak akan macam-macam kan? Kalau kamu berani, aku turun sekarang juga dari mobil ini. Atau.. aku teriak yang kencang biar semua orang dengar dan..." Ucapan putri terhenti seketika saat telunjuk Chanyeol menyentuh lembut bibirnya.
"Pikiranmu terlalu jauh dan gak masuk akal sama sekali puu. Lagipula, kalau aku memang mau berbuat yang macam-macam padamu, kenapa aku harus lakukan di tepi jalan saat tengah hari seperti ini? Yang ada, orang orang langsung menghajar ku sampai mati tanpa kamu harus berteriak lebih dulu."
"Jadi?"
Chanyeol tersenyum, meskipun dia tahu putri tak akan bisa melihat senyumnya sekarang. "Kita berhenti disini, karena aku harus menanyakan satu hal penting padamu." Ucap Chanyeol dengan nada serius.
"Kamu mau tanya apa? Jangan buat aku berpikir yang macam-macam seperti ini Chan. Ayo pulang..."
"Iya.. sekarang aku mau tanya dulu, kamu sudah makan atau belum tadi pagi dan siang ini?" Tanya Chanyeol.
"Kalau sarapan, sudah tadi. Tapi kalau makan siang belum." Jawab Putri.
"Oke, sekarang aku tanya lagi. Kamu laper atau enggak sekarang?" Tanya lelaki itu sekali lagi.
Putri nampak berpikir sejenak. Lalu mengangguk dengan singkat.
"Aku tanya satu kali lagi." Ucap Chanyeol
"Tanya apa lagi?"
"Sekarang, kamu mau makan apa?"
"Tadinya aku mau beli tteobokki yang di jual di kantin. Tapi penjualnya tutup. Makanya gak jadi beli."
Chanyeol menghela nafasnya sekali lagi, dia menunduk dan menunjukkan senyum tipis di bibir tebalnya dan menatap wajah putri yang terlihat begitu polos.
"Kita jalan lagi yuk, aku laper. Pengen makan dulu sebelum pulang." Ajak Chanyeol sembari kembali menyalakan mesin mobilnya.
"Hmm.. iya, mau makan apa Chan?" Tanya Putri.
"Tteobokki." Jawab lelaki itu singkat dan segera melajukan mobilnya ke jalan raya lagi, menuju ke sebuah restoran yang Chanyeol tahu adalah tempat menjual tteobokki paling lezat yang pernah ada. Menurutnya...
--------------------------🍁--------------------------
Jongin melemparkan tas nya ke sembarang arah dan menyandarkan kepalanya ke pegangan sofa besar yang terletak tepat di tengah ruangan.
Lelaki berkulit Tan itu memijit pelipisnya perlahan dan mencoba mengingat apa yang dia lihat saat perjalanan pulang tadi dari kampus. Atau lebih tepatnya dari markas rahasianya dengan anggota yang lain di kampus mereka.
"Tidak mungkin kalau itu dia. Aku yakin dia masih harus menjalani hukumannya seperti Hyung juga setelah apa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu." Monolognya sendiri sambil memejamkan mata.
"Hyung!!" Sehun yang datang hampir bersamaan dengan dirinya langsung duduk di sofa yang bersebelahan dengan Jongin dan menelisik wajah gelisah sang kakak.
"Kau sakit? Atau ada masalah? Apa ibu barusan pulang lalu marah-marah padamu?" Tanya Sehun secara beruntun.
"Aku tidak sakit atau pun ada masalah. Ibu juga sedang tidak pulang ke rumah sekarang, aku juga belum bertemu ibu sejak terakhir kali dia kesini untuk memberikan alamat Chanyeol Hyung."
Sehun mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Jongin. "Lalu.. kau kenapa? Wajahmu seperti pakaian kotor yang tidak dicuci satu bulan. Dekil, lusuh, dan.. uhm.. lebih mirip seperti gelandangan di banding sebagai anak ibu dan ayah sekarang."
Bugghh!!
Jongin melemparkan bantalan sofa yang langsung mengenai wajah Sehun hingga lelaki berkulit pucat itu semakin tertawa terpingkal-pingkal di buatnya.
"Brengsek kau! Aku Hyung tahu, aku ini masih lebih tua dari kau meskipun hanya hitungan bulan. Hargai aku sedikit bisa tidak sih!" Teriak Jongin yang cukup frustasi, hingga akhirnya membuat tawa Sehun terhenti.
Oke, baiklah.. Sehun mungkin jahil dan suka bergurau, bahkan dengan Jongin dan Chanyeol sekalipun. Tapi Jongin... Dia ini berbeda dari kakak sulungnya. Dia jarang sekali emosi dan membentak dengan cara seperti ini kalau dia sendiri sedang dalam kondisi tak baik.
"Ada apa?" Tanya Sehun yang kini menggunakan nada seriusnya.
Jongin kini menghela nafas cukup berat. "Aku harap aku salah lihat, Hun. Tapi seandainya pun memang aku benar-benar melihatnya. Aku harap.. ini tak akan berpengaruh lagi pada kehidupan kita terutama Chanyeol Hyung." Jelas Jongin.
Sehun mengerutkan keningnya. "Kau sedang membicarakan siapa? Apa yang sedang kau bicarakan sebenarnya?" Tanya Sehun
"Makhluk nista yang membuat Hyung terbuang ke tempat ini dan menjalankan hukuman berat selama ini. Yang mengubah Hyung jadi sosok yang bengis juga kejam..."
Sehun terhenyak, lelaki itu bangkit dari duduknya. "Kau.."
"Aku melihat dia hun. Aku baru saja melihat makhluk itu dengan sangat jelas." Ucap Jongin lagi dan sekali lagi Sehun terkejut hingga tubuhnya melemas.
"Hyung..." Gumamnya...
.....
Ketika kita mulai awalan yang baru.
Ketika itu juga, aku membuatmu menangis... Menangis sakit dan menangis bahagia.
Dalam satu waktu yang sama....
-------------------------🍁🍁🍁------------------
Satu chapter selesai!
Nilai.. 10-100?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top