Part 10 - START
Sentuh dia dan kau berhadapan denganku.
Sakiti dia, dan kau akan mati... Di tanganku...
Pertarungan kita di mulai. Sekarang!
------------------------🍁🍁🍁--------------------
Vote first before you read the story.
Silahkan Vote sebelum kamu baca storynya.
(100 vote for next chapter)
-----------------------🍁🍁🍁----------------------
August menyeringai, dia menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah Chanyeol dan menunggu pemilik rumah itu pulang. Iblis kejam itu makin terlihat menyeringai begitu sosok yang dia tunggu muncul.
"Lama tak jumpa, tuan Park." Sapa August.
"Sejak kapan kau disini dan bagaimana caramu sampai ke tempat ini?" Tanya Chanyeol dengan nada dingin dan wajah yang terlihat menahan amarahnya.
"Kalau kau bertanya sejak kapan. Mungkin sejak kedua adik kecilmu yang ingusan itu datang mencarimu kesini, dan bagaimana caranya? Hahahaha... Tuan Park, kau tahu kalau telingaku ada dimana-mana." Ujar August.
"Kau menyentuh mereka?!!"
August kini tertawa begitu kencang, tawa yang tak akan terdengar oleh manusia lain kecuali Chanyeol. "Aku tak perlu mengotori tanganku untuk kaum rendahan seperti mereka."
Chanyeol mengepalkan tangannya geram, "Jangan pernah sebut adik-adikku seperti itu dengan mulut kotormu! Kalau ada yang rendahan disini. Itu tak lain adalah kau!" Jawa Chanyeol.
"Hihihi... Kau pikir aku akan sakit hati dengan ucapanmu? Kenyataannya, mereka memang hanya kaum rendahan yang memiliki keberuntungan khusus menjadi adik di keluargamu. Meskipun secara silsilah, mereka tetap rendahan!"
Brakk!!
Chanyeol mengepalkan tangannya lebih kencang dan membuat tubuh August terpelanting ke belakang hingga menginput dinding. Lehernya seperti di cekik tapi iblis itu punya kekuatan besar hingga dia masih mampu tertawa kecil dan melepaskan diri dari cengkeraman Chanyeol.
"Kau menggunakan trik yang sama dengan yang kau gunakan pada Ernest. Kau pikir, kau sedang berhadapan dengan siapa?" Ujar August. "Kita punya kekuatan yang seimbang dan punya posisi yang sama di tempat kita masing-masing. Jadi jangan gunakan hal kacangan seperti ini padaku." Lanjut August.
"Cih! Kau sama rendahannya dengan setan kecil itu kan. Apa bedanya kau dengan dia?!" Ucap Chanyeol.
"Dasar brengsek! Kita lihat, apa kau masih bisa seangkuh ini jika aku menyentuh gadis itu dengan tanganku sendiri." Ujar August penuh keyakinan. Dan mata Chanyeol membelalak, dia tahu persis siapa yang dimaksud oleh iblis kejam di hadapannya. Bayangan Putri seketika muncul dan wajah Chanyeol memucat saat itu juga.
"Hahahahha, lihat! Aku bahkan belum menyebutkan namanya dan kau sudah selemah ini Chanyeol?! Hahahaha..." Tawa August kembali membahana, dia sendiri cukup terkejut dengan reaksi yang diberikan Chanyeol terhadap ucapannya.
Tangan Chanyeol kembali mengepal, matanya memerah dan muncul api berwarna biru dari tubuhnya. August seketika itu pula mundur saat melihat perubahan yang Chanyeol tunjukkan hanya dalam waktu singkat. Ini perang... Batin August yang sedikit banyak merutuki kebodohannya karena mengucapkan kalimat semacam itu tanpa melihat situasi dari makhluk yang ada di hadapannya saat ini.
Chanyeol maju satu langkah, wajah bengis dan kejamnya begitu kentara sekalipun dia seorang malaikat. Hawa dingin segera menyebar, hingga hawa panas yang August bawa segera lenyap dan tak bisa menguasai tempat itu lagi.
"Chanyeol.. mundur!!" Teriak August, tapi Chanyeol bergeming. Lelaki itu terus maju dan mendekat, bola matanya berubah merah tapi kornea matanya berwarna biru.
"Kau mau menyentuh gadisku?!" Tanya Chanyeol dengan suara besarnya dan pandangan mematikan tepat ke arah August.
"KAU BERANI MENYENTUH MILIKKU?!!!!" Chanyeol murka, sangat... Dari tangannya keluar api berwarna biru yang August tahu. Jika dia terkena api itu maka riwayatnya akan tamat saat itu juga.
Bugghh!!
Chanyeol memukul dinding yang ada tepat di belakang iblis itu. Dan kembali mendekat, "Kau lupa dengan apa yang membuatmu tetap berada di tempat ini meskipun kau tak di usir dari kerak neraka??!!" August membatu, darahnya berubah panas dan dia mengeluarkan emosi yang sama dengan Chanyeol.
"DIAM KAU KEPARAT!!" Teriak August dan kini Chanyeol mengeluarkan smirk meremehkan ke arah lelaki iblis itu.
"Memalukan, aku harus sampai berubah ke wujud ini di hadapanmu sekarang. Karena mungkin seharusnya.. aku berubah wujud menjadi dirimu. Dan menemui orang itu. Membawanya ke hadapanmu atau menyeretnya masuk ke rumahmu di neraka sana!" Ucap Chanyeol
"Jangan berani kau--!!" Ucapan August terhenti.
"KAU YANG JANGAN PERNAH MENYENTUH MILIKKU!!! KAU!!!" Teriak Chanyeol dan sekali lagi membungkam mulut August.
Brukk!!
August langsung tertunduk, dan seketika itu juga api biru di tubuh Chanyeol meredup sedikit."Jangan sentuh dia, kau tahu benar apa kelemahanku..." Ujar August.
"Kalau itu keinginanmu, maka kau juga tak boleh menyentuh milikku. Baik kau, iblis kecil yang brengsek itu, ataupun iblis lainnya. Jika kau berani menyentuh dia walau hanya seujung kuku... Atau aku tahu ada anak buahmu yang berani mendekatinya." Chanyeol terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Aku pastikan bahwa kau beserta seluruh keluargamu dan keturunanmu. Juga anak buahmu dan semua yang menjadi rakyatmu. Akan hancur dan mati di tanganku..." Lanjut Chanyeol dengan nada serius dan penuh penekanan di setiap kalimatnya.
Tess... Tess...
Chanyeol terhenyak, api biru yang tadinya redup kini menghilang dan lenyap dari tubuhnya meskipun tingkat kewaspadaan lelaki itu tak turun sedikitpun.
August menangis, Chanyeol tak salah lihat atau salah menilai. Iblis kejam yang di kenal mampu membunuh manusia ataupun iblis lain secara kejam dan mengerikan, menangis?
August terkekeh, "Hahahaha... Kau, kau menunjukkan amarahmu padaku dan sampai melakukan tindakan seperti tadi hanya karena satu orang gadis. Dan aku... menunjukkan tangisanku padamu karena satu orang gadis, yang begitu berpengaruh pada diriku." Ujarnya terbata.
Chanyeol mengulum senyumnya. "Kita berada di posisi yang sama sepertinya sekarang. Bukan hanya kekuatan yang seimbang, tapi juga keadaan yang seimbang. Apa aku benar?" Tanya Chanyeol, dan August mengangguk samar.
"Masuklah, atau kau bisa pergi dari sini sekarang." Ucap Chanyeol sebelum akhirnya akan meninggalkan August. Tapi langkah kakinya terhenti.
"Mereka akan memburu gadis itu. Penyembuhmu, mereka akan mencarinya meskipun kau berada di dekatnya." Ujar August. "Kau tahu siapa mereka yang aku maksud kan? Makhluk yang sama dengan yang dulu pernah membuatmu terusir dari rumahmu sendiri... Mereka akan mengejar penyembuhmu, untuk bisa menyakitimu lagi." Lanjut August dan tangan Chanyeol kembali mengepal, memori mengerikan itu kembali terlintas di kepalanya dan berputar-putar di otak Chanyeol tanpa henti.
"Tak akan ku biarkan, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk gadis itu. Bagaimanapun juga." Jawab Chanyeol, "Dan saat itu terjadi, aku harap kau ada di pihakku. Bukannya pergi meninggalkan aku dan mengkhianati aku seperti ratusan tahun yang lalu." Lanjut lelaki jangkung itu sebelum akhirnya pergi menghilang. Sementara August masih terdiam ditempatnya dan kaki meneteskan air mata. Dia jelas masih mengingat persis, apa yang membuat hubungan persahabatannya dengan Chanyeol hancur seperti saat ini.
-------------------------🍁-------------------------
"Ibu mau ke pasar, kau mau ikut tidak?" Tanya ibu Putri pada anak gadisnya saat masih sarapan bersama. Tapi gadis itu menggeleng, "Aku mau di rumah saja. Aku masih rindu ranjang empukku ibu. Boleh kan?" Jawab gadis itu.
"Tentu saja boleh nak, siapa yang akan melarangmu?" Tukas ayah Putri sembari tertawa kecil.
"Kau mau ibu bawakan sesuatu atau tidak? Kue atau mungkin ingin ibu masakkan makanan kesukaanmu?" Tanya ibunya lagi, lalu segera Putri mengangguk.
"Bikinin nanas asam manis sama ayam goreng aja ya Bu. Nanti aku bantuin masak deh, gimana?" Ucap putri dan ibunya mengangguk sebagai jawaban.
"Ya sudah, ibu sama ayah mau keluar dulu. Ayah sekalian mau berangkat kerja. Kamu baik-baik di rumah ya nak. Kunci pintu kalau ibu masih di pasar, jangan bukain pintu ke sembarang orang yang tidak kamu kenal. Paham!" Perintah sang ayah dengan tegas dan di patuhi oleh Putri saat itu juga.
.......
"Chanyeol saem!" Teriak salah satu mahasiswa yang kini berlari menuju ke arah lelaki jangkung itu dan terengah.
"Ada apa?" Tanya Chanyeol balik dengan nada datar.
"Tugas, saya... Huuhh.. tertinggal saem. Maaf..." Ujar mahasiswa itu dengan nafas tersengal dan dadanya yang naik turun. Chanyeol memandang lekat mahasiswa itu dan menghela nafas, dia sebenarnya ingin memaki mahasiswa kurang ajar di hadapannya ini sekarang.
Sudah terlambat mengumpulkan tugas, seenaknya mencegat Chanyeol di tengah jalan seperti ini. Dasar mahasiswa tidak tahu diri!!
Begitu kira-kira umpatan yang akan Chanyeol layangkan pada mahasiswanya. Kalau saja, dia tidak mengingat wajah seseorang. Satu orang yang mungkin sama atau pernah di posisi yang sama dengan keadaan dan wajah yang mirip seperti mahasiswanya ini.
Putri...
Gadis itu, kini hampir selalu membayangi setiap langkah Chanyeol. Bukan hampir, tapi memang terus membayangi setiap apapun yang Chanyeol lakukan. Entah sejak kapan, dan bagaimana caranya... Gadis itu seolah memiliki magnet tersendiri hingga membuat lelaki itu tak bisa berhenti memikirkan Putri meskipun hanya satu detik? Tidak tidak, bahkan setiap Chanyeol bernafas dia melihat bayangan gadis itu di hadapannya.
Gila kan? Benar... Dan Chanyeol tahu itu dengan sangat baik.
"Saem?!" Mahasiswa itu menjentikkan jarinya di depan wajah Chanyeol. Membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya. Lihat kan? Bahkan ini hanya berapa menit, tapi Chanyeol bisa langsung seperti orang bodoh hanya karena gadis bodoh itu.
"Ahh.. iya, kau bilang apa tadi?" Dan terdengar mahasiswa itu menghela nafasnya.
"Saya mau mengumpulkan tugas saya. Tadi tertinggal saem, maaf.. apa masih bisa?" Tanya mahasiswa itu lagi dengan wajah memelas sekaligus memohon andalannya.
Kalau Chanyeol masih menjadi Chanyeol yang bengis dan kejam, maka dia akan langsung menolak mentah-mentah tugas itu. Bahkan membuang atau merobeknya langsung di depan pemilik tugas itu. Tapi sekarang?
Ssrrkkk
"Hanya kali ini saja. Besok, kalau kau terlambat lagi meskipun hanya satu detik. Maka tak ada ampun lagi untukmu." Ujar Chanyeol dan segera pergi meninggalkan lelaki muda itu dengan wajah tak percaya dan mata yang berbinar.
"Terima kasih saem!!" Teriak mahasiswa itu sambil membungkuk berkali-kali, dan Chanyeol tersenyum tipis melihatnya.
"Apa rasanya memang sangat menyenangkan seperti ini. Jika kau membantu seseorang?" Gumamnya sembari menyentuh dadanya yang terasa menghangat.
--------------------------🍁------------------------
Brukk
"Huufffttt.."
"Kau tak pulang ke rumah?" Tanya seseorang hingga Chanyeol memicingkan matanya.
"Tidak, tak ada siapapun yang menungguku atau membutuhkan aku di rumah." Jawab Chanyeol begitu tahu siapa yang bertanya. Dan Jongdae hanya mengangguk paham lalu kembali fokus pada ponselnya. "Kau juga tak pulang ke atas sana? Bukannya kau tak ada keperluan lagi disini?" Tanya Chanyeol balik sekaligus menyindir Jongdae setelah keterlibatannya dengan Putri saat itu.
Jongdae berdecih. "Kau mengusirku, ha???!! Enak saja." Ucap lelaki manis itu dan mendekat ke arah Chanyeol.
"Aku hanya bertanya. Kau sensitif sekali sih, seperti anak gadis saja." Gerutu Chanyeol.
"Brengsek kau. Mengatai aku seperti anak gadis, kalau ada di antara kita yang bertindak seperti anak gadis. Pasti bukan aku orangnya, tapi Baekhyun! Kau tahu bagaimana cerewet dan menyebalkannya dia kan? Jangan asal bicara! Dasar malaikat tidak tahu diri!" Sembur Jongdae. Tapi Chanyeol justru tertawa kencang.
"Astaga Dae, kau dan Baekhyun itu sama saja. Kalian seperti anak kembar dengan kepribadian yang 99 persen sama persis. Lihat, kau bahkan menjawab ucapanku sebanyak itu. Sementara aku hanya bicara singkat padamu." Balas Chanyeol dan berdecih.
Baru saja Jongdae akan membalas ucapan Chanyeol. Tapi bibirnya berhenti saat dia melihat banyak anggota yang masuk bersamaan ke markas mereka. Sampai ruangan yang tadinya terasa sepi jadi sangat ricuh dan bisa dikatakan rusuh seketika itu juga. Bagaimana tidak? Baekhyun, yang Chanyeol katakan sebagai kembaran Jongdae itu kini sudah masuk sambil terus mengomel tanpa henti, belum lagi Minseok yang mengikuti langkah Baekhyun sambil bersenandung dan menari-nari kecil lalu di tambah Yixing dan Junmyeon yang tak kalah ribut membahas sesuatu yang entah apa itu.
"Oh, kau disini Yeol?" Tanya minseok yang melihat keberadaan makhluk bertelinga besar itu di sofa yang berada di ujung ruangan.
"Ya Hyung, sudah sejak tadi aku disini. Kau saja yang terlalu fokus pada nyanyian dan tarian anehmu sampai tak melihatku yang sebesar ini disini." Sindir Chanyeol dan minseok hanya tertawa pelan. "Adik-adikmu mencari kau sejak kemarin. Bahkan si bungsu sampai menungguimu seharian disini beberapa hari yang lalu karena berharap bisa bertemu denganmu di tempat ini." Ujar minseok.
"Ohh.. ibu masih melarangku menemui mereka Hyung. Mungkin mereka rindu padaku. Kau tahu kan, aku memang terlalu mudah untuk di rindukan banyak orang." Ucap Chanyeol dengan percaya diri.
"Cih, bukan itu. Sepertinya adik bungsumu itu punya pesan penting, dia datang dengan raut wajah cemas dan beberapa kali menghela nafas berat sambil terus mihat ke arah masa depan." Ucap Minseok.
"Masa depan?" Minseok mengangguk sekali lagi dan menepuk pundak Chanyeol. "Hubungi saja dia, tanyakan apakah ada masalah yang berhubungan dengan keluargamu atau tidak." Ujar minseok singkat.
.....
"Yes! Matang!" Pekik Putri senang dan menata masakan yang sudah matang ke atas piring. Gadis itu berjalan perlahan ke dalam rumah dan terkejut saat mendengar suara yang begitu dia kenal beberapa waktu ini.
"Oh, nak. Kau sudah selesai? Ini ada temanmu datang dari Seoul. Dia bilang dia ingin bertemu denganmu dan membicarakan hal penting." Ucap ibumu ramah. Sementara Putri masih diam mematung di sudut ruangan dengan piring saji di kedua tangannya.
"Jangan melamun!" Ujar ibu Putri lagi pada anak gadisnya, "Nak Chanyeol, ibu tinggal ke dalam dulu ya. Nanti ibu buatkan minum juga." Lanjut ibu Putri lagi pada lelaki itu.
"Tidak perlu repot Bu..." Jawab Chanyeol tak enak hati. Tapi sang ibu hanya tersenyum kecil sambil menggeleng, tanda itu bukan hal besar.
.....
"Kamu kok bisa ada disini?" Tanya Putri yang kini duduk di samping Chanyeol.
"Aku sedang berkunjung ke rumah salah satu temanku di daerah sini. Dan aku melihatmu tadi pagi saat menutup pintu pagar. Makanya aku tahu kalau ini rumahmu. Jadi setelah urusanku selesai. Aku putuskan, untuk mengunjungimu dan melihat keadaanmu disini sekarang." Jawab Chanyeol bohong.
"Oh... Aku pikir kamu jadi mata-mata. Tiba-tiba datang dan tahu tempat tinggalku. Heheheh..." Ucap Putri sambil terkekeh. Mereka akhirnya saling mengobrol dan bertanya juga bercerita tentang banyak hal.
.....
Kau yang kini mengisi warnaku. Lembaran putihku.
Hanya kau, dan aku tak lagi menolak warnamu.
---------------------------🍁------------------------
Satu CHAPTER selesai!
Silahkan tinggalkan vote dan komentar kalian.
Nilai 10-100?
Terima kasih,
With love,
Author
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top