7. Tanya Hati
Mata pelajaran biologi berjalan normal seperti biasanya. Namun, ada yang tidak normal dengan sikap Erika yang terkesan lebih manja pada Jackson. Dia terus-terusan memegang liontin bintang sambil tersenyum pada sang kekasih yang duduk di samping dirinya.
Jackson yang melihat tingkah Erika tidak fokus pada penjelasan guru. Dia merasa risih lantaran mengetahui dari Kinara jika kalung yang dipakai Erika bukan pemberian darinya. Terlalu lama membiarkan Erika senyum-senyum tidak jelas membuat Jackson menegur kekasihnya.
"Erika, kamu ngapain sih, dari tadi senyam-senyum nggak jelas kayak gitu?"
"Iya karena aku itu suka, bahagia dapat kalung ini," ucap Erika sambil menunjukkan liontin bintang yang terlihat berkelap-kelip layaknya kejora di langit.
"Oh ya, aku mau tanya di laci tadi kamu nggak nemu kado selain kalung itu?"
"Maksudnya apa, aku nggak jelas?"
"Gini, kamu tuh salah satu cewek populer di sekolah. Pintar, cantik, dan dari keluarga terpandang, pasti banyak yang mengidolakanmu, jaadi mungkin ada beberapa kado di lacimu." Jackson mencoba menjelaskan sedetail mungkin agar mengetahui rahasia tiga novelnya yang tidak ada di laci itu.
Erika menggeleng sambil memanyunkan bibirnya. "Nggak, aku cuma nunggu kotak pink yang isinya kalung ini."
Erika menjawab dengan polos tanpa mengetahui modus dari Jackson ingin mengulik perihal kadonya yang menghilang dari laci itu. Mendengarkan jawaban Erika, Jackson menunjukkan wajah masam.
Ingin hati rasanya menegur dan mengatakan jika kalung itu bukan pemberiannya, tetapi Kinara melarang lantaran itu kado yang sebenarnya Erika inginkan. Dia memutuskan diam dan fokus pada penjelasan guru sekalipun sulit untuk masuk otaknya.
Rahasia dari pemberi kado kalung bintang belum terpecahkan. Jackson memutuskan untuk tidak memikirkan banyak hal mengenai kado itu, kalaupun memang kadonya diganti oleh seseorang itu yang terbaik dan yang diinginkan oleh Erika. Sayangnya Jackson tidak dapat memenuhinya.
🌻🌻🌻
"Besok ikut lihat Erika dan Kinara tanding, nggak?"
"Pastinya lihat, aku mau dukung mereka berdua biar bisa masuk semifinal."
"Jangan egois, kamu harus memilih salah satu antara Erika atau Kinara," timpal Yoga sambil tersenyum sinis pada teman masa kecilnya.
"Kalau kita bisa mendapatkan keduanya kenapa harus memilih. Mereka berdua memiliki porsi berbeda dalam hidupku."
"Sok jadi orang bijak aja. Jack, aku nggak yakin porsi itu benar-benar kamu pahami."
"Maksudnya?" Jackson bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Yoga.
"Aku takut kalau kamu tidak bisa membedakan antara pacar dan sahabat."
"Tenang, aku bisa membedakan mereka."
"Itu menurutmu, yang orang lain lihat kamu pacar Erika, tapi selalu dekat dengan Kinara."
Seakan suasana taman hijau menjadi hening. Riuh pengunjung taman menjadi hening, hanya prasangka Yuga yang memenuhi otak Jackson. Suasana menjadi canggung antara Jackson dan pemuda tujuh belas tahun setelah pemaparan Yoga yang melihat dari sisi dirinya memandang kedekatan Jackson dan Erika juga Kinara.
"Aku dan Kinara hanya bersahabat tidak lebih dari itu." Jackson memberikan klarifikasi.
"Bullshit, coba tanya hatimu seperti apa. Pertanyaan ini pernah aku tanyakan beberapa waktu lalu, tapi aku belum mendapatkan jawaban."
"Apa karena kamu suka Kinara sampai akhirnya mengintrogasi ku seperti ini?"
"Jack," Yoga menepuk pelan pundak kanan kawan masa kecilnya. "Asal kamu tahu, kalau aku suka Kinara sudah dari awal bakal nembak dia. Kenapa harus main kucing-kucingan seperti ini? Aku cuma nggak mau kamu melukai mereka berdua."
Jackson kehabisan kata, benar adanya sepertinya ada yang salah dalam hubungannya bersama Erika. selama ini Erika memang memberikan semua yang Jackson inginkan, tetapi tidak dapat dipungkiri hatinya hanya nyaman bersama Kinara. Terlepas Kinara adalah sahabatnya sejak duduk di bangku taman kanak-kanak hingga putih abu-abu.
Lantunan lagu Kahitna Andai Dia Tahu hadir di waktu yang tepat. Entah dari mana lagu itu diputar seakan benar-benar menggambarkan suasana hati Jackson saat ini. Seandainya saja dia bisa jujur pada hatinya sendiri dan sedikit lebih sabar, pasti tidak akan terjadi bimbang seperti saat ini.
"Aku tidak bermaksud menyakiti mereka, jika memang harus memilih, untuk saat ini pasti akan kupilih Erika karena dia pacarku."
"Tapi untuk waktu yang akan datang? Apa kamu bisa memilih tetap bersama Erika atau mengikuti kata hatimu?"
Seketika pertanyaan dari Yoga benar-benar membuatnya bimbang. Lirik-lirik dari lagu Kahitna terus merasuk ke dalam relung-relung hatinya. Semakin dalam, sepertinya ada yang salah dalam hal mencintai di usia muda. Hatinya mulai goyah entah apa yang dia pikirkan, semuanya seakan gampang.
Yoga tertawa terbahak melihat Jackson memasang wajah serius setelah mendengarkan pertanyaan-pertanyaan darinya. Yoga mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya lalu memberikan pada Jackson. Botol air mineral itu telah berpindah tangan, tetapi pemilik yang baru sepertinya tidak ada niatan untuk meminumnya.
"Sudahlah aku tadi cuma bercanda tanya kayak gitu cuma pengen mastiin aja kalau kalau aku nembak ingat kamu nggak akan protes," papar Yoga sambil tersenyum sumringah setelah melihat ekspresi Jackson yang takut dan bimbang.
Jackson tidak tersenyum sedikit pun mendengarkan pernyataan dari Yoga yang ternyata dari tadi hanya menggodanya saja. Terlanjur berpikir keras nyatanya pemuda berkaos hitam itu hanya bercanda dengan Jackson. Namun, pertanyaan dan juga pernyataan dari Yoga tidak sepenuhnya salah banyak yang benar dan itu yang dialami Jackson saat ini.
"Dah, lah, nggak perlu bahas cewek-cewek yang bikin ribet. Katanya mau kumpul di taman karena mau ngasih aku kerjaan."
"Ingat aja, sih, kenapa sih kamu mau ambil kerjaan paruh waktu kan sebentar lagi kita naik kelas dua belas dan pastinya waktu kita bakal banyak tersita untuk sekolah."
"Ada deh, besok kalau waktunya udah tepat aku bakal cerita. Sekarang kamu mau ngasih aku kerjaan apa?" Jackson tidak sabar mendapatkan pekerjaan dari Yoga lantaran dia ingin segera mengganti uang Kinara.
"Nggak ada, ternyata kerjaan di toko mamaku full time, kalau paruh waktu shift-nya pagi yang kosong."
"Yah, emangnya kamu nggak bisa negosiasi sama mamah mu biar bisa ngasih aku kerjaan."
"Nggak bisa, lagian kamu masih di bawah umur. Kalau ketahuan mempekerjakan anak dibawah umur yang ada mamaku bisa masuk penjara."
"Sok serius banget, sih. Ya, makasih udah mau bantai aku cari pekerjaan."
"Mending fokus sekolah aja dulu terus kuliah dapat beasiswa lulus bisa kerja di tempat yang bagus."
"Iya, kali, otakku agak gak nyambung kau harus banyak mikir pelajaran," timpal Jackson dengan santai sambil bangkit dari kursi taman. "Aku aku pulang dulu ya, sampai bertemu besok di lapangan basket."
"Oke! Oh, iya, besok aku juga menembak Kinara."
"Apa?" Jackson dibuat kaku oleh pernyataan Yoga.
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top