6. Kado yang Tertukar
Hari yang Jackson nanti telah tiba, ulang tahun Erika. Dia berangkat sekolah sepagi mungkin untuk meletakkan kado di laci meja kekasihnya. Besar harapan Erika akan senang ketika membuka kado yang dia pilih bersama Kinara. Sekalipun harganya murah, tetapi ini sesuai dengan kriteria Erika yang menyukai novel romantis.
Setelah meletakkan kado itu di laci meja Erika, Jackson keluar tanpa meninggalkan jejak. Sambil menunggu bel masuk kelas Jackson pergi ke perpustakaan, bukan untuk membaca buku, tetapi tidur di sofa baca. Jackson pikir ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kantin atau ke taman menikmati bunga-bunga bermekaran.
Erika tiba di kelas dengan wajah berseri lantaran hari ini adalah ulang tahunnya. meyakini akan mendapatkan banyak kado membuat mood-nya naik beberapa level lebih bahagia dan ceria dari hari-hari yang lalu.
"Pagi semua!" sapa Erika dengan senyum sumringah menghiasi wajah cantiknya.
"Pagi Erika," sahut beberapa teman yang ada di kelas.
"Aku lihat hari ini kamu lebih cerah dan bahagia, deh," timpal seorang siswi dengan rambut berkuncir dua.
"Iya dong, kalian tau nggak hari ini hari apa?" tanya Erika sok polos sambil berjalan ke bangkunya.
"Rabu," jawab seorang siswa dengan rambut klimis hitam tertata.
"Iya, benar hari Rabu, tapi Rabu yang apa?"
"Ini anak kenapa rempong banget, Rabu, ya, Rabu. Emang ada Rabu kenapa?" tanya seorang siswa mengenakan jaket merah dengan nada kesal.
"Please, Yoga, nggak usah pakai emosi. Di meja guru ada buku administrasi siswa yang didalamnya memuat identitas semua siswa yang di kelas ini. Pasti kalian paham, ini hari Rabu, tapi hari Rabu yang gimana?"
Sekarang giliran Erika yang besar karena teman-temannya tidak peka dengan hari ulang tahunnya. Yoga tertawa terbahak mengetahui apa yang Erika maksud. Karena ingin membuat pacar Jackson emosi, Yoga berlagak polos dan tidak menjawab pertanyaan dari Erika.
"Selamat hari menetas Erika cantik, semoga sehat, pinter, dan pastinya semua mimpimu bisa tercapai!" teriak Kinara masuk ke ruang kelas diiringi dengan tepuk tangan dari semua teman. "Satu lagi, semoga terus berjodoh dengan Jackson."
"Apaan sih? Bikin aku terharu banget."
Sikap lebai Erika kembali terlihat ketika dia memeluk Kinara sambil cipika-cipiki di pipi kanan kirinya. Dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, ternyata teman-teman kelas mengetahui maksud dari hari Rabu, tetapi tidak mengucapkannya dengan lantang. Hanya dengan ucapan selamat ulang tahun dan tepuk tangan dari semua teman kelas membuat Erika bahagia layaknya mendapatkan warisan seratus miliar.
"Selamat ulang tahun Erika, doa terbaik untukmu!" teriak semua siswa yang ada di kelas dengan kompak.
"Selamat, ya pacarnya Jackson. Aku udah tahu kalau hari ini ulang tahunmu, sengaja goda aja."
"Ih, Yoga nggak asyik, deh!"
"Gak boleh ngambek, kan, ini hari spesialmu," bujuk Kinara sambil menuntun Erika ke bangku.
Erika duduk di kursi lalu memasukkan tas ke dalam laci, tetapi ada yang mengganjal sehingga Erika kembali mengeluarkan tasnya. Dia mengambil benda kotak yang mengganjal di lacinya sehingga tas selempangnya tidak bisa masuk. Dengan mudah kita bisa mengeluarkan benda kotak itu dengan cukup mudah.
"Apaan nih?"
"Buka aja, kayak nggak tahu aja sih dari siapa kado itu," sahut Kinara dengan senyum mencurigakan, tanda dia mengetahui siapa pemilik kado yang ada di laci meja Erika.
Dengan santai Erika membuka kado tersebut. Dia tidak mau kado itu rusak karena kecerobohannya ketika membuka kertas bermotif bunga mawar. Betapa kagetnya Erika ketika mengetahui kotak itu berisi kalung perak dengan liontin bintang.
"Wah, cantik banget! tahu aja kalau aku suka bintang."
"Kalung?" Kinara terlihat kaget ketika mengetahui jika yang ada di dalam kado itu bukan tiga novel, melainkan kalung perak.
"Iya, kalung, cantik banget."
"Tapi," kalimat itu tidak dapat terselesaikan, takut saja ternyata Jackson mengganti tiga novel dengan kalung yang lebih berharga.
"Eh, Kinara, tolong dong pakaikan kalung ini, biar kalau Jackson masuk dia tahu hadiahnya udah aku pakai."
Kinara memasangkan kalung perak berliontin bintang pada leher Erika. Terlihat gadis dengan rambut sebahu begitu bahagia menerima kado rahasia itu. Dia terus memegangi liontin bintang sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Erika, nggak ada ucapan atau kata-kata penyemangat di kotak itu?" Kinara ingin meyakinkan apakah benar kado itu dari Jackson atau yang lainnya.
Buru-buru Erika mencari kartu ucapan yang Kinara maksud, tetapi dia tidak menemukannya. "Nggak ada, tapi aku yakin ini dari Jackson."
"kalau nggak ada identitas dari pengirimnya kok kamu yakin banget kalo hadiah itu dari Jackson?"
"Soalnya waktu itu aku pernah cerita kalau pengen banget punya kalung berliontin bintang. Eh, sama dia beneran belum dibeliin di hari ulang tahunku."
"Oh, jadi begitu. Tapi, misalnya kalau ternyata kalung itu bukan dari Jackson gimana?"
"Agak sedih sih, kenapa Jackson nggak mau mewujudkan salah satu mimpi ku punya kalung bintang?"
Wajah polos Erika yang bahagia membuat Kinara semakin perihatin dan meyakini jika kado itu bukan dari Jackson. Dia sangat paham sahabatnya bukan tipe seseorang yang mudah mengingat, terlebih jika permintaan Erika terlalu mahal pasti Jackson akan kesulitan mewujudkannya. Membeli tiga novel saja harus utang pada dirinya, bagaimana kalau membeli kalung? Sepertinya tidak mungkin.
"Aku ke kamar mandi dulu, ya."
Kinara berlari keluar kelas, tidak ada niatan untuk ke kamar mandi, itu hanya alibi. Sekarang dia ingin bertemu dengan Jackson dan mengkroscek apa yang sebenarnya terjadi. Sangat paham di mana tempat sahabatnya bersembunyi sebelum bel masuk kelas berbunyi.
Kinara dengan sangat mudah menemukan Jackson tertidur di sofa perpustakaan. Dia menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya agar segera tersadar dari mimpi pagi untuk mendengarkan kabar yang mungkin akan membuatnya syok.
"Jack! Bangun!"
"Apaan sih? Emang udah masuk?"
Kinara tidak mau banyak bicara dia langsung ke pokok permasalahan. "Belum, aku ke sini mau kroscek aja, kamu jadi ngasih tiga novel yang kita beli kemarin atau kalung bintang?"
"Ngomong apa sih, nggak jelas banget," timpal Jackson yang nyawanya belum terkumpul seutuhnya.
"Erika udah buka kado yang ada di laci mejanya, isinya bukan novel, tapi kalung bintang."
Seketika Jackson membelalakkan kedua matanya. Dia terlihat kaget dengan pernyataan dari Kinara. "Kok bisa?"
"Ya, makanya aku ke sini buat tanya langsung, yakin tadi pagi nggak salah laci meja?"
"Suer! Aku benar-benar naruh kado tiga novel di laci mejanya dan gak ada satupun siswa di sana. Aku udah pastikan itu."
"Berarti ada yang nukar kadomu, dong?"
"Benar juga, ya, ini bukan negeri dongeng yang tahu-tahu kado novel bisa berubah jadi kalung."
"Terus siapa pelakunya, Jack?"
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top