5. Drama Toko Buku
Jackson mengajak Kinara untuk pergi ke toko buku. Tujuan awal ingin memberikan kado untuk Erika karena sebentar lagi hari dia berulang tahun. Jackson cukup dibuat pusing dengan banyak keinginan yang Erika ungkapkan, tetapi Jackson paham apapun yang dia berikan akan diterima dengan senang hati oleh kekasihnya itu.
Di dalam bus kota Jackson tanpa sadar menatap tiap detail lekuk wajah Kinara yang manis. Mereka memang bersahabat sejak di bangku SD terang saja sekarang begitu dekat layaknya ikatan saudara.
"Jack, kamu liatin apa, sih?"
Sontak pertanyaan dari Kinara membuat Jackson terbelanga. Segera Jackson mengubah posisi tatapan matanya. "Nggak, biasa aja nggak usah GR."
"Lah, siapa yang GR aku tanya kamu ngapain ngelihat aku terus?"
"Nggak, sengaja lihatnya."
"Maksudnya? Makin gak jelas aja deh," gerutu Kinara yang risih setelah menangkap basah Jackson terus menatap wajahnya.
"Apaan sih, aku tuh cuma memposisikan kamu adalah Erika. Cocok nggak ya kalau pakai bandana pink karena Erika itu cerewet gitu kalau nggak sesuai dengan ekspektasinya."
"Oh, kirain kamu mau berbuat yang nggak sama aku," sahut Kinara sambil memainkan kedua bola matanya seperti menyembunyikan rasa kecewa mendengarkan jawaban dari Jackson.
Benar saja Kinara tidak begitu suka ketika dibandingkan dengan Erika. Mereka beda jauh, Kinara yang anaknya cuek dan sedikit tomboy berbeda dengan Erika yang manja dan penuh perhatian.
"Dah, ya, enggak perlu ada salah paham diantara kita."
"Kamu aja yang mikir ada salah paham, aku sih nggak," sahut Kinara dengan enteng sambil kembali menatap kearah jendela seakan ada kecewaan yang udah berasal dari mana.
Sesampainya mereka di toko buku Kinara dan Jackson menuju rak novel. Mereka memasang wajah serius mencari novel yang disukai oleh Erika. Beberapa kali Jackson membaca blurd dari novel-novel itu, tetapi belum ada yang sesuai dengan kriteria Erika.
"Ternyata cari novel tuh sulit banget, ya!"
"Nggak juga, sulit bagi yang gak suka baca novel. Aku tahu Erika tuh suka banget baca novel yang romantis dan juga tokoh utamanya seperti pahlawan wanita yang kuat dan tangguh."
"Kamu dong pahlawan wanitanya?" timpal Jackson sambil meletakkan novel yang dia pegang di raknya.
"Ngawur, deh, kamu pikir aku salah Sailor Moon atau Power Rangers Pink?"
"Nggak, nggak, aku cuma bercanda. Yuk, fokus cari novel buat Erika."
Mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu karena setelah dari toko buku ada rencana untuk ke rumah Kinara mengerjakan tugas. Beberapa waktu berlalu hingga akhirnya mereka menemukan tiga novel yang sesuai dengan kriteria Erika. Jackson segera ke meja kasir untuk membayarnya, naasnya dompetnya tidak ada di saku jeans.
"Aduh!" seru Jackson mengetahui dompetnya raib.
"Totalnya dua ratus tujuh puluh enam," kata Mbak kasir sambil memasukkan tiga novel ke kantong plastik ramah lingkungan.
"Kenapa?" tanya Kinara melihat gelagat aneh dari sahabatnya.
"Anu," terdengar suara Jackson terus dikit tercekat, seperti malu menceritakan perihal hilangnya dompet di saku jeans-nya.
"Anu apa? Kalau ngomong yang jelas."
Dalam situasi tersebut Mbak kasir menatap Jackson dengan tatapan sinis. Takut kalau novel-novel itu tidak jadi terbeli padahal sudah masuk ke dalam kantong plastik siap untuk diangkut pulang. Walau Mbak kasir sedikit menakutkan, tetapi masih tetap tersenyum tipis tanda profesionalitasnya.
Jackson menarik pundak Kinara lalu membisikkan dua kata menyediakan, "Dompetku hilang."
"What? Kok bisa hilang? Di mana hilangnya?"
"Ya, mana aku tahu, yang penting sekarang kamu bayarin dulu novelnya Erika," pintar Jackson sambil menunjuk ke arah antrian di belakangnya yang semakin mengular.
Kinara mengeluarkan dompet dari saku jaketnya. Transaksi pun terjadi dan novel itu sekarang menjadi milik mereka. Situasi mencekam di kasir dapat Jackson lalui dengan lancar berkat bantuan Kinara yang selalu ada untuknya.
"Makasih, ya, udah bantuin aku bayarin novelnya Erika."
"Jangan cuma terima kasih aja, tapi nanti kamu bayar itu uang saku seminggu kedepan."
"Beres, besok pagi aku ganti."
"Jangan bilang kalau pakai uangnya Tante Devina. Aku kan nggak enak."
"Tenang aja aku punya tabungan, semoga cukup. Tapi, kalau nggak cukup, bisa aku cicil, kan?"
Kinara hanya mengangguk tidak ingin menambah percakapan lagi karena sudah jelas, perihal uang memang sangat sensitif.
🌻🌻🌻
"Tadi kamu kemana aja, Mama pulang kok nggak ada di rumah?"
"Pulang sekolah ke toko buku lalu ngerjain tugas di rumah Kinara. Selesai tugas udah jam lima sore. Tapi, kayaknya Mama pulangnya kecepetan, deh."
"Sengaja, toko bunga lagi lesu nggak banyak pembeli. mending Mama pulang buat nyiapin makan malam anak Mama yang paling ganteng."
Seketika Jackson mengurungkan niatnya untuk meminjam beberapa uang dari Mamanya untuk mengganti uang Kinara, pasalnya aku hanya tidak cukup. Dia sadar selama ini selalu merepotkan Mamanya. Masa iya untuk urusan kado ulang tahun pacarnya juga harus minta sang Mama? Gengsi dong, cowok kan harus bisa mengatasi masalahnya sendiri.
"Ya, namanya juga jualan, Ma, kadang laku keras kadang nggak laku juga." Jackson memberikan semangat untuk Mamanya karena akhir-akhir ini kondisi ekonomi secara keseluruhan sedikit melemah.
"Pasti dong, Mama selalu semangat dalam situasi apapun. Oh ya, ngomong tadi kamu ke toko buku, biasanya kan nggak pernah sama Kinara lagi, emang Erika nggak cemburu?"
"Ya, nggak dong, Ma, aku sengaja ke toko buku sama Kinara karena cari kado novel untuk ulang tahunnya Erika. Nggak lucu juga kan kalau cari kado untuk Erika, tapi juga ditemenin Erika"
"Bisa aja kamu, tuh! Ya udah, cepetan makan, habis itu belajar."
"Siap bos!"
Tiba-tiba dada kiri Jackson terasa begitu nyeri. Seperti biasanya, dia hanya menekankan area nyeri di dada kirinya dengan tangan kanannya agar segera reda. Ini memang sering terjadi, tetapi Jackson tidak ingin bercerita kepada siapapun karena takut menambah beban orang lain.
🌻🌻🌻
Dear Diary
Aku hari ini sebel banget kenapa aku nggak satu kelompok biologi sama Jackson? Kan aku jadi nggak bisa nganter Jackson pulang. Nggak bisa tanya juga kenapa dia bohong kalau lagi sakit, padahal nggak sakit-sakit banget. Aku nggak boleh berburuk sangka sama Jackson, apa besok pulang sekolah aku paksa buat cek up ke rumah sakit Papa, ya?
Sepertinya Jackson juga nggak baik-baik saja deh. Tiga kali mata pelajaran olahraga dia nggak pernah ikut, lari bentar napasnya udah ngos-ngosan terus kalau jalan agak jauh juga kecapean. Nggak bisa ditunda lagi, Jackson harus check up. Aku sebagai pacar setianya harus bisa memahami situasi ini. Doakan aku ya, diary semoga Jackson besok mau aku culik buat ke rumah sakit.
Aku sayang Jackson selamanya.
Erika menutup diary dengan kalimat sangat manis. Rasa khawatir yang Erika tunjukkan bukan tanpa dasar karena memang dari awal Jackson memiliki penyakit asma, namun akhir-akhir ini sepertinya kondisinya memburuk. Tidak ingin terlambat mendapatkan penanganan, Erika akan membawa Jackson ke rumah sakit dengan caranya sendiri.
🌻🌻🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top