27. Tidak Perlu Menangis

Jackson dan Erika berjalan menyusuri rerumputan hijau. Sepanjang mata memandang hanya ribuan nisan bertuan. Erika menggenggam erat tangan pemuda yang sangat dia cintai itu.

Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya mereka tiba pada nisan Mama Fira, ibu kandung dari Erika. Segera gadis itu mencium nisan sang Mama lalu meletakkan buket mawar merah.

"Mama, Erika datang sama Jackson. Sesuai janjiku dulu, aku bakal kenalin Jackson ke Mama," ucap Erika lirih sambil menyembunyikan tangis.

Jackson mengelus lembut rambut Erika. Seakan memberikan isyarat semua akan baik-baik saja. Di bawah langit biru, dua anak manusia itu mengirim doa untuk Mama Fira. Terlihat Erika sangat khusyuk memanjatkan doa-doa untuk orang yang telah melahirkannya.

"Jack, terima kasih sudah menemaniku."

"Aku bakal sama kamu terus, Erika, tenang aja," sahut Jackson tersenyum manis pada sang kekasih.

"Ma, aku pulang dulu, ya, besok bakal main lagi ke sini." Erika mengecup lembut nisan Fira lalu berdiri diikuti Jackson.

Mereka berjalan ke arah parkiran, sesuai rencana setelah dari pemakaman akan ke toko buku atau sekadar jalan bersama. Erika tidak henti memandangi sang kekasih. Dia seakan tidak siap kehilangan.

"Kenapa, sih? Lihatnya gitu banget," ucap Jackson sedikit bingung dengan tingkah sang kekasih.

Erika menggeleng. "Nggak, aku cuma bayangin gimana hidupku tanpamu."
"Ngomongnya mulai ngaco, deh. Aku bakal hidup seribu tahun lagi.

Erika hanya tersenyum tipis lalu segera memeluk tubuh Jackson. "Aku harap seperti itu, jangan tinggalkan aku apa pun yang terjadi." Tanpa sadar tangis Erika runtuh, dia segera menyekanya sebelum sang kekasih tahu mengingat kejadian semalam.

"Jadi maksud Papa kondisi Jackson terus menurun?"

"Iya, Sayang, Papa kaget jika Jack memiliki kelainan jantung yang disebabkan faktor keturunan dari papanya."

"Tapi, bisa sembuh kan, Pa? Jackson masih sangat muda, bahkan dia belum dua puluh tahun."

"Entahlah, jantung manusia adalah rahasia Tuhan." Ferdi berusaha memberikan pemahaman terbaik untuk putrinya.

"Nggak, pasti ada jalan lain untuk Jacksonku. Selama ini aku lihat kondisinya baik-baik aja, kenapa sekarang memburuk dengan cepat?"

"Jackson dan mamanya tidak mau membebani dirimu sehingga tida menceritakan tentang kondisinya."

Seketika tangis Erika pecah mendengarkan apa yang Papanya ucapkan. Sakit dan hancur harus mengetahui kondisi orang yang dia cintai melalui Papanya sendiri. Semua satu per satu gelap tanpa bintang, Erika belum siap kehilangan.

"Apa jalan terbaik untuk Jackson?"

"Transplantasi jantung, tapi Papa tidak mau memberikan harapan kosong karena sangat sulit dan lama menunggu antrean dari pendonor jantung."

"Jika tanpa operasi apa yang akan terjadi?"

"Jackson akan kesulitan menjalani hidup karena nyeri dada itu akan sering sekali muncul. Kondisinya semakin menurun dan obat jantung yang dia minum dalam jangka panjang akan membuat organ lain menerima efek yang cukup serius."

Semakin kalut, Erika hanya bisa menangis mendengarkan semua kemungkinan terburuk terjadi pada orang yang sangat dia cintai. "Papa dokter hebat, pasti bisa kan menyelamatkan Jackson?"

"Yang hebah Tuhan, Papa hanya sebagai pelatara saja."

Gadis itu semakin sedih dan hancur, tangisnya membelah kesunyian malam. Maya yang melihat putri sambungnya hancur karena kabar buruk itu, segera memeluknya berharap memberikan rasa nyaman dan semua akan baik-baik saja.

"Sayang, pasti masih ada keajaiban, percaya, deh. Tugas manusia berusaha dan berdoa, semu keputusan terbaik ada di tangan Tuhan." Maya berusaha menenangkan sang putri sambung sembari menghapus air mata di pipinya.

Jackson bingung melihat Erika tiba-tiba menangis di depannya, padahal tadi di makan Mamanya tidak ada air mata terlihat. Mungkin saja Erika tidak ingin melihat almarhum mamanya sedih jadi nangisnya tidak di depan pusara itu.

Mereka bergandeng tangan menuju mobil yang ada di parkiran area pemakaman. Semua terlihat baik-baik saja sampai akhirnya ada motor dengan kecepatan tinggi terlihat dari arah jalan besar. Melihat itu, Jackson mendorong Erika lantaran tidak mau sang kekasih terluka. Alhasil Jackson tersungkur di atas aspal tertabrak motor itu.

"Jackson!" Teriak Erika tidak kuasa menahan tangis melihat pemuda yang dia cintai tertabrak.

Erika berlari ke arah jackson. Dia mendekap tubuh ringkih itu. Pikirannya melayang entah ke mana. Motor itu pergi tanpa jejak setelah membuat Jackson tidak sadarkan diri.

🌻🌻🌻








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top