21. Lain Hati

Erika dan Jackson terlihat kembali bersama. Dua sejoli bergandengan memasuki halaman sekolah. Senyum mereka terlihat merekah seperti mentari menyapa bumi.

Seperti tidak ada permasalahan yang sempat membuat hubungan itu akan hancur. Semua terlihat baik-baik saja, terlebih Erika kembali bermanja pada sang kekasih. Jackson juga terlihat lebih santai, beberapa waktu bolos sekolah, masuk dengan suasana hati yang lebih baik.

"Jack, gimana hasil lab. kemarin?"

"Baik, kok, nggak usah terlalu dipikirkan."

Erika menatap mata sang pacar. "Aku nggak percaya, biar nanti aku tanya papa sendiri."

"Tolong jangan bikin Om Ferdi repot dengan berbagai pertanyaan darimu." Jackson tidak ingin membuat Erika sering bertanya tentang kesehatannya pada sang papa.

"Oke, pokoknya aku nggak mau kamu sakit lagi kayak dulu," pesan Erika sembari mengelus bahu kanan pacarnya.

Jackson tersenyum, mencoba memberikan pemahaman jika semua akan baik-baik saja. Khawatir berlebih hanya membuatnya semakin banyak pikiran dan uring-uringan.

"Eh, Jack, pulang sekolah nanti kita mampir toko es krim, yuk!" Ajak Erika sambil mengedipkan kedua mata menciptakan efek lucu.

"Iya, boleh, tapi aku nggak bisa makan es krim dulu."

"Ya, aku lupa, kalau gitu nggak usah deh."

"Kalau kamu pengen ke toko es krim, ya, aku temani, tapi aku nggak makan."

"Nggak mau, nggak adil dong kalau cuma aku aja yang makan," timpal Erika sambil menaik turunkan kedua pundaknya.

Jackson tertawa sinis melihat tingkah Erika yang sudah lama tidak pernah terlihat manja padanya. Di sisi lain Kinara hanya bisa menatap sang sahabat dari jauh, senang bisa melihat Jackson dan Erika kembali rukun. Namun, kecewa karena dia tidak bisa jujur pada Jackson.

"Ga, aku mau duduk lagi sama Jackson, kamu pindah, ya!" Perintah Erika sembari mengangkat tas milik Yoga dari atas meja.

"Enak banget asal usir, aku udah nyaman di sini," elak Yoga tidak mau pindah.

"Aku bilang pindah, ya, pindah! Aku nggak suka di dekat jendela yang menghadap lapangan basket, terlalu panas untuk kulit yang sensitif."

"Cewek itu emang bawel dan sulit dipahami," sahut Yoga lalu meletakkan kepalanya di atas meja.

Erika menggoyang-goyang tubuh Yoga, "Ayolah, Ga, aku mau duduk sini, kamu yang pindah!"

Yoga terlihat kesal dengan apa yang Erika lakukan. Seenak hatinya menyuruh dirinya pindah setelah baikan dengan Jackson. Tidak ingin menambah masalah di pagi hari, dia menarik tas miliknya dari tangan Erika lalu pergi meninggalkan bangku itu.

"Ya Tuhan tolong jauhkan aku dari makhluk semengerikan itu!" Pinta Yoga berjalan ke arah bangku lamanya.

"Aku dengar, ya!" teriak Erika mengacungkan jari tengah tangan kirinya.

Jackson dari tadi hanya melihat tingkah Erika tanpa mau membantu atau berkomentar lebih lanjut. "Udah selesai perebutan bangku dengan Yoga?"

"Udah dong, aku nggak mau pindah bangku lagi."

"Iya, kita lihat aja nanti," sahut Jackson santai sambil duduk.

Pelajaran jam pertama materi kimia yang sangat menguras energi. Erika mengikuti dengan baik lantaran memang otaknya sangat encer. Berbeda dengan Jackson yang lebih banyak menunduk sambil sesekali memejamkan mata karena efek obat membuatnya mengantuk sepanjang hari.

Kinara terus mengawasi mereka. Ada penyesalan yang ingin tersampaikan, tapi semua sudah terlambat. Dia kembali terpikir ucapan Jackson tempo waktu tentang fenomena crown shyness.

"Mungkinkah aku dan Jackson adalah fenomena crown shyness dalam hidup manusia di dunia ini?" tanya Kinara pada dirinya sendiri.

🌻🌻🌻

Jackson memeluk celengan ayam jago di depan gerbang rumah Kinara. Sontak Kinara yang baru pulang latihan basket kaget dengan apa yang dia lihat di depan gerbang rumahnya. Padahal tidak ada janji dengan sahabatnya itu, tapi tiba-tiba datang bagai jelangkung. Kinara harus bersikap senormal mungkin tanpa menunjukkan rasa baper.

Kinara turun dari ojek. "Ngapain di situ?"

"Nunggu kamu."

"Iya, aku tahu, maksudnya ngapain nunggu di depan gerbang sambil bawa celengan? Biasanya juga langsung masuk rumah."

"Pengen aja di sini," ucap Jackson sambil memberikan celengan ayam jago miliknya.

Kinara tidak lantas menerima, dia masih bingung dengan apa yang Jackson lakukan. "Ngapain kamu ngasih aku celengan?"

Jackson menarik tangan Kinara agar terbuka lalu memberikan celengan itu dengan paksa, tidak mau si jago pecah, Kinara menerimanya. Kini celengan itu sudah berpindah tangan. Jackson masih belum memberikan alasannya.

"Ini buat bayar utangku."

"Utang apaan? Nggak usah ngadi-ngadi."

"Lupa apa pikun, sih? Waktu itu aku pinjam uang buat beli novel untuk Erika. Sekarang aku udah punya tabungan buat ganti, harus kamu terima!"

"Apaan, sih? aku ikhlas banget, nggak berharap uang itu kembali."

"Utang harus dibayar bagaimanapun caranya," sahut Jackson menolak menerima kembali si jago.

"Lupakan, toh, novelnya juga gak ada. Anggap aja kita kemarin beli buku gaib."

"Terserah kamu mau anggap apa, yang penting aku bayar utang," ungkap Jackson sambil melangkah mundur sedikit menjauh dari Kinara.

"Jack, jangan kayak gini," ucap Kinara berusaha memberikan celengan itu pada sahabatnya.

Melihat Kinara yang semakin dekat dengan dirinya, Jackson berlari menjauh darinya. Kini Kinara hanya bisa terpaku memeluk si jago, melihat Jackson tertelan malam.

"Jack, aku pikir kamu ke sini kita bisa ngobrol sebentar. Bukan seperti kilat yang pergi tanpa jejak, lalu selama ini kamu anggap aku apa?" Kinara kembali bertanya tanpa mengharapkan jawaban, seakan sekarang dia tersesat dalam hatinya sendiri.

Setelah cukup jauh dari tempat Kinara berada, Jackson menghentikan langkahnya. Dadanya kembali terasa nyeri, tidak seharusnya dia lari dari kenyataan. Rasa itu masih ada, tetapi menjaga hati Erika yang terpenting untuk saat ini.

"Maafkan aku, Kin, nggak bisa jujur pada hatiku sendiri. Kamu harus selalu menjadi yang kedua, andai kamu tahu, Erika tidak lebih baik darimu," ucap Jackson menatap langit malam tanpa bintang.

Kali ini Jackson menyesal dengan keputusannya sendiri. Seharusnya tidak menerima Erika kembali, tapi, dia masih membutuhkan gadis untuk beberapa waktu. Entah apa yang akan terjadi esok hari, hanya waktu yang mampu memberikan jawaban.

🌻🌻🌻








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top