20. Tidak (Dapat) Diselamatkan

Jackson tidak masuk sekolah lagi lantaran dadanya kembali terasa sesak. Dia pun tidak mau menceritakan pada Mama Davina, memutuskan untuk beristirahat di rumah adalah jalan terbaik. Jackson berpikir selama ini sudah banyak yang repot dengan kondisi dirinya, diam untuk beberapa saat tidak akan menghilangkan nyawa.

"Kok belum siap-siap?"

"Aku nggak sekolah, Ma," jawab Jackson sambil mengambil air hangat di dapur.

"Kenapa? Apa dadamu sakit lagi? Kita ke rumah sakit, ya?"

Mama Davina terlihat panik dengan apa yang terjadi. Dia tidak ingin membuat Jackson semakin kesakitan. Sekali lagi kesakitan Jackson merupakan kesedihan yang tidak bisa terobati dengan apapun.

"Nggak, Ma, nanti pulang pagi daripada ke sekolah habisin ongkos mending aku bolos sekalian."

"Jadi kamu bolos karena nanti pulang pagi bukan karena sakit?" tanya Davina memperjelas informasi yang sebenarnya.

Jackson mengangguk, "Iya, Mamaku Sayang," ucap Jackson mendorong Mamanya menuju pintu. "Sekarang Mama bisa merangkai bunga dengan tenang."

"Ya udah, kamu di rumah istirahat aja. Tadi Mama juga udah masak, jangan beli bakso dulu ya, MSG-nya ngeri."

"Siap, Ma, lagian aku kan anak micin, MSG satu sendok teh nggak akan buat aku pingsan," ungkap Jackson tertawa dengan gurauannya sendiri.

"Pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungi, Mama," pesan Davina seakan tidak rela meninggalkan Jackson di rumah sendirian.

"Iya, Ma, beres," timpal Jackson singkat lantaran tidak sabar melihat Mamanya pergi ke toko bunga.

Jackson melambaikan tangan tanda perpisahan dengan Mamanya. Dia sedikit tenang tinggal dirinya yang ada di rumah saat ini. Sambil menahan nyeri di dada dan napasnya yang mulai berat, Jackson ke kamar mencari inheler untuk menyemprotkan uap yang ada dalam tabung kecil itu.

Sedikit lega setelah uap itu masuk ke mulut dan menuju tenggorokannya. Jackson duduk di atas kasur sambil memegangi dada kirinya. Ingin hati menceritakan nyeri itu, tapi akan banyak yang terbebani. Saat ini istirahat mungkin bisa meringankan nyerinya.

🌻🌻🌻

"Apa hari ini Jackson nggak masuk?" tanya Erika pada Mira sekretaris kelas yang mengabsen kehadiran siswa untuk dilaporkan pada jurnal kelas.

"Nggak, kan kamu pacarnya kok malah tanya aku, sih?"

"Iya, soalnya nggak ada omongan kalau hari ini dia bolos."

"Mungkin aja capek sekolah karena nanti ada ulangan matematika," kata Mira sambil mencatat siapa saja yang tidak masuk.

"Ya, udah makasih." Erika berjalan ke bangkunya. Dia sempat melirik ke arah bangku lamanya bersama Jackson, sekarang tinggal kenangan untuk dirinya.

Kinara yang melihat sikap Erika hanya diam tanpa ada niatan untuk sekadar menyapa atau basa-basi. Kini Erika duduk di bangku milik Yoga, melirik ke arah jendela kelas melihat cahaya mentari cerah, namun malah membuat hatinya galau.

Yoga berjalan ke bangku Kinara sambil memasang wajah masam. "Kenapa Jack hari ini nggak masuk?"

Kinara gelagapan dan kaget mendengarkan pertanyaan Yoga. "Ya, aku nggak tahu, emang aku pacarnya?"

Sontak jawaban dari Kinara membuat Erika menengok ke arahnya. Rasanya benar jika selama ini hubungan Kinara dan Jackson sangat dekat, mungkin lebih dari sahabat. Terlihat ketika Yoga lebih memilih bertanya pada Kinara daripada Erika, yang masih berstatus pacar Jackson.

Jam istirahat kedua Erika memutuskan untuk meminta izin pulang lebih awal karena mengaku sakit. Pihak wali kelas memberikan izin pada Erika lantaran semala ini tidak pernah berbohong dan selalu bersikap baik. Ternyata Erika masih memiliki rasa pada Jackson, sampai dia rela berbohong demi menemui kekasihnya.

Di depan halaman rumah Jackson, Erika membulatkan niatnya untuk mengulik semua kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Rasanya semua penyesalan dan kekecewaan menyeruak memenuhi rongga dada. Erika berjalan menuju pintu rumah kekasihnya. Mengetuk tiga kali, Jackson membukanya.

Pemuda itu terpaku melihat Erika berdiri di depan pintu. Tidak ada sapaan, semua terlihat kaku. Keceriaan yang selalu Erika tampilkan seakan sirna. Tatapan dingin terlihat tajam menatap Jackson penuh pertanyaan.

"Apa kamu nggak mau mengizinkanku masuk?" tanya Erika tidak sabar lantaran Jackson hanya terdiam.

"Silakan, masuk!" Jackson mempersilahkan Erika masuk dengan nada kaku.

Erika duduk di kursi tamu. Menatap sekitar rumah tamu masih sama seperti biasanya. Walau sudah lebih dari dua minggu tidak lagi menjemput Jackson setiap pagi, namun situasi rumah tidak ada yang berubah.

"Mau minum apa?" tanya Jackson hampir perjalan ke arah dapur.

"Nggak usah, aku udah bawa air botol," jawab Erika sambil mengambil botol air mineral dalam tasnya.

"Oke, kalau gitu," kata Jackson sambil duduk di sofa berhadapan dengan Erika.

"Aku ke sini karena khawatir karena kamu bolos. Rasanya sudah lama kita nggak ngobrol kayak gini."

"Makasih sudah khawatir, tapi aku nggak apa-apa, kok."

"Gimana hasil cek up?"

Jackson tersenyum tipis, dia bahkan belum tahu karena dokter Ferdi belum memberikannya kabar. "Mungkin nanti sore atau besok pagi akan tahu hasilnya."

"Aku selalu berdoa yang terbaik. Sebenarnya aku ke sini mau memperjelas hubungan kita."

Erika langsung pada permasalahan. Dia tidak mau terlalu panjang lebar membahas yang tidak penting. Hatinya sudah siap menerima segala risiko yang akan terjadi. Segala keputusan dari Jackson semoga bisa dia terima dengan baik.

"Aku juga bingung, hubungan ini mau dibawa ke mana?"

"Apa kamu masih memiliki rasa padaku?"

"Sulit untuk aku jelaskan, rasanya yang dulu tumbuh dalam hatiku, sekarang masih ada, tapi tidak sebesar dulu."

"Jack," kalimat itu terputus dengan paksa, Erika sulit membuka mulut lebih lebar lagi.

"Aku tahu, aku salah, aku minta maaf tidak bisa menjadi lelaki gentlemen yang segera mengambil keputusan untuk permasalahan ini"

"Bukan itu yang aku mau. Aku tidak ingin mendengarkan penyesalan darimu."

"Untuk masalah kalung berliontin bintang memang bukan dariku. Seharusnya sedari awal aku cerita agar tidak terjadi kesalahpahaman ini."

"Sudahlah, aku sudah melupakannya. Jika hubungan ini masih bisa diselamatkan, aku akan berjuang. Tidak akan aku lepaskan semudah ini," ungkap Erika berusaha menyembunyikan tangis.

Sejujurnya gadis bermata cokelat itu masih ingin bersama Jackson. Memperbaiki segala kesalahpahaman selama ini, toh, hanya karena kalung bintang bukan masalah besar jika mereka saling terbuka dan memaafkan.

"Tapi, aku tidak yakin tidak akan menyakitimu lagi."

"Maksudmu apa?"

"Aku takut sendiri jika nanti ke depannya kita bersama lagi, tapi malah membuat sakit hatimu."

Secara tidak langsung Jackson menolak untuk kembali merajut hubungan yang hampir kandas. Dia terlalu sulit untuk kembali menerima Erika atau mengejar rasa pada Kinara. Benar-benar membuat dadanya semakin sesak.

Jackson mengelus dada kirinya, Erika mulai memahami jika kekasihnya merahasiakan sakit itu. "Apa dadamu sakit lagi?"

Jackson tersenyum tipis sambil menahan sakit, "Nggak, kebiasaan aja suka nyentuh dada kiri ini."

Erika tidak percaya begitu saja, dia terus mengawasi Jackson. Sedikit lama mereka canggung, mengingat segala hal yang pernah dilalui bersama. Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak memahami satu sama lain, kecuali dalam situasi kesalahpahaman seperti saat ini.

"Aku minta maaf!" Dengan kompak Jackson dan Erika mengungkapkan secara bersamaan. Beberapa detik berlalu, mereka kembali tersenyum bersama.

"Memang lebih indah kalau saling memaafkan lalu kita kembali nol dan nol. Memulai semau dari awal," ucap Erika membuka pintu perdamaian melupakan masalah-masalah yang hadir.

"Terima kasih, itu emang lebih baik. Masih ada kesempatan kedua," ungkap Jackson sembari meriah tangan Erika lalu dia genggaman erat.

Dari balik jendela rumah, ada Kinara yang tidak nyaman melihat hubungan Erika dan Jackson kembali membaik. Dia kecewa dengan apa yang Jackson lakukan. Nyatanya selama ini perhatiannya hanya sebagai pengganti di saat Erika tidak ada di sampingnya.

"Andai kamu tahu, Jack, sebentar saja kamu bisa sabar, aku akan memilihmu," gumam Kinara berjalan pergi meninggalkan rumah sahabatnya.

🌻🌻🌻






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top