2. Semua untuk Jackson
"Besok Sabtu ada acara nggak?"
"Nggak ada, emang kenapa?"
"Ayo nonton film, biar aku yang traktir."
"Cuma kita berdua atau ada yang lain?"
"Emang mau ngajak siapa aja?"
"Kinara?"
"Boleh, nanti aku jemput ya di rumahmu. Selamat istirahat, Sayangku."
Klik.
Panggilan itu berakhir di dengan cepat. Erika tidak keberatan ketika acara Sabtu malam menonton film bersama Jackson harus ada Kinara. Maklumlah mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil, jadi tidak ada alasan untuk Erika menolak keinginan Jackson. Semua masih terlihat normal jika Jackson dan Kinara hanya sebatas sahabat.
"Jadi besok ada acara nonton?"
"Iya, Erika ngajak nonton film dan aku minta kamu diajak."
"Aku nggak mau jadi obat nyamuk di antara kalian berdua mending aku tiduran di rumah sambil scrolling IG mantan," sahut Kinara tidak setuju dengan ide Jackson yang mengajaknya untuk pergi nonton bersama Erika.
"Udah terlanjur Erika ACC keinginanku. Lagian kan enak nonton film gratis, kenapa sih nggak mau?"
"Aku udah jelasin ya, nggak mau jadi obat nyamuk di antara kalian berdua. Nggak usah ngotot, deh!"
"Lah, kok, ngegas? Santai aja Kinara, kalau aku bahagia, kamu juga bahagia. Se-simple itu," ucap Jackson menjelaskan niat baiknya berbagi kebahagiaan dengan sahabatnya.
Kinara hanya menggelengkan kepala tanpa mau meladeni Jackson. Dia bangkit dari kursi kantin dan berjalan menuju ruang kelas. Jackson hanya menatap Kinara tanpa mampu mencegah, dia sangat paham ketika Kinara sedang emosi tidak mau diganggu. Tunggu beberapa saat untuk memahami situasi hatinya, ketika sudah tenang Kinara akan kembali normal dengan mood yang lebih baik.
Rutinitas sekolah seperti biasanya guru menjelaskan, murid mencatat, ada ujian mendadak lalu dikumpulkan. Erika tipe murid yang sangat rajin dan pandai menyelesaikan segala tugas tepat waktu. Dia selalu memperhatikan Jackson yang mana kekasihnya itu datang terlambat sehingga Erika selalu memberikan pertolongan pertama.
"Jack, kamu udah selesai belum?" tanya Erika sambil menoleh ke arah belakang untuk melihat kekasihnya yang sibuk mengerjakan soal.
"Tinggal dikit," sahut Jackson sambil terus menatap kertas latihan soal yang dia pegang.
"Berapa?" tanya Erika sedikit panik, takut saja Jackson tertinggal terlalu jauh darinya.
"Sepuluh," tempal Jackson masih tetap fokus dengan kertas latihan soalnya.
"Berarti kurang lima soal lagi selesai." Erika mulai tenang mendengarkan pernyataan Jackson kurang tiga soal.
"Sepuluh soal yang belum aku kerjakan," ucap Jackson pelan, kali ini menatap wajah Erika dengan sedikit kesal.
"Apa dua belas? Kamu dari tadi tidur atau ngapain sih, kok bisa kurang sebanyak itu?"
Erika sangat kaget mendengarkan jawaban dari Jackson yang ternyata masih kurang dua belas soal, sedangkan waktu hanya tinggal sepuluh menit. Guru mulai curiga dengan gelagat Erika yang dari tadi menghadap ke belakang sambil ngajak ngobrol Jackson.
"Erika kamu sudah selesai?" Tanya guru dengan tatapan penuh curiga.
Seketika Erika menghadap ke arah gurunya, sedikit takut, namun dia mampu menjawabnya dengan santai. "Hampir selesai Bu, tadi saya mau pinjam rautan Jackson karena pensil saya patah, tapi dia nggak ngasih pinjaman."
"Ini kamu pakai pensil Ibu dulu, ya," ucap sang guru memberikan tawaran menarik untuk Erika sambil mengeluarkan pensil 2B dari tasnya.
Erika berdiri dari kursinya lalu berjalan kearah ibu guru untuk mengambil pensil pinjaman. "Terima kasih ya, Bu."
"Sama-sama, cepat selesaikan."
Erika sedikit menggeser posisi berdiri untuk menutupi pandangan Bu guru untuk tidak melihat ke arah mejanya dan Jackson. "Tinggal satu soal, Bu."
"Wah, Ibu bangga padamu. Lagian kamu anak pintar, jadi nggak mungkin nyontek Jackson sebab dari tadi Ibu lihat kamu sering menghadap ke arah belakang."
"Nggak mungkin Bu, lima belas soal menurut saya kecil, kan saya suka matematika," timpal Erika penuh percaya diri sambil terus mengalihkan pembicaraan agar Jackson Bisa mencontoh jawabannya di meja dengan mudah. "Tiap kali Ibu menerangkan pasti cepat paham, pemaparannya menarik dan mudah dipahami."
"Saya pikir cuma kamu saja yang paham karena cerdas."
Erika tersipu malu dan terus mengalihkan pembicaraan. "Saya pikir tidak karena Ibu memang bisa menjelaskan dengan lebih ringkas dan mudah dipahami," puji Erika terhadap guru matematika sambil terus tersenyum padanya.
"Terima kasih Erika kedepannya Ibu selalu memberikan yang terbaik untuk kalian."
"Oh, iya, Bu, sekalian tanya untuk nomor tiga belas memakai rumus pythagoras setelah itu mencari volume tabung oli ditambahkan, ya, Bu?"
Sebenarnya Erika telah selesai, tetapi dia membuat alasan untuk menanyakan nomor nomor tiga belas agar rencananya berjalan lancar. Benar saja, sebelum Erika maju untuk mengambil pensil yang mau Ibu guru pinjamkan, dia telah membuka lembar jawaban. Berharap Jackson lebih mudah untuk membaca serta menyalin jawaban yang ada di meja Erika.
Sebegitunya kebucinan dari Erika. Gadis itu rela melakukan segala cara untuk membuat Jackson bisa melewati ujian matematika dengan hasil memuaskan. Tanpa Erika sadari, Jackson tidak begitu mempedulikan rencananya, yang dia mau mendapatkan jawaban yang benar.
Ketika guru matematika sedang sibuk berbincang dengan Erika, Jackson secepat kilat menyalin jawaban-jawaban dari lembar Erika. Mereka sepertinya sudah paham satu sama lain dalam urusan contek mencontek. Tidak ingin melewatkan kesempatan emas setelah selesai menyalin jawaban Erika, Jackson memberikan selembar jawabannya pada Kinara.
"Aku udah selesai dapat jawaban dari Erika, cepat kamu catat sebelum guru tahu," ucap Jackson sambil memberikan lembar jawabannya pada Kinara dengan tangan kirinya menyelinap di samping meja Kinara.
"Beres bos, thank you, ya," sabut Kinara lalu mengambil lembar jawaban Jackson.
"Oke, cepetan, keburu dikumpulkan."
Terlihat cukup jelas jika perhatian Jackson begitu tulus pada Kinara sahabatnya. Bahkan dia memberikan lembar jawaban pada gadis penyuka warna hitam itu, padahal jawaban-jawaban itu dia dapat dari Erika bukan hasil pikirannya sendiri. Terlepas dari itu semua mungkin Jackson hanya ingin berbagi kepada Kinara karena tidak ingin sahabatnya selalu ikut remidi matematika.
Murid dengan rambut ikal dan lesung pipi manis, teman dekat Kinara dari tadi memperhatikan gelagat Erika, Jackson, dan Kinara sepertinya menyimpan rasa curiga. "Erika bucin pada Jackson, tapi aku lihat malah Jackson perhatian pada Kinara. Ah, sudahlah, mungkin hanya asumsi ku saja."
"Yoga kamu udah selesai?" tanya Kinara membuyarkan segala pikiran negatif pada otak teman basketnya itu.
🌺🌺🌺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top